5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Guru Bukan Bui – Sebuah Ingatan pada IGK Tribana

Made Surya HermawanbyMade Surya Hermawan
February 2, 2018
inOpini

IBK Tribana bersama murid-muridnya. /Foto diambil di akun FB IBK Tribana

85
SHARES

 

SEBELUMNYA harap maklum, kata ganti “dia” akan kugunakan di tulisan ini. Tidak masalah kalau aku terkesan tidak sopan, yang jelas sampai saat ini aku masih menyapanya dengan sebutan Bapak Guru. “Dia” kugunakan agar tulisan ini lebih enak kuketik.

IGK Tribana. Dia guru yang lahir pada era baby boomer, mengajar aku yang lahir di era Y. Dia guru yang cara mengajarnya melampaui generasinya. Dia mengajar seperti dia sudah paham bahwa dia sedang mengajar lintas generasi. Lahir di generasi yang serba harus manut, mengajar siswa, seperti aku, yang justru ingin bebas.

Setidaknya, itu terlihat dari kesenangannya didebat oleh siswanya. Tepatnya, meminta siswa mendebatnya saat dia menerangkan, pun ketika sedang membahas soal-soal mata pelajaran. Dia aneh, di saat banyak guru sejawatnya menganggap bahwa mengangguk menandai siswa paham, dia justru melihat bahwa menggelenglah tanda bahwa mereka mengerti. Tanda siswa berpikir.

Setidaknya ada dua alasan yang membuatnya begitu. Pertama, karena dia mengajar pelajaran Bahasa Indonesia, yang memang soal-soalnya banyak multi-tafsir. Menimbulkan perdebatan. Kedua, karena memang karakternya yang suka berdebat, atau mungkin diskusi. Karena berdebat konotasinya mungkin lebih negatif.

Mengapa guru didebat atau mendebat guru menjadi penting? Karena pada dasarnya pendidikan itu proses memerdekakan pikiran. Oleh karena pikiran itu abstrak, maka cerminan kemerdekaannya baru dapat dilihat ketika bentuknya telah diubah menjadi hal yang lebih riil, wacana. Jadi, simpulan awalnya yaitu siswa yang pikirannya merdeka adalah mereka yang bebas bicara di kelas, termasuk mendebat guru, kalau keduanya tidak satu pandang terhadap satu hal.

Mungkin ini yang membuat Joyce & Weil, dua orang ahli pembelajaran, dalam bukunya yang berjudul Models of Teaching mengatakan bahwa ruang kelas adalah ruang kebebasan berekspresi dan miniatur demokrasi.

Banyak guru yang masih alergi berbedebat dengan siswa. Atau tepatnya tidak ingin didebat siswanya. Itu kemudian memunculkan dua hal. Satu, karakter guru yang ego. Dua, karakter siswa yang pasif dan penakut.

Karakter guru ego justru bertentangan dengan esensi pendidikan. Dia akan mengekang pikiran siswa bukan hanya dengan batas dinding kelas. Namun justru lebih sempit, akan mengekang pikiran siswa sejalan dengan pikirannya yang hanya dibatasi sendi mati tengkorak manusia. Ego itu juga mengekang kodrat pikiran.

Immanuel Kant mengatakan bahwa pikiran itu organ paling “liar” dalam diri manusia. Pengekangan berlebih terhadap sesuatu yang “liar” justru bukan akan berdampak baik. Atau mungkin hanya akan sekadar menjadi seolah-olah baik. Sementara.

Mari beranalogi. Singa liar dibawa ke pertunjukan sirkus memang sangat menghibur. Tapi, kepergian mereka dari habitat aslinya justru mengganggu keseimbangan hukum alam. Rantai makanan. Mengamankan hal kecil, merelakan hal yang lebih besar terganggu.

Hal serupa terjadi pada siswa, saat pembelajaran di kelas kegiatan memang aman, berjalan sesuai rencana guru, karena tidak ada siswa yang (berani) “membantah” guru. Tapi, selanjutnya, setelah ke luar kelas, mereka tidak akan mendapatkan apapun. Pikirannya masuk bui, dengan jeruji lingkar tengkorak sang guru.

