15 April 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Khas
Ist

Ist

Pesona Musik Bambu “Manuru” Idamdehe Gamsungi

Pinky Ariani So by Pinky Ariani So
December 10, 2018
in Khas
6
SHARES

Warga desa Idamdehe Gamsungi Kecamatan Jailolo – Kabupaten Halmahera Barat, bersatu menghadirkan hampir seluruh kaum pria, berpartisipasi menyuarakan dengungan Musik Bambu Manuru. Mulai dari berbagai acara di desa hingga tingkat kabupaten, Kelompok Pemain Musik Bambu Manuru ingin mendengungkan ke kancah nasional hingga internasional.

Musik merupakan bahasa universal, karena melalui musik, manusia dapat saling berkomunikasi hingga menyentuh segala lapisan masyarakat bahkan melampaui masa ke masa. Umumnya digunakan untuk mengiringi gerak tarian dalam menyempurnakan keindahan dari suatu tarian.

Musik juga digunakan dalam ritual-ritual adat sebagai simbol keselarasan antara sesama manusia, alam dan penciptanya. Dilengkapi kearifan lokal, alat musik pun dibuat dengan sumber alam yang tersedia. Salah satunya adalah Musik Bambu “Manuru” Idamdehe Gamsungi di Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat yang menggunakan bambu sebagai bahan utama pembuatan alat musik.

Mau tahu lebih lanjut mengenai Musik Bambu Manuru, dipersilahkan untuk menjelajah tulisan di bawah ini.

Sejarah Musik Bambu Manuru

Menurut penuturan Bapak Agus Boky (47 tahun), Ketua Grup Musik Bambu Manuru Desa Idamdehe Gamsungi, musik ini diperkenalkan pertama kali oleh Bapak Manuru ± 120 tahun yang lalu. Bapak Manuru ini sendiri berasal dari daerah Sangir di Sulawesi, dimana beliau datang dan menetap di Desa Idamdehe Gamsungi mengajarkan mengenai musik bambu.

Musik ini diajarkan semata-mata sebagai sebuah sarana hiburan bagi warga. Karena pada umumnya mata pencaharian warga Desa Idamdehe Gamsungi adalah petani terutama petani rempah maka musik ini disuguhkan untuk menghilangkan penat seharian bertani hingga merayakan perjuangan hasil panen rempah. Maka dari sinilah Bapak Manuru mengajarkan Musik Bambu untuk dimainkan oleh warga Desa Idamdehe Gamsungi.

Di sisi lain menurut Bapak Frans May (65 tahun), Ketua Adat Desa Idamdehe Gamsungi bahwa sekitar abad ke -19 musik bambu sudah ada dan dapat hadir karena masuknya injil di Desa Idamdehe Gamsungi. Memang benar musik bambu bukan musik asli di Halmahera Barat. Tetapi bilamana kebudayaan atau kesenian itu sudah berusia diatas 50 tahun, musik itu sudah menjadi bagian dari kesenian budaya asli hingga dapat dikatakan berasal dari Desa Idamdehe Gamsungi.

Menurut cerita warga desa setempat, musik bambu ini pernah hilang dari Desa ini namun karena kepedulian orang-orang tua yang masih mengetahui musik tersebut maka dilestarikan kembali hingga saat ini. Itu sebabnya musik ini dimainkan oleh orang berusia mulai dari 25 tahun hingga 70 tahun, dengan didominasi oleh usia orang-orang tua.

Alat Musik Bambu Manuru

Alat musik yang digunakan pada Musik Bambu Manuru ini terdiri dari 14 alat musik, yaitu: Alat musik Bas, Mi Randah, Sol, Do, Mi, Sol Tinggi, Mi Tinggi, Bas Cabang, Mi Cabang, Sol Cabang, Do Cabang, Tenor, Suling dan Juk. Setiap alat musik dimainkan oleh 3 s/d 5 orang pemain musik.

Dalam pertunjukkan Musik Bambu Manuru, seragam yang dikenakan wajib oleh pemain Musik adalah Tuala Pelangi, yang merupakan ikat kepala adat daerah Maluku Utara. Kelompok ini juga mempunyai kostum yang disesuaikan dengan acara dan tamu yang akan disambut, untuk tamu dari kesultanan mereka menggunakan pakaian adat, untuk acara resmi pemerintahan menggunakan batik, sedangkan untuk kegiatan di gereja mereka menggunakan baju putih.

Cara Memainkan Musik Bambu Manuru

Musik Bambu Manuru dimainkan oleh kelompok berjumlah 70 orang personil dan hanya terdiri dari kaum pria adalah bentuk permainan musik secara ensambel, yakni ada kelompok pemain musik yang bermain bersama secara tetap.

