KABURNYA 4 warga negara asing penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Kerobokan, Senin (19/6) lalu adalah hal biasa. Termasuk keberhasilan Shaun Edward Davidson, 33, asal Autralia, Dimitar Nikolov Iliev, 43, asal Bulgaria, Sayed Mohammed Said, 31, asal India, dan Tee Kok King Bin Kim Sai, 50, asal Malaysia menggali tanah bermodal cetok hingga menemukan terowongan bekas gorong-gorong sepanjang 15 meter yang terhubung dengan jalan raya di sebelah barat tembok penjara. Itu sangat-sangat biasa.
Apa yang dilakukan keempat napi asing itu tak ada apa-apanya dibandingkan pelarian Andy Dufresne, seorang bankir yang menghabiskan hampir dua puluh tahun di Shawshank State Prison atas pembunuhan istri dan selingkuhannya meski ia mengklaim tidak melakukannya tahun 1966 silam.
Bukan tanah yang ditaklukkan Andy Dufresne, melainkan dinding kokoh penjara. Poster Raquel Welch, Rita Hayworth, dan Marilyn Monroe plus palu adalah senjatanya menggali terowongan sepanjang 500 yards atau 457,2 meter selama 20 tahun. Dengan perhitungan yang cermat dia memecahkan pipa pembuangan penjara saat petir menggelegar lalu berkubang dengan kotoran manusia yang mengalir ke sungai. Andy pun bebas. Terutama dari siasat yang dimainkannya selama 20 tahun untuk mempertahankan lubang.
Selepas dari sel di pagi hari dia bekerja di tanah lapang sembari membuang bekal tanah di badannya. Kecerdasan dia gunakan untuk merenovasi perpustakaan dengan uang yang didapat dari pemerintah negara bagian lewat surat-surat yang dilayangkannya dari penjara. Dengan hati-hati Andy pun berhasil mengambil hati para petugas penjara.
Dia mendapat kepercayaan mengelola urusan keuangan penjara. Hingga akhirnya dia dilindungi para penjaga setelah kepala penjara, Samuel Norton memanfaatkannya dalam operasi pencucian uang dengan nama samaran “Randall Stephens”. Kepercayaan ini tak didapatnya dengan mudah.
Dalam dua tahun awal masa penahannya, Andy bekerja di binatu penjara. Dia sering dipukuli geng homoseks “The Sisters” dan pemimpinnya, Bogs. Oh ya, teman pertama Andy di penjara adalah Ellis Boyd “Red” Redding. Dari pria negro inilah palu itu didapat dengan imbalan 10 dolar.
Masih belum yakin pelarian 4 napi asing Lapas Kerobokan itu tak ada apa-apanya? Bagi saya jawaban dari pertanyaan tersebut tak lagi merangsang. Saya lebih tertarik pada pertanyaan apakah keempatnya mengenal sosok Andy Dufresne.
Sayangnya, saya belum sempat bertemu langsung dengan Kalapas Kerobokan Tony Nainggolan untuk menanyakan langsung perihal itu. Tentu bertanya via sms kepada Kapolda Bali, Irjen Pol Petrus Reinhard Golose juga kurang etis. Namun dugaan bahwa Shaun Edward Davidson (vonis 1 tahun), Dimitar Nikolov Iliev (vonis 7 tahun), Sayed Mohammed Said (vonis 14 tahun), dan Tee Kok King Bin Kim Sai (vonis 7 tahun 6 bulan) mengenal Andy Dufresne bukanlah hal mustahil.
Bagaimana tidak? Tokoh Andy Dufresne yang diperankan Tim Robbins dalam film The Shawshank Redemption (1994) masuk sejumlah nominasi penghargaan dan laris di televisi kabel, VHS, DVD, dan Blu-ray. Film yang diadaptasi dari novel karya Stephen King, Rita Hayworth and Shawshank Redemption oleh sutradara Frank Darabont itu juga masuk 100 film yang wajib ditonton sesuai daftar yang disusun American Film Institute.
Tahun 1999, kritikus film Roger Ebert menaruh Shawshank dalam daftar film terbaik-nya. Pembaca majalah Empire memilih film ini sebagai film terbaik tahun 1990-an dan menempati posisi 4 di “500 Film Terbaik Sepanjang Masa” versi Empire tahun 2008. Selanjutnya pada Maret 2011, film ini dinyatakan sebagai film terfavorit pendengar BBC Radio 1 dan BBC Radio 1Xtra sepanjang masa.
Dengan kata lain, mari sepakat untuk menyalahkan Andy Dufresne dalam kasus kaburnya empat napi asing Lapas Kerobokan! Pasalnya dia begitu menginspirasi. Kita juga patut menyalahkan sang bankir dengan vonis hukuman dua kali seumur hidup itu bila suatu saat berpikir tak semua penghuni penjara adalah orang-orang bersalah; termasuk permainan-permainan kotor para aparat di dalamnya.
Andy Dufresne benar-benar terkutuk. Gara-gara dia saya dimarahi istri karena pulang jam tiga dini hari. Di luar rasa kesal bercampur kagum, jujur rasa takut menyelimuti saya setiap kali melayangkan ingatan pada lembaga yang bernaung di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) itu. Saya takut jangan-jangan para pejabat dan petugas Lapas Kerobokan tak mengenal Andy Dufresne. “Pak Tonny, sudah nonton The Shawshank Redemption?” (T)