13 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Sugi Lanus saat memberi materi dalam acara Bligabag tatkala, Minggu (10/2/2019)

Sugi Lanus saat memberi materi dalam acara Bligabag tatkala, Minggu (10/2/2019)

Stimulus Kepada Kita yang Merasa Tidak Bahagia #Bligbag Tatkala.co

Jaswanto by Jaswanto
February 11, 2019
in Khas
47
SHARES

Di dunia yang sibuk ini, dalam kehidupan yang serba cepat dan terburu-buru, segalanya telah tampak menjadi begitu rumit—atau memang jangan-jangan benar-benar rumit—, hidup tertekan, dan serba mengikuti tuntutan zaman.

Tak ada yang mau menjadi berbeda, semua ikut-ikutan, semua ingin sama maka menyadurlah, dan terkesan seperti tidak punya kepribadian/jati diri atau ciri khas. Disadari atau tidak, rasanya, kok, ada sesuatu yang telah menggiring kita untuk selalu mengikuti tren masa kini, yang kemudian sesuatu itu akan menjadikan kita sebagai seseorang yang narsisme sampai bersifat patologis—abnormal.

Sistem propaganda, yang sampai mempengaruhi psikologi masyarakat, saya pikir adalah salah satu sebab, kenapa kita hidup terkesan demikian—sibuk, tertekan, takut, cemas, rumit, dll. Mungkin seorang ibu rumah tangga pernah bertanya: “mengapa saya membeli mesin cuci yang baru. Apa karena saya membaca iklan-iklan, melihat iklan-iklan di TV dan reklame-reklame yang menarik, bahwa seorang ibu rumah tangga yang baik harus punya mesin cuci yang baru. Masyarakat sekitar saya juga membelinya. Akhirnya saya beli, walaupun saya tidak tahu mengapa”. Katakan saja ada seorang gadis yang memakai rok mini tidaklah pernah mengetahui dengan pasti apakah ia memang memakai rok mini, ataukah karena TV dan koran-koran, atau bintang film yang cantik menyatakan bahwa rok mini itu baik.

Dalam arus propaganda seperti ini manusia-manusia “biasa” akhirnya tidak lagi menentukan dirinya sendiri tetapi ditentukan oleh masyarakat (selera propaganda, dalam bahasanya Gie). “Bukan saya yang menentukan bahwa warna biru itu manis. Karena semua bilang biru manis maka saya juga setuju”. Begitulah selera propaganda mempengaruhi psikologi kita.

***

Minggu malam (10/2/2019), bertempat di Rumah Belajar Komunitas Mahima, sedang berlangsung diskusi #bligbag tatkala.co bersama  Sugi Lanus, seorang penerjemah lontar sekaligus pendiri Hanacaraka Society.

Diskusi dengan mengambil tema “Jaan Idup di Bali—Filosofi Liang Menuju Galang” itu membuat saya terpaku di tempat dan menikmati apa saja yang dikatakan oleh Sugi Lanus. Hampir semua saya terima, tanpa harus ada yang diperbedatkan—entah saya yang tidak mengeti atau memang terpesona dengan metode penyampaian materi yang beliau gunakan.

Diskusi itu, saya pikir berbeda dengan diskusi-diskusi yang sebelumnya. Hadirnya Sugi Lanus mengingatkan saya kepada beberapa tokoh intelektual muslim—walaupun beliau non muslim. Uraiannya tentang konsep filsafat “Liang dan Galang” tidak jauh beda dengan al-Ghozali dalam karyanya yang berjudul “ Kîmiyâ’ al-Sa‘âdah: Kimia Ruhani untuk Kebahagiaan Abadi” dan Badiuzzaman Said Nursi dalam karyanya yang berjudul “Risalah Ana at-Thabi’ah: Mengenai Ego Menyangkal Filsafat Naturalisme”.

Saya juga teringat dengan sosok Mulla Sadra, seorang filsuf Safawiyah yang sangat ahli di bidang metafisika, kosmogoni, dan eskatologi. Bahkan tiba-tiba saya juga teringat dengan konsep “manunggaling kawula gusti”-nya Syekh Siti Jenar. Bedanya, Sugi Lanus menyampaikannya dari sudut pandang filsafat Hindu-Budha—tentu saja ini berkaitan dengan latang belakang beliau.

