28 February 2021
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
tatkala.co
tatkala.co
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result
Home Opini
Foto: Hendra Wirawan

Foto: Hendra Wirawan

Tentang Sanksi Bertingkat Anak Sekolah – Sedikit dari Debat Pilkada DKI

Made Wahyu Mahendra by Made Wahyu Mahendra
February 2, 2018
in Opini
25
SHARES

BUKAN maksud menceritakan jalannya debat pilgub DKI, tulisan saya ini mengulas satu topik spesifik yang muncul dalam debat semalam sembari nyeruput segelas susu skim. Isunya tentang penanganan anak bermasalah yang melakukan tindak kekerasan, bullying, tawuran.

Pasangan calon nomor urut dua, Ahok/Djarot ,mengatakan ingin menerapkan disiplin dengan cara memberlakukan tindakan bertingkat. Artinya, tingkat kesalahan siswa akan selaras dengan tindakan sanksi yang diperoleh, mulai dari teguran, pencabutan beasiswa, tidak naik kelas, dipindahkan, sampai dikembalikan ke orang tua.

Menurut pasangan calon nomor 3, Anies/Sandi, siswa-siswa bermasalah seperti tersebut di atas harus diselesaikan dengan pemecahan masalah secara sistematis dengan melibatkan guru, orang tua, ahli psikologi, tokoh masyarakat kependidikan sebagaimana tertuang di Permendikbud No. 83, tahun 2015. (Sebelum saya lanjut, saya terus terang tidak bisa menemukan laman yang memuat peraturan ini karena di laman resmi kemendikbud hanya tertuang sampai Permendikbud No.81 tahun 2015).

Bagi yang juga tergelitik dengan keadaan ini, tentu sebagian berpikiran sama dengan pasangan calon nomor 2, dan sebagian lagi mungkin berpikiran sama dengan pasangan calon 3. Tanpa bermaksud mengkotak-kotakkan pemikiran Anda, ijinkan saya menjelaskan kenapa saya sependapat bahwa penerapan disiplin bertingkat adalah solusi.

Lho? Bukannya merangkul, memecahkan masalahnya bersama, memberi pengertian, adalah hal ideal yang mesti dilakukan?

Begini, pemerintah sudah menyadari sulitnya membentuk karakter anak yang ideal dan juga peran penting orang tua sebagai barisan pertama pendidikan anak. Oleh sebab itu pula, pemerintah menuangkannya dalam Undang Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang merupakan Undang-Undang Perubahan dari UU No.23.Th.2002.

Pada pasal 26 ayat 1 menyebutkan bahwa orang tua wajib untuk: (a) mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak, (b) menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya, (c) mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak, dan (d) memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.

Disadari atau tidak, pendidikan pertama memang datang dari orang tua, khususnya pendidikan karakter. Bagaimana cara menyapa dengan santun, berpamitan, meminta sesuatu, cara bertutur dengan orang lain, dan hal hal yang terlihat kecil lainnya, namun sangat fundamental karena mendukung proses tumbuh kembang anak selanjutnya.

Pendidikan kedua datang dari lingkungan sekolah. Ini tempat di mana anak mendapatkan pendidikan formal dan pendidikan karaker sekunder. Kenapa sekunder? Karena kebutuhan karakter primer sejatinya sudah diajarkan oleh orang tua. Sekolah dan tenaga pendidiknya befungsi menyiapkan anak untuk menghadapi proses pendidikan yang ketiga, yaitu sosial masyarakat.

Banyak yang (terlalu) berharap, sekolah akan menjadi tempat satu satunya proses semua hal baik dilakukan, termasuk penanaman karakter. Maka jangan heran ada perspektif yang mengatakan, jika anak kurang pintar, itu salah gurunya tidak bisa mengajar. Jika anak terlibat tawuran, salah guru dan sekolah tidak mengawasi. Jika anak melakukan bullying, salah gurunya tidak kasih tahu cara bertutur yang benar. Apa-apa salah gurunya deh.

Contoh kecil lain, ingat tidak kejadian demi kejadian di mana siswa tidak menghormati gurunya yang juga sempat viral di beberapa media sosial? Ada yang memukul, bolos, sampai duduk di depan bahkan sampai menaikkan kaki di sebelah gurunya. Juga beberapa fenomena siswa terlibat konflik horizontal dengan siswa sekolah lain.

Padahal, hormat menghormati harusnya sudah diajarkan di jenjang yang paling awal. Harusnya lho. Herannya, berapa kejadian menunjukkan orang tua justru sangat membela anaknya, tidak tahu salah benar, juga datang ke sekolah menghardik bahkan ada yang berujung kekerasan. Duh, bapak, ibu. Sekolah itu sudah melakukan yang terbaik membina anak-anak semacam itu. Jika sampai mereka tidak sanggup lagi dan menerapkan sanksi bertingkat, wajar-wajar saja.

Lihat rasio seorang guru harus menghadapi berapa siswa saat ini, berapa beban administrasi yang mereka jalankan, beban jam mengajar dengan pengintegrasian penanaman karakter, belum lagi tuntutan akademiknya dan berapa jam sekolah berjalan. Lah bukannya menjalankan profesi itu harus dengan hati sehingga tidak ada alasan seperti itu?

Oh iya, mereka harus menjalankannya dengan hati, tapi juga dalam batas rasionalitas. Memangnya gampang menjaga karakter siswa sedemikian banyak berbanding jumlah gurunya? Wajarkah para orang tua menyalahkan sekolah dan guru semata padahal mereka harus menghadapi puluhan siswa per gurunya. Bandingkan sekarang dengan orang tua yang, saya yakin, tidak menghadapi anak sebanyak itu di rumah.

