2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Buah Tangan dari Utara, Getar dari Celukan Bawang – Catatan Sebelum Pentas

Jong Santiasa PutrabyJong Santiasa Putra
February 2, 2018
inEsai
22
SHARES

 

“….. sekarang saja bunuh cucu saya dan saya sekalian, daripada kalian bunuh keluarga saya perlahan-lahan seperti ini” kata Nenek Karimun geram di depan kamera, saat pertama kali saya mewawancarainya bersama tim Lembaga Bantuan Hukum awal bulan November 2017.

Kalimat di atas terlontar ketika Nenek Karimun bersama sejumlah warga menghadang petugas PLTU Celukan Bawang yang hendak membuang limbah batu bara di sekitar rumahnya. Nenek Karimun dan warga merasa terganggu atas aktivitas pembuangan limbah tersebut, karena menghasilkan debu, dan limbah batu bara sangat berbahaya bagi kesehatan. Maka dari itu, mereka protes.

Waktu itu Nenek Karimun bersama kedua cucunya, Fahri dan Rafi. Saat mendekati alat berat dengan sigap Nenek Karimun menggendong salah satu cucunya, agar duduk di atas alat berat yang sedang beroperasi. Alhasil petugas PLTU pun mundur dari lokasidan tidak pernah lagi membuang limbah di area rumah Nenek Karimun.

Baginya, itu adalah bentuk intimidasi halus petugas PLTU agar dirinya mau menjual tanah yang ia tempati saat ini. Pasalnya ada 9 rumah yang tidak mau melepas tanah kepada pihak PLTU karena alasan harga yang belum cocok. Salah satunya rumah Nenek Karimun, lokasinya sangat dekat dengan PLTU. Bahkan dengung mesin pabrik saban hari menyertai aktifitas nenek beserta keluarganya. 24 jam nonsetop!!

“Nenek tidak mau menjualnya murah, sementara orang-orang mau jual. Kalau harga pas baru nenek lepas, dikira nenek orang kecil lalu mudah dibodohi” kata nenek menambahi informasi, saat itu nenek lagi sakit, suaranya kecil, seperti tersedak sesuatu.

Pada kesempatan tersebut nenek juga menceritakan perihal hasil panen kebun kelapanya yang terus menurun. Biasanya 1 kali panen, ia bisa mendapatkan 950-1000 buah kelapa, tapi sekarang (pasca PLTU di bangun), hasil panen hanya 180-200 buah saja. Pula ia menceritakan hasil tangkapan anaknya yang seorang nelayan, tidak sebanyak dahulu. Menurun drastis.

Hal ini pula diungkapkan oleh Putu Gede, ketua Kelompok Nelayan Mekar Sari, Desa Brombong, Celukan Bawang, Putu menceritakan dulu berlayar 30 menit di lautan, sudah ketemu lokasi ikan, hasil tangkapan ikan dari 100-150 blek (wadah ikan). 1 blek beratnya 10 kg, jika dikalikan jadi hasil sehari rata-rata 1000-1500 kg. Tapi keadaan sekarang sangat memprihatinkan.Sekali berlayar merekahanya mendapat 10-15 blek, itupun berlayarnya jauh sekitar 25 km dari pantai. Lebih lama dari biasanya.

“Kalau dulu 5 km dari pantai saja langsung dapat ikan, kalau sekarang jauh kedalam-jauh sekali, baru ada ikan” keluhnya.

Selain tangkapan yang sedikit, rumpon-rumpon nelayan yang merupakan rumah ikan buatan nelayan, sering ditabrak oleh kapal-kapal tongkang pengangkut batu bara. Hal ini pernah ia laporkan ke pihak PLTU, kemudian diadakan diskusi dan rapat, namun hasilnya nihil. Sampai sekarang pun tidak ada tindakan.

Dua hari-satu malam, saya dan tim Lembaga Bantuan Hukum-Bali, melakukan observasi pengumpulan data. Tim LBH sejak akhir tahun 2015 telah mendampingi warga sekitar PLTU demi memberi pengetahuan hukum agar dapat bertindak sesuai prosedur. Dari pukul 09.00 wita hingga pukul 23.00 wita kami berkunjung ke sejumlah warga, kelompok nelayan, tokoh masyarakat, melakukan wawancara, ngobrol, bermain-main, sembari melakukan pendekatan kepada warga, agar mereka terbiasa dengan kehadiran kami. Diskusi waktu itu untuk menyepakati pertemuan selanjutnya dalam rangka membahas AMDAL, serta izin pembangunan PLTU tahap II. Rencananya PLTU Celukan Bawang dibangun hingga tahap III. Artinya, akan ada 3 cerobong asap, yang mewarnai langit Celukan Bawang.