Sekali lagi saya katakan, di tengah kehidupan yang serba cepat, penuh propaganda, apatis, dan pragmatis ini, rasanya belajar filsafat memang terkesan menambah beban hidup saja. Ketika dunia digerakkan oleh hiruk-pikuk pemburu kenikmatan, karier, popularitas, dan kekayaan—yang dalam bahasanya Sugi Lanus, itu semua hanya berkaitan dengan ‘social self’—filsafat memang tampak seperti verbalisme kosong, bagai daftar menu yang menawan tanpa ada makanannya. Ketika ilmu pengetahuan empirik dan teknologi menghasilkan demikian banyak hal konkret dan telah mengubah kehidupan manusia secara mendasar, filsafat terasa bagai bualan yang menyembunyikan kekosongannya dalam rimba istilah abstrak yang dirumit-rumitkan. Namun malam itu, tatkala.co berani untuk membahas yang katanya rumit itu.

Diskusi seperti malam itu bagi saya sangat penting. Memang, sih, diskusi malam itu agak terkesan mengawang dan abstrak. Tapi bagi saya, proses abstraksi itu diperlukan untuk menerangi pengelaman dan melihat akar-akar dasar yang tersembunyi di balik segala persoalan konkret. Diskusi malam itu saya pikir juga bisa membantu melihat hal-hal yang lebih pokok; juga memungkinkan kita berpikir lebih arif dalam menyelesaikan perkara-perkara baru yang mungkin tak bisa langsung dirujuk ke kitab suci; bahkan akhirnya mungkin juga membantu menyingkap ilusi-ilusi yang tersembunyi di balik agama, yang jika dibiarkan justru akan merusak martabat agama itu sendiri.

Sugi Lanus, setidaknya telah memberikan stimulus kepada kita bahwa sebenarnya kita merasa tidak bahagia. Kita tidak tahu mengapa, dan apa yang membuat kita tidak bahagia. Tetapi secara instinktif kita merasa bahwa kita seperti telah kehilangan sesuatu. Kita ingin menemukannya kembali. Di tengah mobil-mobil yang mewah, komputer-komputer yang menakjubkan dan jaminan-jaminan sosial yang baik. Dan saya pikir, sesuatu yang hilang itu adalah, apa yang kita sebuat sebagai jati diri sebagai manusia yang bisa memanusiakan manusia. Entahlah. (T)

Tags: balibligbag tatkalaBudhafilsafathinduSugi Lanus
Jaswanto

Jaswanto

Kader HMI Cabang Singaraja, penulis novel Munajat Hati.

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Ilustrasi tatkala.co | Nana Partha
Esai

Pendidikan Anak Terbaik di Masa Pandemi

Beberapa hari terakhir ini banyak kegaduhan di media sosial tentang keluhan-keluhan orang tua dalam menghadapi kelanjutan sekolah online, artinya karena ...

July 24, 2020
Penulis di Sepeken
Khas

Sapeken, Perjalanan adalah Guru; Mengasupi Segala Pengetahuan Dari Sebuah Perkenalan

Singaraja yang terik memapar kulit, angin pelan menyapu wajah yang berkeringat. Perasaaan bercampur antara senang dan takut. Perjalanan panjang menebas ...

November 6, 2019
Foto: Istimewa
Opini

Membangun Kebudayaan, Mari Menjadi “Perempuan”

KALAU sedang rikuh, kalau sedang tak kuat menahan pusing karena televisi terus saja menayangkan cerita-cerita seram, maka marilah kita mencoba ...

February 2, 2018
Ilustrasi foto: Pementasan Teater "Reinkarnasi Layonsari" Komunitas Mahima di Taman Budaya Denpasar, 2016
Opini

Skenario itu Ditulis Tuhan – Renungan Kecil Prihal Cinta, Pertemuan dan Perpisahan

DUNIA ini adalah panggung sandiwara. Tuhan penulis skenario sekaligus sebagai sutradara. Dan kita umat manusia sebagai aktornya. Segala sesuatu yang ...

February 2, 2018
Ulasan

Membaca Bagaimana Peristiwa ‘65 Disembunyikan Lewat Karya Sastra

Judul Buku                  :  KhotbahPenulis                         : Dwi S WibowoPenerbit                       : Alpha CentauriISBN                           : 978-602-3092-29-1Jumlah halaman          : 111 ____ ...

November 2, 2019

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Suasana upacara ngusaba kadasa di Desa Kedisan, kintamani, Bangli
Khas

“Ngusaba Kadasa” ala Desa Kedisan | Dimulai Yang Muda, Diselesaikan Yang Muda

by IG Mardi Yasa
April 10, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Gde Suardana
Opini

Tatkala Pandemi, (Bali) Jangan Berhenti Menggelar Ritual Seni dan Budaya

by Gde Suardana
April 10, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1455) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (342)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In