.
GIRI TOHLANGKIR
Gelisah hari ini, gemuruh lumpur abu
menyeret kaki sepasang ayam hutan
terhempas ke ceruk Tukad Yeh Unda
ikan-ikan lampus di pusaran takdir
capung air terbang rendah
dalam pikiran
Gelisah hari ini, rumah-rumah menjauh
canang sari kering di sanggah pemerajan
di jalan orang lalu lalang memanggul beban
yang belum sempat dibagi
seekor kucing melompat dari balik penunggun karang
api matanya redup
lolong anjing senjakala, berputar-putar mencari tuan
sejatinya perih penantian
Pasar perempatan desa, suwung!
janur, kembang, buah-buahan, palawija, sayur-mayur
layu di ladang
kubayangkan dapur ibu, api tungku padam
tak ada asap kopi
tak ada singkong rebus apalagi wangi sambal matah
seonggok kayu bakar menebar bau getah
O, Giri Tohlangkir
siapakah membangunkan tidur panjangmu?
membentang kelir silam di langit Besakih
tentang gema kidung wargasari Eka Dasa Rudra
tentang matahari hilang
tentang ribuan kematian menyambut
anak-anak api
yang berlarian menuruni lereng purba
dan sungai-sungai menuju lautMu
Aku menduga-duga waktu sampai
di halaman pura kawitan
di halaman buku tua.
(Nop. 2017)
APAKAH RINDU
Yang diam-diam mengendapkan pikiran
disecangkir espresso bertuang susu panas
sebagai barista
melukis wajahmudi permukaan
cahaya ruangyang menyamarkan senyummu
mempertemukan bibir kita dalam setiap tegukan
sehingga tandas
Aku tahu, gerimis
selalu turun darilangit kamar
gelisah tidurmu
Mengertilah bahwajarak
tak hanya menumbuhkan rindu
tapi jugagelombang
Di ranting kecil, kesetiaan
sepasang burungberayun-ayun
teruji hembus angin
Di perbatasan pulau ini, kutunggu
seekor merpati melintas
sebab kepak sayapnya
lebih mengerti degup jantung
Suatu hari, akupun menjelma
menjadi seekor merpati!
(Des.2017)
JALAN MENUJU INGATAN
: anakku
Tubuhmu sangat lelap
seperti awal mula doa menidurkanmu
Waktu mencatat setiap peristiwa
indah dan pilu dalam satu paragraf
meski dihapus
selalu ada jalan menuju ingatan
Aku tahu, hadirmu sebagai angin
menyentuh tengkukku
mainkanlah daun pintu itu, nak!
biar deritnya menghujam dada menembus tulang belikat
akan kupikul beban ini dengan kekuatan lain
dengan hembusan napas panjang
sepanjang hembusan napas
Kau tahu, kalender niscaya menuliskan hari baik
untuk setiap perjalanan jauh
kau menarik sauh, memanggil elang laut
menatap tajam lekuk ombak yang membelah
di lambung perahu
Namun badai menghempas, nak!
perahu oleng ke teluk paling senyap
layar kuncup, matamu kuncup
bahkan kau lupa melambaikan tangan, kepadaku.
(Des 2017)
SERINDU DAUN SERINDU POHON
: ibu
Apakah, suatu saat, awan kembali ke asap
asap kembali ke api, api kembali ke nyala tungku
dimana seorang ibu khidmat menanak butiran beras
hasil panen sendiri
Serindu daun
kepada pohon yang memberinya pucuk
serindu pohon
kepada akar yang memberinya nutrisi
aku melekat dalam pelukanmu
bersembunyi dari kejahilan Bhuta Kala
lalu mengembara ke penjuru ruang dongeng-dongengmu
: sejatinya damai ialah pulas di ayunan tanganmu
Menunggu di teras
aroma jajanan pasar berhamburan dari celah keranjang bambu
di atas kepalamu
bubur sumsum bersiram gula merah
klepon pandan pecah di langit langit mulut
: sejatinya nikmat ialah mencecap suapan tanganmu
“Langit yang sering kita pandang
bukan sekadar ruang kosong”, ucapmu suatu ketika
dan aku tak mengerti
Lepuh kaki jejak jarak tak bertepi
berilah satu isyarat, kepadaku
bahwa dirimu baik baik saja
sebelum punggungmu lenyap di tikungan
Maha sunyi padamkan segenap api tubuh
kelopak matamu menguncup
tak mengaduh
kepada penumpah hujan paling kuyup
Akupun, suatu saat, menempuh jalan sama
mencari keberadaanmu, ibu
diantara orang-orang suci
“Waktu tak pernah menoleh setiap panggilan
tapi surya tenggelam di horizon
adalah perjalanan terbit ke tempat lain”, ucapmu suatu ketika
dan aku sedang belajar mengerti.
(Juli 2017)