5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Takdir Ustaz Barseso

Kambali ZutasbyKambali Zutas
December 16, 2018
inCerpen
Takdir Ustaz Barseso
10
SHARES


Aku sempoyongan digelandang warga. Mereka memukul dan menendang. Sri tampak terdiam di atas kasur dipan bambu itu. Diluar rumah Mbah Man sudah berkumpul orang-orang sekampung. Malam penghakiman.

“Ustaz Barseso! Ustaz Barseso! Bakar, bakar hidup-hidup! Pancung! Ustaz tidak tahu malu!”

***

Pagi beranjak pergi, ketika aku tiba dipengadilan. Sidang demi sidang berbagai agenda telah kulewati. Di ruangan tampak pengunjung penuh dan berjubel. Ada yang berdiri di samping kanan-kiri. Hari ini, sidang penentuan nasib. Sidang vonis. Suasana riuk hampir terjadi di setiap sidang. Teriakan hujatan dan gunjingan terdengar nyaring di telingaku.

“Ustaz edan, ustaz gila, ustaz kurangajar. Hukum mati saja Pak Hakim. Dia tidak layak hidup lagi. Melecehkan agama, ceramah hanya kedok.”

Hatiku berdebar, namun aku berusaha tenang, memposisi diri duduk di kursi terdakwa. Di depan majelis hakim penentu nasibku.Vonis hukumanseumur hidup atau mati. Tetapi aku berharap bebas dari semua dakwaan,perzinahan, penipuan, hingga pembunuhan berencana.

Aku memandang langit-langit. Bayangan rangkaian peristiwa dan pertanyaan yang sama ketika aku termenung di pojok kamar rumah tahanan. Pantat mulai terasa panas ketika para hakim memasuki ruangan. Kursi itu seakan-akan menyempit. Hampir setengah jam lebih menunggu. Dari belakang masih terdengar.

“Sudah Pak Hakim, hukum mati saja orang seperti Ustaz Barseso ini! Tembak saja Pak Polisi! Ustaz Barseso tidak layak hidup lagi!”

Satu per satu para hakim menempati kursinya. Pandanganku menoleh ke kiri dan kanan. Dan tanpa sengaja aku menoleh ke belakang. Mataku menangkap ada Dhahar. Orang yang sangat kukenal. Dia yang mengenalkanku dengan Sri dan tokoh yang mengangkat namaku pada puncak ketenaran.

*****

Subuh berlalu, aku melanggengkan diri dengan berdzikir hingga matahari terbit. Setelah tiba waktunya, kusambung dengan salat Duha dan sujud syukur. Suasana hening istimewa. Belum pernah merasakan seperti pagi itu. Di saat kening menempel di atas sajadah, sayup-sayup terdengar suara sesenggukan. Kuangkat kepala. Kucari sumber suara itu. Ternyata ada seorang laki-laki yang bersila di saf depan samping selatan. Seorang bapak muda yang kuperkirakan umurnya lebih muda atau sepantar begitu khusyuk beribadah. Tangisan seolah penuh penyesalan, taubat sepenuh hati. Kuperhatikan mencoba mengenalinya. Bukan orang sini dan bukan santriku.

“Antum dari mana?” kusapa tamu itu.
“Maaf, maaf, maaf, jika kedatangan saya mengganggu ibadah Ustaz Darmin. Saya datang dari kota.”

Aku masih heran dengan tindak-tanduk dan tutur kata tamu itu. Terkesima dengan semangat dan kekhusyukanya. Tamu itu mengaku bernama Dhahar.

“Saya telah durhaka, menelantarkan bapak dan ibu, tidak pernah membalas budi keduanya. Jangankan memberi sesuatu, menjenguk dan mengunjungi pun tidak pernah hingga keduanya meninggal dunia.”

Dhahar berbicara dan bercerita banyak. Ia sedikit demi sedikit memberikan jawaban mengapa ia bisa melakukan taubat seperti itu.

“Satu lagi Ustaz Darmin, saya menghamili orang, lalu membiarkannya, tidak mau bertanggung jawab. Perbuatan itu, bukan kali pertama namun berkali-kali. Foya-foya, lupa Tuhan. Hidup saya penuh dosa.”

“Saya bertemu dengan seorang teman. Ia memberikan saran agar saya taubat dengan sepenuh hati dan diberitahu tempatnya di masjid Ustaz Darmin ini. Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan dan melaksanakan semuanya. Betul-betul saya merasakan disini hati tenang, damai, dan tentram.”

