6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kisah Petani Kopi, Burung Punglor, dan Mistis Spiritual Bali di Batas Wallacea

Made NurbawabyMade Nurbawa
February 2, 2018
inEsai

Net

81
SHARES

Kisah Petani Kopi

DI sebuah desa di Tabanan Kauh, Bali, seorang petani kopi sibuk bekerja di kebun merabas rumput. Karena rumput sudah tinggi melebihi lutut. Seperti biasa, rumput harus dipangkas, rata-rata 3 kali dalam setahun, agar produksi kopi bisa optimal.

Sambil bekerja Si Petani berharap bisa memetik buah pisang untuk dijual. Hari itu ada satu pohon pisang yang sudah tua. Pikir Si Petani, setidaknya 50-75 ribu rupiah uang pasti didapat dari menjual buah pisang di warung. Kebetulan hari itu Si Petani tak punya uang sepeser pun untuk membeli lauk-pauk bagi anak-anaknya.

Sore hari menjelang pulang, Si Petani bergerak menuju pohon pisang. Batang pisang dipotong sedemikian rupa agar batang pisang rebah perlahan, sehingga buah pisang bisa dipetik dengan mudah.

Sayang seribu sayang, buah pisang yang dalam satu tandannya terdiri dari ratusan buah itu tidak layak dijual. Buahnya kena penyakit. Bagian dalamnya memerah dan hitam. Padahal dari luar kelihatan mulus. Harapan Si Petani lenyap. Ia gagal menjual buah pisang di warung terdekat.

Dengan pikiran kosong, Si Petani beranjak pulang. Ia sudah siap makan dengan lauk ala kadarnya: sambel telengis dan sayuran. Namun, saat menyusuri jalan setapak di kebun, seorang petani tetangganya yang membantu merabas rumput menginformasikan kalau di salah satu pohon kopi ada burung punglor yang bersarang dan kemungkinan sedang beranak.

Di desa itu para petani sudah mahir membedakan suara burung punglor di alam terbuka. Dari suaranya saja, biasanya diketahui burung punglor sedang beranak sekaligus diketahui pula keberadaan sarangnya.

Burung punglor adalah salah satu jenis burung yang banyak dipelihara karena memiliki suara bagus. Anakan burung punglor sudah lama menjadi komuditi pasar yang laris manis di desa itu. Penggemar burung punglor biasanya membeli anakannya agar mudah dilatih sehingga ketika dewasa mampu berkicau bagus. Burung dengan kicau yang bagus memiliki nilai jual tinggi karena mampu memenangkan perlombaan suara burung.

Komunitas dan penggemar burung punglor di Bali dan Indonesia ada ribuan dan sudah eksis sejak lama. Rata-rata harga anakan punglor Rp. 200-250 ribu per ekor.

Tak berpikir panjang, Si Petani Kopi bergegas mencari ordinat sarang burung punglor seperti yang ditunjukkan oleh petani tetangganya. Benar saja, tidak begitu sulit Si Petani Kopi menemukan sarang burung punglor itu. Setelah dilihat, jumlah anakannya hanya 1 ekor. Namun tampaknya sudah layak dijual sesuai harga pasar.

Di sisi lain, kecintaan Si Petani Kopi terhadap lingkungan mulai membuatnya ragu. Ia tidak langsung mengambil anakan burung punglor itu di sarangnya. Sejenak ia diam. Ia berpikir panjang antara mengambil atau membiarkan anakan burung punglor itu di sarangnya.

Terbersit rasa kasihan di hati Si Petani Kopi. Ia tidak biasa menjual anakan burung punglor yang hanya satu ekor itu, walau hal itu sudah lumrah dilakukan oleh warga di desanya. Tetapi di sisi lain, jika tidak diambil ia yakin tidak lama lagi lokasi sarang itu akan diketahui orang lain dan anakannya diambil orang lain untuk dijual.

Setelah merenung sejenak Si Petani Kopi akhirnya memutuskan untuk mengambil saja anakan burung punglor itu. Ia menjualnya ke pengepul. Dan sore itu ia bisa membawa pulang uang Rp. 200 ribu. Anak-anak dan keluarganya pun bisa menikmati lauk-pauk yang agak mewah di meja makan.