“Kita bisa menggugat izin tahap II, karena tahap I saja sudah menimbulkan banyak masalah. Ini pernah dilakukan dan berhasil. Saya harap warga bersatu untuk melakukan gugatan ini” ujar salah seorang tim LBH, saat diskusi di rumah warga.

Selain PLTU, warga Celukan Bawang juga pernah konflik dengan pihak PLN sekitar tahun 2015 lalu. Pihak PLN membangun menara listrik di atas perkampungan warga pindahan eks lahan PLTU. Warga marah karena rumahnya tepat berada di bawah menara tersebut. Warga takut radiasi menara itu berdampak pada kesehatan. Akhirnya mereka melakukan aksi protes sampai hampir memotong besi menara. Untungnya pihak PLN maumemediasi warga untuk pindah dari lahannya, dan memberi ganti rugi berupa uang untuk membeli tanah dan membangun rumah. Alhasil warga kampung Barokah yang awalnya menempati rumah di bawah menara itu berpencar, membangun adaptasi baru di desa lainnya. Desa Barokah sekarang tidak ada, hanya bangunan rumah yang ditinggalkan pemiliknya, seperti desa mati.

“Sistem sosial satu desa telah hilang, peninggalannya berupa bangunan baru ini, masih baru padahal, konfilk lagi, ya pindah lagi, gimana nggak stress warganya” kata Mas Samsul-LBH Bali, yang saat itu menemani saya berkelliling di kampung tanpa penghuni.

Saya merenung, dalam sekali, terbersit ingatan tentang buku Bali Kiri, yang ditulis oleh Bli Ngurah Suryawan, bahwa di balik keindahan alam Bali ini, ada luka-luka orang-orang subaltern yang disembunyikan. Mereka yang berwenang menyembunyikannya di balik kartu pos yang indah, tarian Bali yang seringkali menjadi barang dagangan, dan kesenian yang katanya warisan nenek moyang itu.

Selama proses lapangan, saya betul-betul menggunakan kesempatan langka ini sebagai media pembelajaran. Saya mencatat, merekam, wawancara, merekam video, mengamati, mengobservasi, membaca AMDAL, membaca undang-undang, dan lain sebagainya demi memberi elemen pendukung bagi pementasan. Ini pertama kalinya Teater Kalangan berkolaborasi dengan Lembaga Bantuan Hukum, juga sebagai bukti bahwa kesenian teater mampu mewadahi isu apapun termasuk dalam hal memobilisasi masa, seperti yang dilakukan oleh Wiji Thukul dalam perjuangannya bersama rakyat kecil.

Dalam pendekatan antropologi waktu yang diperlukan untuk mengetahui dan mambaca suatu dinamika masyarakat ialah 1 tahun, dimana siklus kehidupan biasanya berulang. Mungkin dua hari terbilang cukup pendek dan tidak mampu mengungkapkan apa-apa, hal ini saya siasati dengan data-data pendahulu yang sudah dikumpulkan oleh tim LBH, selama satu tahun terakhir. Selama proses, diskusi kecil selalu menyertai.

Alih Wahana

Dari data lapangan yang terkumpul kami mencoba menyusun logika peristiwa, yang kami sepakati ialah sudut pandang yang ingin disampaikan kepada penonton agar penonton mendapat informasi atau gambaran atas apa yang terjadi di Celukan Bawang, dalam hal ini kami sebut “buah tangan”. Proses pemilihan datacukup menggelisahkan bagi saya pribadi sebab ada ketakutan menghantui, jika sejumlah data tidak disertakan, akankah informasi dapat tersampaikan dengan baik? Memiliki banyak data lebih dari cukup untuk membangun suatu peristiwa panggung, bagai simalakama, sebab tidak semua data bisa kita masukan begitu saja, karena durasi yang ketat, serta mempertimbangakan kehadiran jalinan logika, agar memiliki tali temaut menjadi satu kesatuan yang utuh.

Alih wahana data lapangan hingga menjadi peristiwa di atas panggung merupakan hal biasa dilakukan oleh pelaku teater. Begitu pula kesenian lainnya, karya sastra contohnya, novel Orang-orang Proyek-Ahmad Tohari, juga hasil observasi tindak korupsi terhadap lingkungan pembangunan di Indonesia. Masalahnya yang saya rasa cukup patut dipikirkan, seberapa nyata kehadiran kesenian tersebut dalam menggambarkan realitas yang terjadi di lapangan. Sebab ranah panggung, memiliki berbagai macam kepentingan. Seberapa besar nyali untuk mengungkapkan fakta di lapangan kendati itu seronok, kendati itu jorok, kendati itu kotor, tidak enak dipandang mata.

Ide-ide selalu berlari-lari kecil meminta diwujudkan, tapi saya coba olah menjadi suatu keberanian untuk menyuarakan. Kesenian harus berpihak. Silahkan pilih pihak yang mana. Pihak penonton, pihak berkepentingan, atau pihak diri sendiri. Sah-sah saja.