Kemudian aku memberikan penjelasan dan Dhahar sesekali mengganggukkan kepala. Aku tertarik karena ia mencapai taubatnasuha yang sulit diperoleh banyak orang, termasuk diriku. Namun jelas tidak mungkin jika aku harus melakukan seperti semua yang dikerjakan Dhahar. Aku tahu itu adalah perbuatan dosa. “Bukan dosa kecil lagi, tetapi dosa besar,” pikirku.

Lalu Dhahar menawarkan gagasan. Mulanya aku menolak, namun akhirnya aku luluh dan mengiyakan.

“Sudah Ustaz, nanti saya yang mengatur. Ustaz Darmin dakwah sama seperti apa yang sudah berjalan di sini. ”Sehari kemudian kamipun berangkat ke kota.

“Satu, dua, tiga, mulai!”

Awalnya aku begitu canggung di depan kamera. Namun berlalu dengan cepat. Aku tak canggung lagi membaca, menghafal, dan menjelaskan ayat-ayat dan isi kitab. Bahkan,sekarang mengisi acara-acaraceramah di tiga televisi dengan kontrak durasi lama.

“Ustaz, ustaz.Ustaz Darmin.”

Begitulah, ketika orang bertemu atau berpapasan denganku. Di pasar dan di mal-mal tak jarang mereka memanggil dan sekadarmenyapa. Begitu juga, di mana pun siaran langsung maupun off air di luar studio, masjid dan panggung terbuka pengunjung selalupenuh. Merekarela datang jauh dari luar kota. Mengerubutiku ingin berjabat, mencium tangan, dan foto bersama.

“Ceramahnya Ustaz Darmin enak didengar dan orangnya juga tampan,” kata beberapa orang.

“Masyaallah, apakah ini jemaah atau penggemarku?”

Aku menikmati hari-hari mengisi ceramah di televisi. Aku telah sejajar dengan ustaz-ustaz yang lebih dulu keluar masuk studio televisi. Jangan tanya berapa honor yang kudapat. Setiap kali tampil ditelevisi Rp 25 juta. Siaran langsung dan undangan tarif Rp 75 juta hingga Rp 100 juta bersih. Seluruh akomodasi dan transportasi ditanggung panitia. Hanya beberapa bulan kekayaanku melesat. Rumah di kotadan mobil mewah berjejer di garasiku.

Namun aku tidak lupa ibadah sosial. Memberikan sumbangan, mendirikan yayasan, panti asuhan, membangun masjid, musala, dan sekolah. Pesantrenku berkembang pesat. Beasiswa tidak hanya untuk studi ke Timur Tengah, namun ke Mesir, Amerika, dan bahkan beberapa negara di Eropa. “Ini berkah dakwah, orang berilmu semakin ditinggikan derajatnya.”

*****

Aku masih memandanginya, dan Dhahar tersenyum kecil.

“Saat inilah waktunya. Hukum tetap jalan. Jika Anda mengikutiku, maka Anda selamat, tetapi jika tidak, maka hukuman menanti.”

Aku ingat betul kata-kata Dhahar waktu itu. Tepat setelah aku digelandang ratusan orang. Aku sempoyongan. Mereka memukul dan menendangku. Sri tampak terdiam di atas kasur dipan bambu itu. Di luar rumah Mbah Man sudah berkumpulorang-orang sekampung. Malam penghakiman.

“Ustaz Barseso! Ustaz Barseso! Bakar, bakar! Bakar, bakar hidup-hidup! Hukum Pancung! Ustaz tidak tahu malu!”

Dhahar seperti juru selamat. Ia tiba-tiba berdiri tepat di depanku. Aku menahan rasa sakit tak terkira. Tubuhku tak mampu digerakkan. Aku terkapar tak berdaya. Sayup-sayup suara riuh malam itu menghilang. Beberapa saat, aku tak ingat apa yang sebenarnya terjadi.

Sebulan lebih menjalani perawatan, aku pulih sedia kala. Aku diasingkan dan memilih diam di rumah. Menolak undangan mengisiceramah dan memutuskan semua kontrak dengan televisi. Handphone lebih banyak kunonaktifkan. Aku juga mematikan televisi. Sejak kejadian itu, hampirseluruh televisi memberitakan diriku dari berbagai sudut pandang. Banyak menyayangkan dan mencemoohku.

“Tidak ada kebaikan dalam diriku. Semuanya telah sirna. Aku taubat.”

Malam telah larut, aku masih terjaga. Kepedihan mendalam dan penyesalan luar biasa. Kegelisahan menyelimuti malam-malamku hingga tak bisa memejamkan mata. Pertanyaan-pertanyaan terlintas. Aku mencoba merunutnya.

