AWALNYA saya agak ragu ketika ditugaskan tatkala.co untuk menjadi peserta sekaligus menulis acara “Kopiwriting”, talkshow dan diskusi interaktif bertajuk “Dari Lokal untuk Global” di Hotel Aston Denpasar, Kamis, 27 September 2018.
Acara itu digelar Jalur Nugraha Ekakurir atau yang lebih dikenal dengan JNE Express menggandeng Kompasiana Bali 2018.
Saya ragu karena selama ini saya terbiasa menulis kegiatan-kegiatan budaya, dan tak pernah menulis masalah-masalah ekonomi. Takutnya nanti tulisan saya tentang acara itu tak begitu bagus.
Namun ketika disebutkan bahwa yang akan memebrikan materi salah satunya adalah Niluh Djelantik, saat itulah saya bersemangat untuk ikut. Saya sebenarnya tak begitu kenal juga dengan tokoh wanita itu, namun karena namanya cukup sering masuk ke telinga, saya jadi ingin tahu juga. Kamis sore, dari Singaraja, saya langsung ke Hotel Aston di Denpasar, dan mungkin saya termasuk penulis yang tiba paling awal.
Dalam acara itu, akhirnya saya mendengar semua narasumber, karena ternyata semua narasumber bicara soal pengalaman menarik mereka jadi pengusaha yang berhubungan dengan jasa kurir. Cerita selalu menarik untuk didengar, termasuk cerita tentang bagaimana jatuh-bangunnya seseorang dalam melakukan usaha dagang.
Narasumber itu memang dipilih karena mereka orang-orang yang sukses dan ahli di bidangnya.A ntara lain Head of Cargo Sales JNE Freight Reza Arfandy, serta dua orang pelaku bisnis Bali yang usahanya mendunia, yaitu A.A.A. Mas Utari Noviyanthi pemilik Beehandycrafts Bali, serta Ni Luh Ary Pertami Djelantik selaku pemilik Niluh Djelantik. Mereka membagi berbagai kisah, pengalaman, dan pemahaman tentang awal mula menjadi wirausaha hingga tantangan yang dihadapi dalam mencari pasar untuk produk usaha mereka.
Hadir juga Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Gde Wayan Suamba, S.E, yang pada kesempatan itu mewakili Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali.
Mereka bicara hubungan antara usaha, kreativitas, dan jasa kurir dalam memasarkan produksi ke luar daerah dan ke negara-negara di luar Indonesia. Mereka tentu saja cerita soal JNE.
Acara ini merupakan bagian dari dukungan JNE sebagai jasa kurir ekspres dan logistik yang telah menjalankan bisnisnya selama hampir 28 tahun di Indonesia. JNE diceritakan karena telah membantu perkembangan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) lokal di Bali agar mampu menembus pasar global.
Barang dari Bali memang melimpah ruah dikirim ke luar negeri, karena Pulau Bali punya keistimewaan tersendiri sebagai destinasi wisata dunia, sehingga potensi keunggulan produk UMKM juga menjadi penggerakan perekonomian nasional. Produk UMKM yang banyak diproduksi di Bali antara lain produk makanan ringan, minuman, produk kecantikan, produk spa, sarung Bali, kerajinan tangan, hingga tenun. Semua produk tersebut diminati tak hanya di pasar nasional tetapi juga dalam lingkup pasar global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Pusat Data dan Sistem Informasi Kementrian Perdagangan RI, diketahui perkembangan ekspor non migas di bulan Juni 2018 mengalami peningkatan 7,65% yaitu sebesar 148,2 % dibandingkan dengan bulan Januari 2017yang hanya mencapai angka 30.840 usaha dan masih terus berkembang dengan berjalannya waktu.
“Bali memiliki banyak produk-produk khas yang dihasilkan IKM dan UKM lokal, sehingga berpotensi dipasarkan maupun dijual di seluruh nusantara dan keluar negeri agar semakin berdampak positif terhadap perekonomian,” ujar Head of Cargo Sales JNE Freight Reza Arfandy.
Ia juga mengatakan bahwa JNE dari sisi kapabilitas sebagai perusahaan pengiriman ekspres dan logistik terus berupaya mewujudkan dukungan kepada perkembangan UMKM lokal, seperti memberikan peluang kerjasama kemitraan untuk masyarakat serta program JLC (JNE Loyalty Card) agar pelanggan mendapatkan benefit dari tiap aktivitas pengiriman. “Selain itu, JNE juga memiliki JNE International Service yang siap mendukung pemacaran atau penualan produk khas Bali ke mancanegara”, tambahnya.
