14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Orasi Hardiman: Seni, Ambiguitas, dan Manusia

HardimanbyHardiman
February 2, 2018
inEsai

Gambar Hardiman diolah dari lukisan karya Alit Suaja

56
SHARES

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian.

Perkenankan saya mengucapkan terima kasih kepada panitia “Festival Monolog 100 Putu Wijaya” yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menyampaikan orasi budaya ini.

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian.

Hari-hari ini kita tahu bahwa begitu banyak teoritikus dan kritikus yang membaca karya seni dengan mengabaikan persoalan bentuk,wacana tubuh, teks atau ‘apa yang tampak’. Para pengamat justru lebih tertarik kepada ‘apa yang disampaikan’, isi, muatan, atau konteks. Tentu saja ada musabab yang melahirkan cara pandang seperti ini.

Pertama, seniman sendiri sebagai kreator telah melahirkan karya seni yang tidak berpihak pada ‘apa yang tampak’, tetapi berpihak pada ‘apa yang dihadirkan’.

Kedua, adanya gelombang pemikiran yang mempertanyakan nilai universal pada karya seni. Sejalan dengan itu, batasan tentang ‘seni untuk seni’ ditinggalkan, dijauhi, bahkan dikubur.

Artinya, paham modernisme yang memuliakan bentuk sebagai bentuk dan ‘mengharamkan’ narasi, muatan, pesan, isi atau ‘apa yang dihadirkan’, kini tidak lagi dipercayai oleh seniman-seniman masa kini.

Seniman masa kini justru berpihak pada persoalan isi atau ‘apa yang disampaikan’. Dan, itu adalah sebuah upaya seniman dalam rangka memberi makna atas kehidupan manusia. Dewasa ini kompleksitas pengalaman kehidupan manusia dikepung oleh berbagai persoalan, sebutlah misalnya kapitalisme global yang tidak terbendung, perusakan lingkungan yang tidak terkendali, sain dan teknologi informasi yang demikian maju pesat, perang fisik dan perang ideologi yang makin menjadi, pribadi manusia yang terbelah, masalah perempuan dan gender yang terus mengemuka, seks dan kekuasaan yang makin menajam, dll adalah contoh gambaran peradaban manusia masa kini.

Seniman masa kini adalah seniman yang sanggup memaknai kehidupan manusia masa kini. Pemaknaan ini, bagi seniman, tentu berkaitan dengan estetika. Namun demikian, estetika yang dimaksud tentu juga bukan lagi estetika dalam batasan konvensional atau yang modernis itu atau yang indah-indah itu atau yang menghias-hias itu, atau yang suntuk mengutak-ngatik bentuk itu, atau yang berpuas-puas dengan ‘apa yang tampak’ itu.

Seni dan estetika yang dimaksud oleh para seniman masa kini adalah bukan seni dalam batasan konvensional itu. tetapi seni masa kini adalah seni yang mempersoalkan isi. Dengan demikian seni bisa leluasa berperan sebagai pemberi makna atas kehidupan manusia. Karena itulah bagi seniman masa kini, seni itu harus berpihak pada persoalan kehidupan manusia yang dimaknainya melalui cara representanya.

Kita percaya bahwa apa-apa yang direpesentasikan oleh seniman senantiasa dipengaruhi oleh keadaan diri sang seniman: biografi, visi kesenian, ideologi, dan lingkungan kemanusiaannya. Oleh karena itu, meminjam Piliang, kesenian secara umum, tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan. Hubungan timbal balik inilah yang melahirkan pendapat bahwa karya seni yang baik adalah suara zaman.

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian.

Hari-hari ini seni pertunjukan—teater, tari, musik, termasuk seni rupa pertunjukan—banyak yang mengabaikan “apa yang tampak” yaitu aspek formal seni pertunjukan mulai dari naskah hingga pemanggungannya. Dan, justru mengutamakan “apa yang disampaikan”, yaitu segala sesuatu tentang kompleksitas kehidupan manusia. Seni masa kini adalah seni yang berpihak kepada pemaknaan kehidupan manusia. Segala kompleksitas pengalaman kehidupan manusia adalah pokok garapan seni masa kini.

