Buku bagiku seperti makanan. Ketika aku ingin membaca buku baru, rasanya sama seperti aku lapar dan ingin menyantap makanan dengan menu baru.
Ketika aku mambaca buku dengan nikmat, itu seperti memakan makanan yang nikmat pula. Aku biasa membaca buku dengan cepat, seperti menikmati makanan dengan rakus, dan saking rakusnya makannya cepat sekalihabis.
Tapi aku tinggal di kota kecil bernama Singaraja, di Bali. Kotaku kecil dan sedikit ada toko buku, namun banyak rumah makan, jauh lebih banyak daripada toko buku. Beberapa toko buku yang jumlahnya sedikit itu menjual buku untuk orang dewasa, sedikit buku untuk anak-anak dan itu pun lebih banyak buku anime/manga. Dan banyak juga buku mewarnai, tapi aku bukan penggemar mewarnai.
Makanya aku senang kalau diajak ke Denpasar karena di situ ada banyak toko buku yang besar dan lengkap. Setiap memasuki toko buku, aku biasanya beli buku lebih dari dua, tapi tidak terlalu banyak karena orang tuaku juga membutuhkan buku.
Apalagi kalau ke Ubud. Aku paling suka ke Ubud. Kenapa lebih suka di Ubud? Di situ, ada toko buku kecil, yang namanya Smile Shop. Kata ayah, tempat itu masuk wilayah Jalan Desa Nyuh Kuning. Toko itu menjual buku-buku langka karena toko itu menjual buku bekas. Buku bekas itu adalah buku yang habis dibaca oleh turis-turis yang berwisata ke Ubud. Bundaku pernah bertanya ke pemilik toko, bahwa buku-buku itu disumbangkan oleh turis. Bagus juga turis itu. Coba buku-buku seperti itu bisa ada di Singaraja.
Setiap ke Ubud, aku pasti singgah ke toko itu. Walaupun buku bekas, di situ ada buku-buku menarik yang jarang ada di toko besar. Aku senang ke situ, karena harga buku-bukunya murah, paling mahal 20.000. Selain murah, di situ juga ada banyak buku-buku yang ditulis oleh penulis bagus dari Indonesia dan luar negeri.
Yang paling kusuka, aku akan memburu buku karya yang ditulis oleh Jaqueline Wilson. Buku-buku Jaqueline Wilson menurutku menarik, antara lain: Dustbin Baby yang menceritakan tentang ibu yang melahirkan anak dan menaruhnya di bak sampah. Anak itu jadinya diadopsi oleh berbagai orang. Buku itu agak menyedihkan.
Lalu ada buku berjudul Sleepover yang menceritakan bahwa ada anak yang mempunyai teman-teman yang selalu mengadakan ulang tahun mereka dengan pesta menginap, nah, anak ini juga ingin mengadakan pesta menginap di ulang tahunnya, tapi takut karena teman-temannya akan mengejek kakaknya yang cacat.
Ada juga buku Vicky Angel yang menceritakan tentang kematian seorang sahabat. Pertamanya sih sedih, tapi akhirnya menjadi normal. Buku lainnya The WorryWebsite yang menceritakan tentang kecemasan anak-anak dan menaruhnya ke sebuah web bernama website kecemasan.
Aku biasanya langsung membaca buku itu di mobil dalam perjalanan pulang, sampai di rumahku di Singaraja, biasanya satu buku sudah selesai kubaca. Di rumah, aku selalu ingin lagi ke toko kecil itu, seperti kecanduan rasanya. Ayah dan ibuku akan selalu berjanji mengajakku ke situ, dan aku akan senang, dan senyum dalam hati. Mungkin nama toko Smile Shop memang bertujuan untuk membuat pembaca, seperti aku, jadi tersenyum.
Tapi sebenarnya, Smile Shop bukan hanya membuat pembaca buku tersenyum. Toko itu juga membuat anak-anak lain tersenyum. Bundaku sempat bertanya ke penjaga toko, kenapa toko itu bernama Smile Shop? Karena hasil penjualan buku di situ akan disumbangkan kepada anak-anak yang memerlukannya. Misalnya membantu anak-anak yang mengalami cacat bibir agar bisa dioperasi dan sembuh. Kalau sembuh, anak-anak itu akan tersenyum seperti anak-anak lain. Ketika tahu bahwa toko itu membantu orang lain, aku menjadi makin senang, karena selain membuatku senang, anak-anak yang lain juga bisa senang.
Aku biasanya cepat selesai membaca buku di toko itu sebelum dibeli. Seperti suatu kali aku membaca buku The Chinese Brothers. Buku itu menceritakan lima adik kakak, bukunya lucu, orang tuaku saja ketawa saat ikut membaca buku itu. Jadi ketika bundaku ingin membayar buku, aku menaruh buku yang sudah kubaca kerena sudah selesai dibaca, dan maunya tak jadi membeli buku itu. Tapi, setelah aku ingat bahwa uang yang kita beri itu akan didonasikan, aku akhirnya jadi membeli buku itu, siapa tahu, buku itu juga bisa jadi koleksi untuk klub membacaku di sekolah.
Oya, di rumahku ada sebuah perpustakaan kecil di ruang tamu tapi jumlah bukuku di perpustakaan itu masih sedikit, yang banyak itu adalah koleksi buku ayah dan bunda. Selain suka membaca, ayah dan bunda juga penulis buku dan sastrawan. Teman ayah dan bunda banyak, dari teman-teman itulah aku dapat banyak hadiah buku.
Aku pernah ke Yogyakarta untuk berkunjung ke teman ayahku karena di rumahnya ada sebuah toko buku yang kecil dan dia memberi buku-buku untukku. Ada juga teman ayahku yang mengirimiku buku tentang seri tokoh dunia. Antara lain: Galileo Galilei dan Leonardo Da Vinci.
Oya, aku juga baru dapat kiriman buku dari teman bundaku dari Jakarta yang berjudul Indonesia Bercerita Kisah-kisah Rakyat yang Terlupakan, buku ini dipesan oleh ibuku lewat online.
Tapi aku selalu kehabisan buku karena aku membaca buku-buku dengan cepat, aku tak suka menunda bacaan atau melanjutkan buku itu sampai keesokan harinya, aku selalu menghabiskan buku dalam satu hari saja.
Untuk itulah aku punya ide untuk membuat klub membaca dengan teman-temanku di sekolah, agar bisa saling menukar buku-buku kita. Aku pernah melakukan hal seperti itu, tapi dengan satu orang saja, aku ingin semua teman-temanku suka membaca buku agar bisa membuat klub membaca itu.(T)