Alih wahana ini menyita perhatian, bagaimana wacana bisa dimasukan ke ruang estetika pemanggungan, agar komposisi, ketidakberaturan, terasa sebagai jalan cerita yang menyeimbangkan, bukan ganjalan di kepala. Misalnya bagaimana memprosakan puisi yang bahasanya penuh interpretasi, tentu data-data semisal kapan puisi itu dibuat, konteks kejadian apa yang melatarbelakanginya, siapa penyairnya, menjadi komponen penting dalam penciptaan karya. Begitu juga data PLTU Celukan Bawang ini, kami ingin menggalang massa, keaktualannya harus segera disampaikan. Dalam hal ini lewat pendekatan teater.

Pilihan Bentuk Pementasan

Akhirnyabentuk peristiwalah yang menjadi eksekusi wacana. Kami selalu memikirkan apakah penonton akan diikutsertakan, atau hanya menonton, atau keikutsertaannya dibatasi. Kami tidak mengikuti selera penonton, tapi ingin mengajak penonton ke dunia yang kami hadirkan. Ada sejumlah adegan yang menuntut penonton untuk berinteraksi aktif, saya ingin mencapai hal itu. Segala pertimbangan dan rencana disiapkan, sebab kehadiran penonton juga menuntut improvisasi tingkat tinggi para pelaku teaternya.

Produksi XII ini masih didominasi oleh ekspresi tubuh dalam mengungkapkan maksud dan gagasan adegan. Tubuh memiliki bahasanya sendiri, interpretasi pun lebih luas, dibanding teks yang baku. Saya lebih suka membenturkan tubuh ke tembok, dibanding meneriakan kata “saya benci kamu”. Peristiwanya lebih dramatis serta melankolis. Tapi saya tidak bermaksud untuk menganaktirikan teks. Teks narasi berupa dialog, rekaman, hasil wawancara hadir di sejumlah adegan, sebagai penguat penggambaran imaji.

Saya juga bermain-main dengan data lapangan, misalnya hasil wawancara, rekaman video, foto, beberapa adegan saya tempelkan hasil wawancara mentah, tanpa berusaha untuk menjernihkan suaranya, bagi saya ini dimensi yang bagus untuk dinikmati,seperti menonton film dokumenter yang kualitasnya amatiran, biasanya saat wawancara pasti ada suara dengung motor, atau suara bakul roti yang lewat, suara-suara pengganggu ini hadir sebagai teks dalam peristiwa di atas panggung. Ada pula video-video yang saya edit terlebih dahulu, selain untuk menyajikan ruang nyata, saya lebih menginginkan kehadiran visual demi membentuk bangunan.

Penata musik juga sayasarankan untuk bermain-main bunyi, suara, dan musik, bunyi distorsi, bising, yang membuat telinga tidak nyaman akan anda rasakan di beberapa adegan. Ada beberapa adegan yang saya hadirkan lewat simbol, yang dibaca secara mendalam, melibatkan logika, pengalaman, dan referensi penikmatnya. Ini hadir sebagai bentuk cerminan bahwa serealitas apapun kehidupan manusia, selalu saja kehadiran simbol, subteks menyertainya.

Peristiwa panggung akan dilaksanakan pada malam penutupan Enam Belas Film Festival-Bali, 10 Desember 2017, yang di selenggarakan oleh LBH-Bali, tempatnya di Galery Cush-Cush Galery. Acara dimulai pukul 06.00 wita yakni didahului dengan pemutaran film Perempuan Punya Cerita. Pukul 20.30 Wita barulah kami gilirannya. Silahkan datang, adapun hal-hal yang boleh dilakukan selama peristiwa panggung berlangsung, yakni boleh mengabadikan gambar dengan blits, boleh mengobrol, boleh tertawa, boleh merekam apalagi semakin dekat dengan aktornya semakin bagus, boleh streaming instastory, boleh menelpon saat berlangsungnya peristiwa, tidak perlu memindahkan mode ke nada getar pada gawai anda, sangat dianjurkan untuk merespon adegan yang hadir.

Akhirnya saya pun tidak bisa mengkategorikan jenis pementasan ini, apakah realis, surealis,atau eksperimental? Ya tergantung pengalaman yang menonton saja. Bukankah kesenian adalah hasil pengalaman berulang yang diturunkan satu generasi ke generasi lainnya. Peristiwa panggung itu ya hasil pengalaman. Silakan, setelah menonton dikategorikan untuk mempermudah menjelaskan kepada teman lainnya.

Salam

Semoga teater bisa memperbaiki hidup

Tags: bulelengPLTUTeaterTeater Kalangan
Previous Post

Merepresentasikan Peristiwa PLTU & Warga: Proses Mengamati, Proses Latihan

Next Post

Korupsi : Harta Di Atas Martabat

Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

Next Post

Korupsi : Harta Di Atas Martabat

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co