Musik ini ditampilkan pada saat upacara seremonial, penjemputan tamu baik tamu pemerintahan, tamu adat, dan dapat pula dipertunjukkan upacara iringan pengantin sebagai hiburan untuk tamu. Dapat difungsikan pula tampil pada kegiatan gerejawi umat kristiani seperti Ibadah Natal. Seperti halnya grup musik pada umumnya, Musik Bambu Manuru dimainkan sesuai fungsi alatnya masing-masing dan dikombinasikan menjadi satu irama yang pas dan enak didengar.

Untuk alat Musik Bambu Manuru dimainkan dengan cara ditiup dan jari-jemari bergantian buka tutup lubang udara pada alat musik bambu. Hanya ada satu yang dimainkan dengan cara dipetik, yaitu alat musik juk yang terdiri dari 4 senar persis seperti ukulele.

Lagu yang dikumandangkan oleh musik ini, umumnya lagu seperti Mars Idamdehe Gamsungi, lagu Indonesia Raya, lagu nasional lainnya, dan lagu permintaan dari tamu undangan.

Ayo, Perdengarkan ke seluruh dunia!

Dalam melestarikan kesenian tradisional daerah khususnya Musik Bambu Manuru, sebagai ajang promosi menampilkan pertunjukkan musik diluar Desa Idamdehe Gamsungi Kec. Jailolo Kabupaten Halmahera Barat, kelompok musik membutuhkan bantuan dana.

Bantuan Dana ini akan memfasilitasi seluruh pemain Musik Bambu Manuru mencapai ±70 orang dan memerlukan kebutuhan seragam tampil, perawatan alat musik hingga kesiapan menjelang tampil. Namun disamping semua itu, sangat tidak mengecewakan membantu Musik Bambu Manuru tetap eksis ke kancah nasional hingga internasional, karena sungguh mempesona. (T)

Tags: alamBudayamusikSeni
Pinky Ariani So

Pinky Ariani So

Mahasiswi STD Bali

MEDIA SOSIAL

  • 3.5k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Ilustrasi tatkala.co | Satia Guna
Cerpen

Utang | Cerpen Rastiti Era

by Rastiti Era
April 10, 2021
Patung Bob Marley yang sedang membaca buku di Taman Baca Kesiman, Denpasar
Esai

Taman Baca Kesiman, “Hub” alias Tempat Penghubung di Riuh Denpasar

Berjalan melintasi jalur setapak yang disisi kiri dan kanan adalah kebun berisi tanaman tanaman dengan bunga yangindah atau menghasilkan sesuatu ...

March 8, 2020
Foto diambil dari google (www.tripadvisor.com)
Esai

Catatan Harian Sugi Lanus: Sejarah Pasar Kreneng dan Solusi Sampah Plastik

DENPASAR era sebelum kemerdekaan setidaknya terdapat 2 pasar besar: Pasar Payuk dan Pasar Kreneng. Pasar Payuk adalah tempat penjualan segala ...

November 21, 2018
Lukisan: Ketut Kabul Suasana
Cerpen

Buah Lango

Cerpen: Arya Lawa Manuaba Dukun itu berkata, hanya buah lango yang bisa mengobati sakitku yang sudah kronis. Sakitnya bukan kepalang. ...

March 10, 2019
Foto ilustrasi: FB/Polsek Kawasan Laut Gilimanuk
Esai

Para Pemburu Kembali ke Rumah

Pada masa pra-agrikultur, manusia mungkin tak mengenal istilah “pulang”, sesuatu yang berlalu sebagai sesuatu yang telah hilang. Tak ada tradisi ...

June 2, 2019
ILustari tatkala.co | Nana Partha
Esai

Para Pemuja, Kegelapan dan Mimpi

Jñana. Sederhananya berarti pengetahuan. Orang yang berhasil memahaminya, konon akan terlepas dari suka dan duka. Memahami Jñana bukanlah persoalan mudah. ...

December 14, 2020

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Anak-anak di Banjar Ole, Marga, Tabanan, mengikuti workshop yang digelar CushCush Galerry
Acara

Burung Menabrak Pesawat, Lele Dipatuk Ayam | Charcoal For Children 2021: Tell Me Tales

by tatkala
April 13, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Esai

Gejala Bisa Sama, Nasib Bisa Beda

by Putu Arya Nugraha
April 13, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (68) Cerpen (163) Dongeng (13) Esai (1456) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (11) Khas (352) Kiat (20) Kilas (203) Opini (481) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (10) Poetry (5) Puisi (108) Ulasan (343)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In