“Aku tidak mungkin berbuat sebodoh itu. Aku yakin, aku tidak melakukannya.”

Aku melihat Dhahar mengirim pesan singkat. Tanganku gemetar ketika membuka isi pesan itu. Rasa trauma belum sepenuhnya hilang.

“Sri minta pertanggungjawaban!”

“Ngawurkau! Tidak mungkin. Kau mengada-ada.”

Dhahar menelepon. Ia panjang lebar menceritakan kondisi Sri setelah peristiwa itu. Aku harus bertanggung jawab, termasuk janin dalam rahimnya jika dia hamil. Aib-aib baru akan ramai dibicarakan. Aku semakin tertekan dan kalut membayangkan apa yang bakal terjadi. Masalah belum selesai, kini bertambah pelik. Bingung, bimbang. Dhahar pun menawarkan solusi.

“Kau sudah gila! Tidak, tidak!”

“Semuanya akan berjalan mulus. Yakinlah semuanya aman. Ustaz tidak usah berpikir yang bukan-bukan. Tenang saja Ustaz,semuanya akan baik-baik saja.”

Dua hari kemudian, Sri datang ke rumah. Sekilas kuperhatikan wajahnya pucat. Ia sepertinya dilanda rasa kecemasan. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Aku belum sempat berbicara banyak.

Aku berikan segelas teh hangat. Kupersilakania minum. Tak lama setelah itu, “Sri! Sri!” ia terjatuh. Akumencoba mengangkatnya dan teriak sekuat tenaga. Warga berdatangan. Mereka berusaha menolong Sri. Namun, Sri meninggal dunia. Ia tewas di rumahku. Tanpa diperintah, tiba-tiba warga menghakimiku. Mereka membawa dan melaporkanku. Dan kini aku jadi terdakwa.

*****

Seketika aku sadar di ujung putusan. Detakjantung berdebar semakinkencang. Dalam pikiran membayangkan mereka yang lebih dulu divonis hukuman matidan dieksekusi. Matidi tangan regu tembak. Cerita-cerita panjang merekayang dieksekusi mati. Dipancung, diseret dengan kuda, dilempar menjadi makanan buaya, diracun, hingga ditembus peluru regu tembak.

Aku mengingat-ingat kembali apa yang terjadi sesungguhnya. Namun, ini adalah perlintasan. Jalan hidup yang harus kutempuh. Aku sadar betul semua perbuatanku datang dari diriku sendiri, bukan orang lain, apalagi takdir Tuhan. Biarkan kutempuh. Aku ikhlas dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan, fitrah manusia. Aku sepertinya menemukan jawaban-jawaban tentang kebenaran itu.

Tiba saat yang ditunggu-tunggu. Ruang sidang yang semula hening mulai riuh lagi. Petugas menenangkan suasana. Aku dengan seksama mendengarkan amar putusan vonis yang dibacakan Yang Mulia. Dan: “Mengadili, menyatakan terdakwa tidak terbukti bersalah melakukan tindakpidana. Membebaskan terdakwa dari semua dakwaan serta memulihkanhak-hak, harkat, dan kedudukannya.”

Tanpa kusadari tubuh menjatuhkan diri darikursi. Kedua kedua telapak tanganmenghempasdan kening menempel di lantai. Suara-suara hujatan terdengar begitu keras. Namun aku tak peduli. “Apaka hini jawabannya? Biarkan takdir Barseso seperti dalam cerita itu. Sebuah tamsil yang melegenda.” (T)

Tags: Cerpen
Previous Post

Membaca Buku “Aku Radio Bagi Mamaku”: Naya Berani Sekali

Next Post

“Memanen Hujan”, Membagi Narasi Kecil Sebelum Ditelan Pesta Kembang Api Akhir Tahun.

Kambali Zutas

Kambali Zutas

Lahir di Nganjuk, Jawa Timur, kini tinggal di Denpasar, Bali. Kesibukan sehari-hari selain jurnalis, juga menulis esai, puisi, dan cerpen. Berkecimpung di organisasi profesi sebagai Anggota Bidang Etika dan Profesionalisme AJI Kota Denpasar.

Next Post
“Memanen Hujan”, Membagi Narasi Kecil Sebelum Ditelan Pesta Kembang Api Akhir Tahun.

“Memanen Hujan”, Membagi Narasi Kecil Sebelum Ditelan Pesta Kembang Api Akhir Tahun.

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co