“Siapa yang bercita-cita menjadi seorang pelukis?” tanya Ryan, salah seorang mahasiswa KKN PPM XVI Universitas Udayana Tahun 2018, kepada 47 orang siswa kelas IV dan V SD Negeri 2 Mas, Ubud, di suatu sore yang cerah.
Setengah dari mereka, bahkan lebih, mengangkat tangan tinggi-tinggi, ada yang mengangkat tangan kiri, ada juga yang mengangkat tangan kanan, sambil menjawab dengan keras dan lantang “Saya, Kak. Saya….,”
Wajar saja banyak yang mengangkat tangan. Mereka dan tentu saja masyarakat Desa Mas lainnya, mulai dari kalangan muda, hingga dewasa, juga para orang tua, sudah menjadikan patung dan lukisan sebagai bagian hidup mereka sebagai tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Tak heran jika banyak generasi muda terutama anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar bercita-cita sebagai seorang pemahat atau pelukis. Anak-anak SD Negeri 2 Mas yang ditanya Ryan tadi contohnya.
Lalu, apa yang harus diberikan kepada orang yang ingin menjadi pelukis? Tentu saja jawabannya adalah alat-alat melukis, seperti kanvas, kuas, cat, dan lain sebagainya. Namun, apa jadinya jika orang tersebut diberikan setumpuk sampah plastik? Hah, plastik? Yang benar saja. Bagaimana mungkin? Tapi percaya atau tidak, itulah yang dilakukan oleh mahasiswa KKN PPM XVI Universitas Udayana Tahun 2018 di Desa Mas, Ubud, Gianyar melalui kegiatan yang bertajuk “Aku Generasi Muda Mas, Generasi Recycle Art” yang dilaksanakan pada 10-17 Februari 2018 kemarin,
Mereka mengawali dengan memberikan sosialisasi kepada 47 orang tersebut mengenai bahaya sampah plastik yang mencakup dampak dari penglohan sampah yang tidak baik, kemudian dilanjutkan dengan cara membuat lukisan dari sampah plastik yang dibimbing secara langsung. Sampah-sampah plastik yang digunakan oleh mereka ternyata adalah sampah plastik yang dibuang secara sembarangan di beberapa sudut Desa Mas. Kepala Desa Mas. Menurut I Wayan Gede Darmayuda, masalah kebersihan lingkungan khususnya sampah plastik adalah masalah terbesar di desanya.
“Sampah plastik merupakan bahan yang sangat berbahaya untuk lingkungan apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Pemahaman akan pentingnya sampah plastik yang tidak bisa diurai harus ditanamkan sejak usia dini,” ujarnya saat mendampingi anak-anak membuat lukisan sampah plastik di SD Negeri 2 Mas.
Ryan, penggagas sekaligus ketua pelaksana kegiatan tersebut, mengatakan bahwa lukisan dari sampah plastik dapat menjadi media yang pas untuk megenalkan bahaya sampah plastik tersebut. Di samping itu, ia juga berharap lukisan berbahan sampah plastik (recycle art) dapat digunakan sebagai mata pencaharian di masa yang akan datang. “Kami (mahasiswa KKN PPM XVI Unud 2018) terus melaksanakan kegiatan ini pada hari Senin hingga Jumat di SD Negeri 2 Mas pada pukul 16.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita,” tambahnya.
Membuat lukisan dari sampah plastik ini bukanlah perkara susah. Mula-mula peserta kegiatan tersebut memilih dan membersihkan sendiri sampah plastik yang akan digunakan sebagai lukisan. Setelah bersih, mereka memotong sampah tersebut menjadi ukuran kecil dan mengelompokannya sesuai warna. Selanjutnya mereka membuat pola atau bentuk gambar di atas kertas putih kemudian menempelkan potongan-potongan kecil sampah tadi megikuti pola yang sudah dibuat.
Kegiatan tersebut sangatlah dimintai oleh siswa-siswi SD Negeri 2 Mas yang menjadi peserta. Mereka selalu semangat mengikuti kegiatan ini, terbukti dengan hadirnya tepat waktu, bahkan saking semangatnya, ada juga yang sudah hadir satu jam sebelum kegiatan dilaksanakan. “Senang sekali kegiatan ini ada di sekolah kami, saya bisa belajar buat lukisan, bisa nonton video bahaya sampah plastik, dan saya tahu sampah plastik bahaya bagi lingkungan. Pengen rasanya biar kegiatan KKN’nya terus ada.” Ujar Monica, siswi kelas V SD Negeri 2 Mas.
Rasa senang akan adanya kegiatan ini bukan hanya dirasakan oleh siswa-siswi SD Negeri 2 Mas yang menjadi peserta, tapi juga dirasakan oleh Made Sujana, kepala SD Negeri 2 Mas. “Sekolah kami sangat terbantu dengan program dari adik-adik mahasiswa Universitas Udayana, sehingga siswa-siswi kami dapat belajar mengenai bahaya sampah, terutama sampah plastik. Yang terpenting juga, mereka bisa belajar bahwa sampah bukan selalu menjadi sampah, tapi bisa juga dijadikan barang seni yang bida dijual atau dipamerkan. Luar biasa.” Ujarnya.
Di akhir kegiatan, yaitu pada Sabtu, 17 Februari 2018, ada hal lain yang membuat siswa-siswi peserta semakin senang dan bersemangat. Mahasiswa KKN tersebut juga mengadakan pameran lukisan sampah plastik yang sudah dibuat oleh peserta kegiatan, ditambah dengan adanya penentuan pemenang dan penyerahan hadiah dalam melukis menggunakan media sampah plastik tersebut. Lukisan bertema tokoh nasional Republik Indonesia akhirnya terpilih menjadi pemenang, yaitu lukisan wajah I Gusti Ngurah Rai, dan lukisan Bapak Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. (T)