Makanya, penegakan disiplin bertingkat itu perlu. Yang menjadi masalah biasanya tingkat terakhir (mengembalikan ke orang tua). Tidakkah itu hanya memindahkan masalah? Bagi saya, lebih baik dia mengulangi dari dasar lagi ketimbang meracuni pikiran anak lain untuk melakukan serupa. Jika dikembalikan ke tahap awal, orang tua bisa memberikan pemahaman lebih dalam ke anaknya, ketentraman siswa lain bisa terjaga. Jangan salah kaprah ya, saya bukan merekomendasikan ini serta merta. Jangan dikira anak salah sedikit, saya sarankan untuk dikeluarkan.

Oh enggak, saya ingatkan lagi. Penegakan disiplin bertingkat. Sebisa masih ditangani sekolah dengan kerjasama pihak orang tua, ya bagus. Cuma kalau dipaksakan tetap di sekolah padahal tindakannya sudah di luar ambang batas demi gengsi daerah dalam angka partisipasi aktif dan persentase lulusan, ya percuma juga. (T)

Tags: anak-anakdebat pilkadasekolahsekolah dasar
Made Wahyu Mahendra

Made Wahyu Mahendra

Lahir di Negara, Bali. Alumni S1 Bahasa Inggris di Undiksha dan S2 Universitas Negeri Malang. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan esai tingkat nasional

MEDIA SOSIAL

  • 3.4k Fans
  • 41 Followers
  • 1.5k Followers

ADVERTISEMENT

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Features
  • Fiction
  • Poetry
Essay

Towards Success: Re-evaluating the Ecological Development in Indonesia in the Era of Anthropocene

Indonesia has long been an active participant of the environmental policy formation and promotion. Ever since 1970, as Dr Emil...

by Etheldreda E.L.T Wongkar
January 18, 2021

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi

Puisi-puisi IGA Darma Putra | Kematian Siapa Hari Ini?

by IGA Darma Putra
February 28, 2021
Cerpen

Tiada

Cerpen: Ni Luh Puspa Pratiwi “Aku adalah perempuan terkutuk!” “Kita adalah kesalahan!” Perempuan itu masih termenung, memikirkan ke mana arah ...

March 17, 2020
Foto by Agus Sofyan
Esai

Menonton Film Horor, Membayar Mahal untuk Menikmati Rasa Takut

FILM horor selalu laku. Bioskop senantiasa ramai, penonton ngantri untuk menonton setan, hantu, dan kawan-kawan. Terakhir yang juga laris dan ...

March 2, 2018
Foto: Putik
Opini

“Rahina Saraswati”, Merayakan Buku – Agar Gerakan Literasi Tak Sekadar Seremonial

  HARI Raya Saraswati adalah hari yang penting bagi umat Hindu. Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah hari di mana turunnya ...

February 2, 2018
Editor Balebengong.id, Anton Muhajir, moderator Made Sujaya dan editor tatkala.co Made Adnyana Ole, dalam peluncuran buku Oka Rusmini di Bentara Budaya Bali, Minggu 14/7/2019 (foto: Dok Bentara Budaya Bali)
Khas

“Men Coblong” dan “Koplak” karya Oka Rusmini: Perempuan dan Laki-laki Feminim

Oka Rusmini (Foto: Dok Bentara Budaya Bali) Dua buku terkini karya sastrawan Oka Rusmini, yakni “Koplak” dan “Men Coblong”, diluncurkan ...

July 15, 2019
Esai

“Ayo Membaca!” – Inilah E-Book untuk Guru & Penyuluh Bahasa Bali

  SAYA mendapat pesan fb messenger dari seorang siswi yang tidak saya kenal. Isinya, pada baris pertama ia perkenalan diri ...

February 2, 2018

PERISTIWA

  • All
  • Peristiwa
  • Kilas
  • Khas
  • Perjalanan
  • Persona
  • Acara
Ilustrasi tatkala.co | Nuriarta
Khas

Nostalgia | Jalan-jalan Bawa Gelatik Pernah Ngetrend di Singaraja Tahun 1950-an

by tatkala
February 28, 2021

ESAI

  • All
  • Esai
  • Opini
  • Kiat
  • Ulasan
Agus Phebi || Gambar: Nana Partha
Esai

Makepung, Penguasa dan Semangat Kegembiraan

by I Putu Agus Phebi Rosadi
February 27, 2021

POPULER

Foto: koleksi penulis

Kisah “Semaya Pati” dari Payangan Gianyar: Cinta Setia hingga Maut Menjemput

February 2, 2018
Istimewa

Tradisi Eka Brata (Amati Lelungan) Akan Melindungi Bali dari Covid-19 – [Petunjuk Pustaka Lontar Warisan Majapahit]

March 26, 2020

tatkala.co mengembangkan jurnalisme warga dan jurnalisme sastra. Berbagi informasi, cerita dan pemikiran dengan sukacita.

KATEGORI

Acara (67) Cerpen (156) Dongeng (11) Esai (1415) Essay (7) Features (5) Fiction (3) Fiksi (2) Hard News (10) Khas (341) Kiat (19) Kilas (196) Opini (478) Peristiwa (83) Perjalanan (53) Persona (9) Poetry (5) Puisi (103) Ulasan (336)

MEDIA SOSIAL

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Peristiwa
    • Kilas
    • Khas
    • Perjalanan
    • Persona
    • Acara
  • Esai
    • Opini
    • Ulasan
    • Kiat
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Hard News
  • Penulis
  • Login
  • Sign Up

Copyright © 2018,BalikuCreative - Premium WordPress.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In