Begitulah dinamika kehidupan. Walau Si Petani itu sadar akan makna konservasi lingkungan namun ada kondisi lain yang membuatnya terpaksa melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nuraninya. Begitulah nasib burung punglor, gara-gara suaranya yang merdu, akhirnya ia menjadi komuditi untuk diperjualbelikan.

Garis Wallacea

Di Indonesia terdapat beragam jenis burung peliharaan karena suaranya merdu. Tetapi belum banyak yang tahu kalau dari beragam jenis burung di Indonesia itulah garis Wallace berhasil dipetakan oleh peneliti kawasan biogeografis flora dan fauna di Indonesia. Salah satunya adalah Alfred Russel Wallace yang melakukan pengamatan dalam perjalanannya menjelajahi lautan Nusantara antara tahun 1854-1862.

Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian akhirnya pada tahun 1863, Wallace menyatakan dengan tegas dalam tulisannya bahwa batas biografis yang bertipe Asia dimulai dari Selat Lombok berlanjut ke Selat Makassar, kemudian berbelok ke arah timur di Selat Filipina yang kemudian terkenal dengan sebutan garis Wallace.

Garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Di Indonesia ada tiga garis biogeografis flora dan fauna yaitu Wallace, Waber dan Lydekker. Antara garis Wallace dengan Ludekker disebut wilayah Wallacea.

Dalam peta garis Wallace terlihat berada di selat Lombok dan Makkasar terus ke atas membelok ke timur Filiphina. Dari sana terihat bahwa penelitian dan data banyak diperoleh dari proses berlayar dan catatan para pelaut yang melintasi kepulauan Nusantara.

Dilihat dari peta biogeografis flora dan fauna, posisi Pulau Bali persis berada di perbatasan antara geografis Asia dan Australia. Ada asumsi bahwa posisi garis Wallace tidak persis ada di tengah laut Selat Lombok. Seolah-olah di Selat Lombok karena penelitian dan pengamatan banyak dilakukan oleh para pelaut saat itu.

Bisa jadi persisnya garis Wallace ada di daratan tengah Pulau Bali. Hal itu ditandai dengan titik-titik kawasan suci yang percis berada di tengah pulau Bali yang lurus dari selatan ke utara.

Jika asumsi di atas benar, maka Bali sebagai kawasan yang unik dari sisi budaya akhirnya terbukti. Bahwa kebudayaan di sebuah wilayah sangat dipengaruhi oleh energi makrokosmos dan mikrokosmos, sekala maupun niskala. Di Bali hal itu disebut taksu. Taksu itulah kemudian menjadikan manusia Bali selalu dibaluri oleh “mistis spiritual”.

Percaya atau tidak, tentu sangat menarik untuk dikaji dan direnungkan. Karena pengaruh alam terhadap adanya “mistis spiritual” bangsa Indonesia juga pernah terjadi ketika meletusnya Gunung Krakatau pada 27 Agustus 1883. Yang mana di kemudian hari letusan Gunung Krakatau dikaitkan dengan tumbuhnya kesadaran nasionalisme bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

“Mistis spiritual” orang Bali hingga kini sebenarnya tidak pernah pudar walau kadang pura-pura ditutupi (sering karena konflik). Ini dibuktikan dengan banyak hal seperti kerinduan untuk mekrama di desa, atau berkumpul bersama keluarga besar di Pura Dadia saat persembahyangan. Juga kesadaran untuk senantiasa menghormati tempat dan kawasan suci, eling ring kawitan dan leluhur, meyadnya, dan megambel di bale banjar. Dan sebagainya.

“Mistis spiritual” itulah yang sesungguhnya menjadikan Bali sebagai “Pulau Dewata” yang membudaya. Karena membudaya, maka di dalamnya pun termuat tentang awig-awig, tradisi dan adat istiadat. Dalam bahasa akademis kemudian disebut “masyarakat kesatuan hukum adat” Bali. (T).

Tags: balifaunalingkungantabanan
Previous Post

Orasi Cok Sawitri: Mari Memasuki Medan Tempur Simbolik!

Next Post

Sajak Belati

Made Nurbawa

Made Nurbawa

Tinggal di Tabanan dan punya kecintaan yang besar terhadap tetek-bengek budaya pertanian. Tulisan-tulisannya bisa dilihat di madenurbawa.com

Next Post

Sajak Belati

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co