- Pembukaan: Jumat, 26 Oktober 2018, pukul 19.00 WITA
- Pameran: 27 Oktober – 5 November 2018, pukul 10.00 – 18.00 WITA
Ini bukan pameran foto bisa, bukan semata menyuguhkan karya hitam putih yang puitik klasik, melainkan mengetengahkan karya seorang fotografer profesional, Sofyan Syamsul, yang terlibat sebagai still photographer dalam berbagai film.
Karya-karyanya yang dihadirkan kali ini adalah hasil dari foto-foto yang diambil pada saat produksi film Sekala Niskala (2017), berikut momen-momen dibelakang layar (behind the scene) dari proses cipta film yang terbukti telah memeroleh berbagai penghargaan internasional.
Antara lain Grand Prize kategori Generation Kplus International Jury untuk film berdurasi panjang terbaik di Berlin International Film Festival 2018, Asian Pasific Screen Award untuk kategori film remaja terbaik, Film Terbaik di Tokyo FILMeX 2017, dan Film Terbaik di Festival Film Asia Netpac Jogja.
Dengan demikian, pameran foto ini menjanjikan sejumlah kemungkinan selaras rujukan tajuknya “Melihat yang Tak Terlihat”, seakan mengajak publik untuk menelusuri atau terlibat lebih mendalam perihal sebuah proses penciptaan film; berikut adegan-adegan tertentu yang boleh jadi tidak pernah hadir di dalam tayangan film untuk publik, juga mungkin saja mengekalkan sisi-sisi yang tak tertangkap sewaktu pengambilan gambar film di lapangan; termasuk juga scene-scene yang bernasib malang berakhir di meja editing dengan berbagai pertimbangan.
Film Sekala Niskala (Seen and Unseen), disutradarai Kamila Andini, telah ditayangkan khusus atau special screening di Bentara Budaya Bali pada bulan Februari 2018 lalu, selaras program Sinema Bentara “Dunia Batin Kamila Andini”, dihadiri sekitar 700 penonton, dan dilanjutkan dengan bincang proses kreatif. Sekala Niskala juga telah diputar di Toronto International Film Festival (TIFF) tahun 2017, juga di festival-festival film lainnya seperti di Busan, Jepang, Singapura, Dubai, dan lain-lain.
Film yang cerita dan lokasi pengambilan gambarnya berlokasi di pulau Bali ini dibintangi antara lain: Ni Kadek Thaly Titi Kasih, Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena, Ayu Laksmi, I Ketut Rina, Happy Salma dan Gusti Ayu Raka.
Berkisah tentang dua anak kembar laki perempuan, yakni Tantra dan Tantri. Suatu hari Tantri mengetahui bahwa ia tidak memiliki banyak waktu dengan saudara kembarnya, Tantra. Kondisi Tantra melemah dan mulai kehilangan indranya satu per satu. Tantra menghabiskan waktu terbaring di rumah sakit saat Tantri harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjalani hidup sendirian.
Serangkaian pameran ini, digelar pula workshop dan bincang kreatif bersama sutradara muda Kamila Andini.
Sofyan Syamsul lahir di Makassar, 30 Januari 1988, menyelesaikan studi S1 jurnalistik di Makassar. Sofyan merupakan seorang fotografer profesional dan aktif dalam perfilman baik berskala komunitas maupun industri di Indonesia. Dia terlibat sebagai still photographer dalam film Memburu Harimau, Sepatu Baru, Ada Apa Dengan Cinta? 2, Athirah, Kulari ke Pantai dan The Seen and Unseen.
Sebagai seorang fotografer profesional, ia sempat bekerjasama untuk Melbourne University, Femina, Mongabay Indonesia, Federation Internationale De L’ Automobile (Asia Pacific Rally Championship) juga Vanity Fair Italy.
Beberapa pameran fotografi yang pernah digelar: “Halaman Yang Hilang” (The Lost Sheet Page) di Kampung Buku oleh Tanaindie (2014); “Faces” di Rumata’ Artspace kolaborasi dengan Japan Foundation Indonesia (2016); “Common Room” (Ruang Bersama) pada Makassar International Writers Festival (2017). Hingga kini aktif sebagai fotografer di Rumata’ Art Space sejak tahun 2012. (T/*)