SI laki-laki sibuk membatu istrinya yang sedang hamil memilih-milih pakaian bayi di sebuah toko pakaian bayi. Mereka memilih pakaian-pakaian yang warnanya cerah. Yang membuat penasaran, ia banyak membeli pakaian bayi berwarna merah muda. Mungkin, bayi dalam kandungan ibu muda itu sudah diketahui alat kelaminya perempuan.
Sementara itu, di bagian lain, seorang bapak sibuk memilih boneka Hello Kitty. Mungkin, bapak itu membeli boneka itu untuk hadiah ulang tahun putrinya. Mengapa perempuan selalu diidentikan warna merah muda atau Hello Kitty?
“Pur, Ayo pulang! Sudah dapat susu formulanya. Kita harus pulang agar tidak terlalu larut malam karena besok harus kerja di Paud,” kata Angga membuyarkan lamunanku. Kami pun pergi meninggalkan ibu muda dan suaminya yang sedang mengantri di kasir toko itu.
Keesok paginya, Angga datang ke Paud disambut oleh anak-anak. Mereka pun masuk kelas. Ketika berada di kelas, salah satu anak mengomentari pakaian Angga, “Kak Angga, kok pakai baju pink? Kak Angga cowok bukan cewek. Warna pink buat cewek.”
Apakah perkataan itu sudah dipahami oleh anak itu sendiri? Apakah itu karena dokrin orang tuanya saja? Tanpa disadari, orang tua takut anak laki-lakinya memiliki kelainan.
Tak hanya berhenti pada kejadian itu. ketika anak perempuan yang baru masuk Paud sedang asik bermain di tempat permain rumah tangga, tiba-tiba anak laki-laki yang sudah satu tahun di Paud menghampirinya. “Boleh aku ikut main di sini?” tanya anak laki itu yang paham aturan ketika bermain di Paud.
“Cowok tak boleh main di sini. Ini kan bukan mainan cowok,” jawab anak perempuan itu membuat anak laki-laki itu kecewa.
Namun kemudian Angga menjelaskan bahwa anak laki-laki maupun anak perempuan boleh bermain di permainan rumah tangga. Mereka pun bermain tanpa rasa dibedakan.
Mungkin, masalah ini tidak penting bagi sebagian besar orang tua. Mereka menganggap perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan merupakan hal yang wajar dan normal terjadi. Apakah sesederhana itu? Seolah-olah semenjak masih janin, anak laki dan perempuan memiliki pilihan sesuai jenis kelaminnya. Bahkan, ketika sudah dewasa, perempuan harus mengerjakan pekerjaan sesuai jenis kelaminnya. Padahal tidak jarang seorang perempuan mampu mengerjakan pekerjaan melebihi kemampuan seorang laki-laki.
Akan tetapi, kalau kembali kilas balik di tahun 8000 SM, pemukiman-pemukiman pertanian mulai dibangun. Teknik pertanian gandum mulai menyebar ke Afrika, Mesir, Asia, dan Eropa. Pada tahun 7000 SM, padi, gandum, dan ketela mulai di tanam di Cina.
Di Amerika tengah pun pada masa ini mulai menanam jagung, kentang, kacang-kacangan, dan merica. Di masa inilah, laki-laki dan perempuan memiliki peranan yang sama. Sebab, jika membaca buku sejarah dunia, banyak ditemukan arca-arca wanita hamil. Bahkan, perempuan sangat dihormati sebagai lambang keduburan.
Namun, keadaan menjadi terbalik sejak ditemukan bajak sekitar 4.500 SM. Laki-laki merasa lebih kuat dalam mengatur keperluan rumah tangga. Sedangkan, perempuan hanya mengurus anak dan dapur. Mereka dituntut melahirkan lebih banyak anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sebab, perempuan mulai diposisikan sebagai orang lemah yang tak mungkin membajak lahan pertanian.
Apakah di masa ini sebagai titik awal pelemahan kaum perempuan? Mereka mulai diidentikkan dengan peralatan rumah tangga. Dari generasi ke generasi hingga ribuan tahun, perempuan dianggap lemah. Posisi mereka sudah menjadi “meme” dalam gennya yang selalu diwariskan ke generasinya hingga sekarang.
Apa lagi setelah revolusi indutri, perkembangan teknologi berkembang pesat. Sosial-ekonomi dan budaya mulai mengalami pekembangan pesat pada akhir abad 18 dan awal abad 19. Di masa ini, semakin membombardir pengiklanan hasil produk teknologi yang bermuatan gender. Akibatnya, kesenjangan antara laki-laki dan perempuan semakin memperjauh jarak.
Apakah ini menjadi sumber masalah orang tua? Ia memberikan perlakuan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Bahkan, seorang ibu tidak menyadari sebagai perempuan sedang mengutamakan anak laki-lakinya. Sebab, mereka sudah mulai dibentuk sejak ribuan tahun yang lalu. Untuk itu, sebagian besar legalitas perempuan selalu berada di bawah legalitas laki-laki.
Nah, apa sekarang anak-anak perempuan memiliki perlakuan sama? Apa hanya perlakuan semu saja yang mereka nikmati? (T)