Siswa yang pikirannya dibui, jelas tidak akan tahu apapun melebihi gurunya. Akan menjadi siswa yang pasif, penakut, dan tidak kritis. Parahnya lagi, mudah dibohongi. Dibohongi “tiang listrik”, “Toyota Fortuner yang menabrak tiang listrik”, bahkan “bakpao”. Kalau siswa pikirannya dibui, bukan tidak mungkin akan ada “tiang listrik” lain yang menjadi korban selanjutnya.

Pikiran yang dibui, mungkin juga membuat siswa mudah dibohongi oleh bansos. Akan senyum sumbringah menyambut pejabat yang datang membawa bantuan ke daerahnya. Menyambutnya dengan kalungan bunga Tagetes erecta, juga gamelan baleganjur.

Prihal macet berangkat kerja, banjir di mana-mana, birokrat korup, susah ngurus KK, izin usaha, dan lain lain lain lain, ya biar saja. Peduli apa, yang penting kan dibantu uang. Dapat bansos, pejabat senang, rakyat gembira, apalagi di masa-masa politik seperti sekarang. Sungguh contoh mutualisme yang baik.

Tapi, tentu, itu bukan keinginan pendidikan. Pendidikan melalui sekolah ingin mendidik anak bangsa yang siap membangun bangsanya. Sekolah penting untuk menciptakan manusia kritis, yang tidak mudah dikelabui. Yang berani mengatakan TIDAK ketika melihat sesuatu yang keliru, bahkan salah. Yang tidak manut begitu saja tentang kebijakan yang dibuat pemerintahnya. Yang siap bersaing dengan bangsa lain.

Dan, tentu siap berteriak lantang dan berjuang ketika bangsanya diganggu. Apakah itu bisa dilakukan oleh produk sekolah yang pasif, penakut, dan tidak kritis? Tentu Tidak. Mungkin ini benang merah antara pendidikan dan kemajuan bangsa.

Ini otokritik untuk profesi guru. Termasuk aku. Guru harus sadar bahwa kita bukan lagi menjadi sumber ilmu bagi para siswa. Ilmu saat ini sudah ada di ujung jari mereka. Guru sekarang adalah teman belajar, yang hadir di depan kelas, mendampingi dan membimbing siswa, untuk sebuah pembebasan, bukan pengekangan pikiran.

Sehingga, kelas bukan hanya tempat untuk membahas konten materi. Tapi, sekali lagi, menjadi tempat untuk memerdekakan pikiran melalui diskusi, tidak masalah juga kalau melalui perdebatan, tentu yang sehat.

Guru, sekarang, tidak perlu takut atau malu mengaku salah atau disebut salah oleh siswanya. Mengakui kesalahan tentu jauh lebih bijak daripada mencari pembenaran, apalagi melakukannya dengan jalan pengekangan. Karena, pada dasarnya guru itu bukan lebih tahu daripada siswanya, guru hanya tahu lebih dulu. Jadi, tidak ada alasan yang cukup logis bagi guru untuk mengekang pikiran siswa, menganggap diri selalu dan pasti benar. IGK Tribana tidak begitu.

Satu poin penting, agar ini tidak menjadi salah paham, bahwa yang menjadi otokritik adalah peran guru sebagai pengajar. Di sisi lain, sebagai pendidik, tentunya merupakan kewajiban bagi guru untuk menanamkan atau menyontohkan nilai, norma, dan etika. Prihal nanti dalam pelaksanaannya ada siswa yang dirasa melebihi batas dalam mendebat atau menyampaikan perbedaan pandangannya dengan guru, guru wajib menegur atau bahkan memberi sanksi padanya.

Susah memang menjadi guru, untuk itu, mereka tidak layak dipandang rendah, direndahkan, dan diberikan upah rendah. (T)

Tags: guruPendidikansekolah
Previous Post

Lulus Tepat Waktu atau Lulus pada Waktunya?

Next Post

Generasi Pelurus Bangsa

Made Surya Hermawan

Made Surya Hermawan

Lahir di Denpasar, 7 Oktober 1993, tinggal di Kuta, Bali. Lulusan Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja, 2015. Gemar mendengar cerita politik dan senang berorganisasi. Setleah menamatkan studi pascasarjana di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, ia mengabdikan ilmunya dengan jadi guru.

Next Post

Generasi Pelurus Bangsa

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co