A.A.A Mas Utari Noviyanthi, membagi pengalamannya menghadapi berbagai tantangan dalam memasarkan produk usahanya. Selaku pengrajin kipas, ia menjaga eksistensi budaya nusantara khususnya Bali yang tersohor dengan kebudayaannya yang kental dengan memanfaatkan limbah kain kabaya dan endek menjadi kerajinan tangan kipas yang mampu menarik perhatian dan dengan design yang update, namun tetap menjaga keasrian budaya Bali dalam kipas tersebut.
“Tantangan yang dihadapi para pelaku bisnis adalah bagaimana mencari pasar untuk produk kita, membuat produk yang disukai oleh pasar. Selain itu yang tak kalah penting adalah menjaga produksi sesuai order yang kita terima, baik dari segi kualitas dan kuantitas, menjada ketepatan waktu pengiriman, serta inovasi dalam pembuatan produk,” ujar A.A.A Mas Utari yang akrab disapa Gek Mas.
Ni Luh Ary Pertami Djelantik alias Mbok Niluh juga bercerita hal serupa. Saya benar-benar mendengarnya.
Niluh Djelantik membangun usaha produksi sepatu dengan label Niluh Djelantik sejak tahun 2008. Atas konsistensi dalam menjaga kualitas produk, inovasi desain, dan selalu bekerja dengan cinta, hingga saat ini sepatu buatannya sudah bisa ditemukan di seluruh belahan dunia dan di berbagai negara, seperti Australia dan Salandia Baru.
“Kami ingin mempersembahkan sebuah hasil karya anak bangsa Indonesia, yang dibuat tangan dan berkualitas tinggi, dan yang paling utama adalah dibuat di Indonesia. Di mana kita berpijak di mana kita bekerja di mana kita berkarir kita harus melakukannya dengan serius, konsisten, jujur, punya prinsip dan memperjuangkan tempat kita bekerja,” ujarnya.
Mbok Niluh juga mengatakan bahwa salah satu komponen penting agar produk-produk usaha lokal mampu menembus pasar global adalah adanya jasa pengiriman, dan JNE hadir sebagai salah satu perpanjangan tangannya untuk memasarkan produk usahanya ke luar negeri.
“Sampai saat ini saya menjadi pelanggan setia JNE. Pokoknya tiada hari tanpa JNE. Ibaratnya JNE punya kantor di sebelah workshop kami karena dalam sehari kami bisa tiga kali datang ke sana. Pagi datang, siang datang. Kadang jam setengah satu pagi datang. Ada saja. Dan kita sangat setia dengan JNE” tambahnya.
Sebagai perwakilan pemerintah, I Gde Wayan Suamba, S.E. sangat senang dan mengapresiasi acara ini. Ia mengungkap harapannya terhadap pelaku industri di Provinsi Bali agar dapat memproduksi barang sesuai selera pasar dan laku di pasar baik domestic maupun ekspor, tentunya produk tersebut harus berkualitas baik, memiliki harga kompetitif dan tepat waktu pengirman, di samping pelayanan yang baik.
“Kalau kita berbicara UMKM, jumlah UMKM sampai Maret 2018 dari data yang diambil di Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali adalah 313.822 orang. Cukup banyak. Nah, sekarang kan era digital, yang saya harapkan adalah bagaimana produk lokal berjaya di era digital menuju pasar global. Pengiriman ke luar negeri juga perlu digalakan.”
Melalui acara ini, diharapakan informasi mengenai perkembangan industri kreatif, baik yang dihasilkan oleh IKM ataupun UKM lokal, dapat bersaing dan tumbuh untuk para pelakunya, terutama dalam era digital yang sangat dinamis saat ini. Selain acara ini, JNE juga sudah melakukan kegiatan lain untuk mendukung UMKM lokal di Bali agar bisa naik kelas dan tembus pasar global, seperti membuat program Rumah UKM yang saat ini bekerja sama dengan Dinas UMKM Provinsi Bali. Beberapa kali JNE sudah melakukan seminar dan pelatihan bagi para pelaku UKM, seperti pelatihan marketing dan packaging. (T)