30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Dag Dig Dug” Sebelum Main “HP” – Curhat Kecil Aktris Monolog Pemula

Ni Putu PurnamiatibyNi Putu Purnamiati
February 2, 2018
inEsai

Ni Putu Purnamiati (penulis) saat memainkan monoloh berjudul HP./ Foto-foto: Kardian Narayana

52
SHARES

“HP” adalah judul naskah monolog karya Putu Wijaya. Naskah itu saya mainkan pada saat saya mengawali debut sebagai aktris monolog dan pentas serangkaian Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya. Sebelum memainkan naskah “HP”, saya justru merasa “Dag Dig Dug” seperti judul naskah drama Putu Wijaya yang lain.

Ini adalah pementasan monolog ke-31 serangkaian Festival Monolog 100 Putu Wijaya. Saya mewakili Komunitas Cemara Angin. Saya memainkan monolog “HP” yang disutradarai I Gede Manik Sukadana. Pementasan dilaksanakan di Rumah Belajar Komunitas Mahima, Jalan Pantai Indah, Singaraja, 30 Juni 2017 malam.

Pementasan itu bisa dikatakan cukup sukses walaupun masih jauh dari kata sempurna. Pementasan ini bisa berjalan lancar karena banyak pihak yang membantu seperti tata lampu yang hebat, tata rias, properti yang digunakan saat pementasan, bloking yang harus diperhatikan, dan perlu penonton juga untuk mengapresiasi atau dapat menilai pementasan yang telah ditampilkan.

Yang paling penting, bagaimana proses atau usaha yang telah saya lakukan untuk mempersiapkan pementasan itu, seperti proses latihan. Tiga minggu adalah waktu yang saya gunakan untuk menghapal naskah. Menghapal naskah selama satu minggu dan latihan secara serius bersama sutradara selama dua minggu. Saya mengalami kesulitan dalam proses latihan karena jarang menonton pementasan monolog. Dan saya baru pertama kali mementaskan monolog. Apalagi harus membagi waktu antara latihan, membuat tugas kampus, serta rapat di organisasi.

Saat itu saya sempat kewalahan dan terkadang bolos latihan agar bisa megerjakan tugas dan rapat organisasi. Saya juga sempat pulang ke kampung di Gianyar karena ada rahinan, padahal pementasan sudah dekat. Bahkan saat itu saya mendapatkan ajakan untuk ikut pentas tari pembukaan di kampung dalam acara pelantikan Sekaa Teruna. Saya sangat rindu menari. Tapi begitulah waktu, terkadang susah diajak kompromi. Jadwal pentas tari itu sangat mepet dengan kadwal pentas monolog, tepatnya dua hari sebelum pentas monolog.

Saya sempat berpikir untuk ikut pentas tari, dan pulang kampung satu hari lagi. Tapi monolog belum rampung sepenuhnya, masih perlu latihan lagi. Saya putuskan tidak pulang kampung dan bertekad tampil maksimal dalam pentas monolog. Apalagi banyak hal yang masih harus diperbaiki, misalnya latihan olah tubuh yang terasa masih belum bisa dilakukan maksimal karena sudah lama saya tidak berolahraga. Saya juga perlu latihan pernapasan dan olah vokal. Usai latihan, saya harus menahan sakit pada kaki. Sakitnya hingga keesokan harinya. Tapi monolog harus sukses.

Setelah beberapa hari, saya mulai terbiasa. Tetapi ketika latihan untuk dialog saya malah kesusahan, karena tidak bisa membedakan antara membaca puisi dengan monolog. Ketika dijelaskan bagaimana perbedaanya, saya mencoba untuk membacanya terlebih dahulu naskahnya. Dan betul saja masih banyak kata atau kalimat yang tidak cocok atau tidak sinkron dengan adegan yang dimainkan. Saya masih membaca polos-polos saja, banyak nada-nada yang tidak enak didengar, semuanya masih kacau.

Naskah yang Ringan

Naskah “HP” ini sebenarnya adalah naskah yang ringan, saya sudah dipilihkan naskah yang ringan untuk dipentaskan bagi pemula dan naskah ini tidak seperti naskah Putu Wijaya lainnya yang perlu pemahaman tinggi untuk menjiwainya. Tetapi, jika kita tidak memahami isi naskahnya tetap saja kita akan mengalami kesulitan seperti yang saya alami. Saya justru seperti memainkan judul naskah Putu Wijaya yang lain: yakni “Dag Dig Dug” di dada saya.