Sekadar menyebut contoh, ambillah misalnya naskah drama “Hari Ibu”, “Ibu Sejati” atau “Ih” ketiganya karya Putu Wijaya dengan tegas memerlihatkan kecenderungan estetika seni masa kini yang berpihak kepada persoalan isi atau persoalan “apa yang dihadirkan”.

Dalam “Hari Ibu” tokoh bernama Ami memerlihatkan problematika hidup atau pandangan tentang hidup yang juga memperlihatkan ambiguitas sudut pandang tentang ibu. Di satu sisi, Ami pada momen “Hari Ibu” mengingatkan kepada kita juga kepada anaknya untuk mengucapkan “Selamat Hari Ibu” kepada ibunya. Bahkan diucapkannya juga kepada ibu tirinya yang telah menguras kantong dan nurani ayahnya. Dalam situasi yang ambiguitas, ucapan “hari Ibu” itu disampaikan Ami.

Dalam naskah itu, jelas Putu Wijaya tidak menghadirkan Ami yang “hitam”, tidak pula menghadirkan Ami yang “putih”. Pendeknya cerita “Hari Ibu” ini tidaklah hitam-putih perkara baik dan buruk.

Contoh yang lebih menonjol diperlihatkan Putu Wijaya pada naskah “Ibu Sejati”. Si ibu dalam naskah ini adalah ibu yang sangat mencintai si Ujang, anaknya. Si ibu pulalah yang memenjarakan si Ujang dengan cara melaporkan “kejahatannya” kepada polisi. Di sini cinta sama dengan membunuh. Sebuah ambiguitas yang betul-betul membetot-betot nurani kita.

Contoh yang sama dapat dilihat pada cerpen “Tetek” karya Kadek Sonia Priscayanti. Dalam “Tetek” sama sekali tidak digambarkan ihwal kualitas seksual tubuh perempuan atau daya tarik seksual tubuh perempuan yang lebih bersifat ragawi, justru yang diperlihatkan Sonia adalah perkara petaka yang ditimbulkan dari sepasang tetek. Tubuh perempuan dalam cerpen Sonia adalah pemaknaan tubuh yang timbul karena konstruksi sosial-budaya yang patriarkhi.

Serupa dengan itu, pertunjukan “Jayaprana Layonsari” karya Putu Satria Kusuma yang naskah dan garapannya dikerjakan Putu Satria Kusuma beberapa tahun yang lalu, justru lakon yang bersumber dari cerita lisan ini dimaknai Putu Satria Kusuma pada persoalan seks dan kekasaan, bukan dalam bingkai narasi dongeng suci yang telah dimitoskan itu. Karya Sonia dan karya Putu ini dengan terbuka memerlihatka keberpihakannya pada “apa yang disampaikan” yakni pemaknaan kehidupan manusia, yang juga memerlihatkan suara zaman.

Rekan-rekan seniman, penikmat seni, kaum terpelajar, budayawan, dan hadirin sekalian

Membaca karya Putu Wijaya, Kadek Sonia Priscayanti, dan Putu Satria Kusuma, segera tertangkap bahwa seni bagi mereka adalah persoalan isi atau “apa yang disampaikan”, bukan persoalan bentuk atau “apa yang tampak”. Inilah seni masa kini.

Sekian, terimakasih, salam budaya,

Hardiman

Tags: Festival Monolog Bali 100 Putu WijayaMonologSeniseni pertunjukanTeaterTubuh
Previous Post

Belajar Jujur Melalui Permainan dan Lagu “Meong-meong”

Next Post

Bukan Caka, tapi Saka – Selamat Tahun Baru Saka, Selamat Nyepi…

Hardiman

Hardiman

Kurator dan dosen Seni Rupa Undiksha Singaraja. Dikenal juga sebagai penggiat teater, penulis puisi dan pelukis. Buku kumpulan esai kuratorial diterbitkan Mahima Institute Indonesia dengan judul Eksplo(ra)si Tubuh (2015)

Next Post

Bukan Caka, tapi Saka – Selamat Tahun Baru Saka, Selamat Nyepi…

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co