DI zaman now ini masih tetap ada pasangan muda-mudi atau remaja-remaji yang ingin menikah tapi tak disetujui orang tua. Atau belum minta restu, tapi sudah merasa tak disetujui orang tua dan keluarga besar.
Alasan tak setuju macam-macam. Tontonlah sinetron, di situ banyak kisah cinta berbelit karena manusia sengaja dibeda-bedakan. Misalnya beda suku, agama, dan ras. Jika suku, agama dan rasnya sama, maka yang bikin rumit adalah beda penghasilan, beda kondisi ekonomi. Maka itulah kisah si kaya dan si miskin selalu menarik dijadikan cerita. Gampang bikin konflik.
Nah, jika di dunia nyata ada pasangan muda-mudi atau remaja-remaji tak disetujui ortu maka trik-trik dalam sinetron bisa ditiru. Banyak ada trik di situ. Ada pura-pura hamil, ada yang hamil betulan, ada yang kawin lari seperti main petak umpet, bahkan ada trik dengan pura-pura hendak bunuh diri.
Jika tak bisa meniru kisahnya, setidaknya bisa melakukan akting bagaimana caranya agar kisah cinta terlarang bisa menemui happy ending, meski sebelumnya sudah babak-belur dihajar masalah. Akting penting di saat cinta masuk masa genting.
Ada cerita di kalangan organisasi yang saya geluti sekarang. Saya mempunyai teman laki-laki yang memang punya banyak keahlian, namun sering pura-pura konyol. Sebut saja namanya Eka. Pada suatu saat, kurang lebih empat atau lima tahun lalu, dia mencintai seseorang yang satu profesi dengannya namanya Putu.
Perjalanan cinta kasih yang keduanya jalin berlangsung sudah cukup lama dan dia memutuskan untuk menikah. Namun sayang, dalam perjalanan menuju ke perenikahan, kalau dibilang unik ya unik, tapi sedikit konyol. Cintanya termasuk cinta terlarang karena mereka punya perbedaan yang jadi alasan utama kenapa orang tua mereka tak langsung setuju.
Maka Eka dengan keahliannya bersikap konyol, bagaikan pemain sinetron merancang strategi dan akting yang pas. Saat itu dia berusaha membawa lari pasangan cintanya, sebut saja namanya Putu. Kisah lari ini unik.
Suatu hari Putu hilang. Orang tuanya tentu mencari. Namun Eka tetap beredar di antara teman-teman dan seakan ikut uring-uringan mengaku tak tahu di mana Putu berada. Semua teman kami tidak mengetahui keberadaan Putu dan ikut mencarinya.
Bahkan keluarga si Putu seakan dibikin gila, lantaran ulah cinta keduanya. Berbagai usaha yang ditempuh orang tua Putu yang juga merupakan tokoh masyarakat di lingkungannya guna menemukan anak pertamanya itu.
Suatu saat, di pertengahan cerita hilangnya Putu yitu, saya bertemu Eka dalam sebuah acara organisasi akhir tahun di gedung megah bernama Mr Ketut Puja yang berlokasi di Pelabuhan Buleleng. Kala itu teman-teman se-profesi datang menghadiri kegiatan tersebut termasuk Eka.
Lantaran kabar Putu kabur semua sudah mendengar, mungkin terdengarnya dari kabar burung atau kabar singa yang ada di kota kami menggaung, kami pun bertanya-tanya. Bahkan hampir setiap orang bertanya kepada Eka karena selama ini hanya dia yang paling dekat dengan Putu.
Namun setiap pertanyaan orang ditepis oleh Eka bagaikan ia bermain sinetron. Tiba saatnya saya sendiri bertanya kepada Eka tentang di mana keberadaan Putu. Namun kala itu Eka menjawab dia tidak mengetahui keberadaan Putu. Bahkan dia mengakui sedang sibuk mencari sang kekasihnya itu.
”Saya tidak mengetahui di mana dia berada, saya sangat sedih karena dia menghilang begitu saja. Saya sekarang mencari dia? Saya ingin dia kembali!” Seingat saya seperti itulah jawab Eka pada saya.
Herannya lagi, saat Eka berbicara dia malah menangis serasa meyakinkan orang lain kalau dirinya tidak mengetahui keberadaan Putu. Benar-benar seperti sinetron. Apalagi, saat Eka menangis dia berusaha bersandar di tembok gedung termegah di kota kami hingga melorotkan badannya sampai terduduk di lantai sambil mengusap-usap air mata.
Begitu orang-orang yang ada di hadapannya pergi meninggalkannya, Eka malah mengeluarkan telepon genggamnya. Mungkin, dia itu menelepon Putu yang kemudian saya ketahui ternyata Putu dititip di sebuah rumah di pinggiran selatan Kota Singaraja.
Selang beberapa hari, mungkin Eka bosan menyembunyikan Putu, begitu pula Putu yang bosan bersembunyi bagaikan main petak umpet, akhirnya mereka pergi ke sebuah kota yang juga bertetangga dengan kota kami, guna meminta restu kepada orang tua dan keluarganya bahwa mereka mau menikah.
Setiba dikota yang dituju, bukan disambut baik, malah Eka bersama sang calon mempelai mendapat siraman air hangat sekaligus‘ditampar’ omelan pedas di keluarganya. He,,,he,,,bahkan Eka tak bisa berbuat banyak hingga kembali main sinetron dengan berpura-pura sedih, memelas, dengan mengatakan bahwa Putu telah membawa hasil pekerjaan setiap malam (PSM) yang mereka lakukan saat menjalin cinta.
Dengan keahlian main sinteron yang dimiliki Eka, keluarganya pun luruh.
Lalu giliran keluarga Eka datang ke keluarga Putu untuk meminta restu. Saat itulah Eka sempat gemetar. Ia takut akan kembali mendapat siraman air hangat dari keluarga Putu, seperti yang didapat di keluarganya, atau mendapat perlakuan yang sama pahitnya seperti di keluarganya.
Kembalilah ia mengambil ancang-ancang main sinetron. Aktingnya memang meyakinkan karena Eka memang lelaki pintar dan sejak remaja memang sering bergaul di dunia teater. Namun untuk jaga-jaga, Eka tetap mohon bantuan kepada teman-temannya agar sudi menolongnya untuk ikut bicara kepada ayah Putu yang memang diketahui sebagai tokoh masyarakat yang disegani.
Awalnya orang tua Putu dan keluarga besarnya mencak-mencak, tapi kemudian luruh juga. Mereka pun menikah dan hidup bahagia hingga kini. (T)
Amanat dari tulisan ini:
- Jangan mudah percaya kepada seseorang yang menangis, mungkin karena kelilipan
- Air mata yang keluar dari mata belum tentu karena sedih, tapi mungkin karena memendam niat tersembunyi
- Dunia ini memang dunia sinetron, segala persoalan rumit bisa diselesaikan, baik dengan kepintaran bicara, kepintaran akting, atau dengan cara nekat tanpa logika.