Dengan latihan yang cukup keras, akhirnya saya memahami betul-betul maksud dari naskah “HP” dengan dibantu oleh senior. Saya mendapatkan nada, atau suara yang pas untuk setiap kata yang harus diucapkan. Walaupun begitu, selain pelafalan saya juga harus mendapatkan rasa di setiap adegan seperti bagaimana kita beradegan mesra dengan suami, bagaimana kita genit dengan selingkuhan, dan lain-lain. Sehingga adegan itu memang terlihat benar-benar nyata dan tidak dibuat-buat. Setelah itu, satu minggu yang masih tersisa digunakan untuk mencari bloking yang pas serta mendalami karakter di setiap kata yang diucapkan. Saya dan sutradara latihan satu minggu secara ngebut, misalnya pagi latihan selama 3 jam dan malamnya latihan lagi kurang lebih selama 3 jam.

Dan yang paling parah adalah saya tidak percaya diri. Ketika menunjukan permainan saya kepada sutradara, saya lumayan percaya diri. Tetapi ketika orang lain yang menontonnya, apalagi senior yang bisa dikatakan sudah profesional di bidang teater, tiba-tiba semuanya kembali seperti semula, semuanya kacau karena saya terlalu memikirkan setiap adegan demi adegan dengan begitu gugup, dan selalu memikirkan seakan-akan saya diejek atau ditertawai. Padahal sutradara sudah mengatakan bahwa semua penonton sama saja, anggap saja ketika pentas penonton itu seperti batu, tapi tetap saja sulit rasanya. Apalagi saya tahu bahwa penonton pementasan ini pasti bukan orang-orang biasa, melainkan orang-orang yang sudah mengenal dunia teater dan sudah menekuni dunia teater.

Akhirnya saya pasrah saja saat itu bahkan di setiap latihan menjelang pementasan, ada saja bloking yang diubah-ubah yang membuat saya kebingungan. Bahkan saat satu hari sebelum pementasan, saya bersama sutradara masih mencoba untuk latihan dan lagi-lagi ada beberapa adegan dan bloking yang harus diubah. Padahal kemarinnya sudah melakukan gladi langsung di tempat pementasan di Rumah Belajar Komunitas Mahima. Tapi besoknya bersama sutradara saya latihan lagi di kampus bawah Undiksha, dan masih tetap ada perubahan.

Saya juga memikirkan pakaian yang pas untuk dipakai dan akhirnya saya meminjam kepada bibi sebuah daster, celemek, dan sandal rumahan. Saya sempat berpikir bahwa hari esok ketika pementasan dimulai adalah hari yang sangat berat untuk dilewatkan. Tetapi saya mencoba sekuat tenaga untuk selalu berpikir positif, saya tidak masalah dengan teman-teman yang sudah menikmati libur di rumah atau di kampungnya masing-masing. Karena ketika mereka sedang asyik-asyikan tidur, saya justri menikmati proses kehidupan yang lain, saya mendapatkan ilmu baru dan pengalaman baru.

Pementasan Tak Penting

Sutradara mengatakan bahwa pementasan tidak terlalu penting, yang penting adalah bagaimana proses terbentuknya suatu pementasan bisa dipertunjukan dan kita bisa puas terhadap apa yang ditampilkan. Karena di setiap proses latihan kita akan mendapatkan ilmu baru. Proses latihan sebelum pementasan ini mungkin terasa sulit bagi saya, tapi saya senang menjalankannya. Saya puas dengan pementasannya walaupun masih banyak kekurangan. Saya senang pementasan saya diberikan masukan oleh orang-orang hebat seperti Putu Satria Kusuma dan Kadek Sonia Piscayanti, serta penonton lain.

Saya merasa beruntung diberikan kesempatan untuk memainkan naskah monolog ini walaupun pada awalnya saya menerima ajakan itu karena merasa tidak enak dengan senior. Tetapi berkat dukungan semua pihak seperti senior, keluarga, teman-teman dan yang lainnya saya merasa senang dan bersemangat. Saya ingin mendalami dunia teater lebih dari apa yang saya dapatkan saat ini. (T)

Tags: Festival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologseni pertunjukanTeater
Previous Post

Menerka Nasib Drama Gong Lewat Koetkoetbi

Next Post

Mempercakapkan Transportasi Publik di Bali – Sebuah Percakapan yang Agak Sia-sia…

Ni Putu Purnamiati

Ni Putu Purnamiati

Biasa dipanggil dengan nama Ami. Lahir di Keliki, Gianyar, 12 Februari 1998. Hobinya seperti anak muda lainnya: mendengarkan musik. Kini mencoba masuk dunia teater. Punya motto imut-imut: Jadikan kegagalan sebagai langkah awal untuk maju

Next Post

Mempercakapkan Transportasi Publik di Bali – Sebuah Percakapan yang Agak Sia-sia…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co