MANUSIA adalah makhluk sosial. Manusia yang satu tidak bisa hidup tanpa adanya manusia lain. Oleh karena itu, di usiamu yang masih muda ini, banyak-banyaklah mencari teman agar hidupmu menjadi lebih mudah. Begitulah salah satu dari sejuta kata orang bijak jika ditanya tentang arti kehidupan.
Artinya apa? Dalam hidup ini, kita selalu berjumpa dengan berbagai cobaan atau masalah. Agar lebih mudah menjalaninya, kita sebagai manusia hanya perlu meminta uluran tangan dari seorang teman. Masalah selesai.
Misal, pada beberapa jurusan di kampus ada tugas kuliah yang sesuai dengan apa yang dipelajari di jurusan, namun ada satu atau dua tugas malah tidak terkait dengan jurusan.
Mahasiswa jurusan bahasa diminta untuk men-design buku cerita bergambar, atau mahasiswa jurusan manajemen diminta untuk men-translate abstrak pada skripsi menggunakan bahasa Inggris. Lalu, beginilah kata mereka: “Sante den, sube ade timpal nak seni rupa.” Santai saja, sudah ada teman mahasiswa seni rupa.
Atau yang mahasiswa manajemen bilang “Oh iya, aku kan punya temen bahasa inggris. Gampanglah itu”.
Lalu, di saat kita meminta bantuan, umumnya basa-basi dahulu, dan tidak langsung menujunjukkan maksud dan tujuan. Ada yang memulai pembicaraan dengan menanyakan kabar, “Bro, gimana kabar ni? Lagi sibuk apa ni sekarang?”
Ada juga dengan malah balik memberi bantuan, “Dik, kamu ada PR? Sini biar kakak bantu.”,
Dan beginilah respon dari yang dimintai tolong: “Kenapa ni?”, “Ada apa ni?” Seakan-akan yang dimintai tolong sudah tahu maksud kita.
Apakah pernah kita sadari bahwa tidak sedikit manusia yang berfikiran negatif saat kita meminta tolong kepada mereka? Ada yang bepikiran bahwa kita hanya menghubungi mereka di saat kita ada perlu saja, namun jika tidak ada perlu, malah kita acuh tak acuh terhadap mereka.
Itu hanya salah satu contoh dari sekian banyak hal negatif yang orang-orang fikir sebelum menolong kita.
Lalu, setelah ditolong, apakah kita sangat yakin bahwa bantuan yang mereka berikan sudah benar adanya? Apakah tulisan abstrak berbahasa Inggris yang kita mintai tolong tidak terdapat kesalahan fatal yang dilakukan secara sengaja? Apakah kita sangat yakin bahwa design buku cerita kita tidak dicat air dengan menggunakan darah atau kotoran?
Bukan ingin membuat kita ragu untuk meminta tolong, tapi pertanyaan-pertanyaan tersebutlah yang selalu ada di fikiran seorang introvert.
Sifat tertutup atau introvert, adalah sifat di mana seseorang selalu merasa nyaman saat sedang sendiri namun merasa gelisah saat berada di keramaian, tidak mudah percaya terhadap orang lain, tidak suka membuang-buang waktu, dan berusaha melakukan segala hal sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
Jumlah seorang introvert jika dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya, jauh lebih sedikit dengan seorang extrovert, seorang yang bersifat terbuka, suka berbaur dan sosialisasi.
Kenyataannya, jika diukur dengan suasana kelas, hanya ada 1 atau 2 orang yang cenderung menyendiri, sedangkan 30 orang akan berbaur dan melakukan aktifitas bersama. Jadi jika kita ingin tahu keberadaan seorang introvert. Cari saja yang suka menyendiri di suatu keramaian, itulah dia.
Begini, kita kadang melihat rendah orang yang seperti itu. “Eh, ajak je dia. Kasian dia sendiri gitu.” Itu jika mereka mengasiani seorang introvert.
Ada juga yang merendahkan, seperti sebuah hinaan: “Rasain tu, ga punya temen.”.
Namun, orang introvert itu tidaklah menghiraukan hinaan itu, Karena ia menganggap berdebat dengan kita hanya membuang-buang waktu saja. Ia hanya berfikir untuk segera meninggalkan mereka dan segera mengurung diri di kamar rumah/kos.
Namun tahukah kita, seorang introvert yang mengurung diri di kamar, tidaklah hanya diam dan membuang-buang waktu. Namun mereka selalu melakukan hal yang dapat melatihnya supaya menjadi yang lebih baik, bahkan yang tebaik.
Jika diibaratkan seperti proses metamorphosis kupu-kupu, di mana seorang introvert pada masa muda ini, layaknya seperti kepompongnya, yang menunggu saat yang tepat untuk menunjukkan keindahannya.
Kenyataannya, jika mahasiswa biasa mampu bertahan dengan puluhan, bahkan ratusan tugas kuliah tentunya dengan meminta bantuan yang tak terhitung jumlahnya, kenapa seorang introvert juga bisa? Bahkan mereka lebih rajin dan aktif di kelas, dan mendapat nilai yang bisa lebih sempurna dengan tanpa meminta bantuan sebanyak mahasiswa pada umumnya.
Kesimpulannya, jika kita merasa bahwa kita memiliki sifat terbuka, berpikirlah terbuka juga, dengan melihat seorang introvert yang berusaha keras melakukan segala hal yang umunya dilakukan oleh berberapa orang. Kita dapat menjadikan ia sebagai inspirasi agar kita bisa menjadi lebih mandiri, berkerja keras, dan mampu menghargai waktu walau hanya sedetik.
Jadi, seorang introvert bukan untuk dikasihani, dihina, atau direndahkan, namun dihargai. (T)