30 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Siapa Penonton Film “Istirahatlah Kata-Kata” di Bali?

Juli SastrawanbyJuli Sastrawan
February 2, 2018
inUlasan

Foto: Sonia

101
SHARES

WIJI Thukul, seorang sastrawan dan aktivis yang tak pernah lekang oleh waktu. Puisi-puisinya seakan menjadi nyanyian dalam sebuah aksi turun ke jalan untuk perlawanan menolak keadilan. Hingga banyak orang percaya bahwa ia masih ada dan berlipat ganda dalam jiwa-jiwa pembangkang yang menolak tunduk.

Beberapa minggu terakhir nama Wiji Thukul kembali ramai dibicarakan. Bukan karena MayDay, atau bukan karena ia ditemukan setelah dihilangkan sebulan sebelum tumbangnya kediktatoran ala Orde Baru. Ini karena sebuah film. Film “Istirahatlah Kata-Kata” yang memang mengisah satu penggal pelarian Wiji Thukul dengan latar wilayah Pontianak.

Film merupakan media edukasi paling mudah dan menyenangkan untuk mempelajari apapun, sejarah salah satunya. Tapi itu tak sama halnya dengan menonton film Wiji Thukul di hari ke-4 di Bali. Di pemutaran pukul 14:10 hanya delapan orang yang menduduki kursi penonton dari sekian banyaknya kursi yang tersedia. Ini ada apa?

Kenapa penonton “Istirahatlah Kata-Kata” tak seheboh penonton daya imaji hantu Valak yang bahkan hingga dua minggu orang masih antri untuk membeli tiket. Jangan-jangan orang lebih suka berkaca pada hantu daripada berkaca pada sejarah? Ah, urusan itu saya kurang tahu.

Ngeri, membayangkan orang berkaca pada mantan saja yang orang sungguhan masih agak sungkan memikirkannya, apalagi pada hantu.

Film “Istirahatlah Kata-Kata” diputar secara bersamaan 19 Januari 2017. Di Bali pemutaran film itu dilakukan di Park 23 XXI, Kuta. Saya menonton di hari ke-4, pukul 14.10. Ya, seperti saya katakan, di kursi penonton saat itu hanya ada delapan orang, termasuk saya.

Saya tak tahu, apakah pada hari-hari sebelumnya, atau pada jam pemutaran malam, penontonnya ramai. Kalau pun ramai, saya kira penontonnya tak seheboh ruang cineplex di sebelah-sebelahnya. Saya lupa melihat, film jenis apa yang diputar di ruang sebelahnya. Film apa pun itu, yang jelas “Istirahat Kata-Kata” kalah jauh dari segi jumlah penonton.

Saya curiga, Bali memang tak diperhitungkan sebagai masyarakat penggemar Wiji Thukul oleh “penjual” film “Istirahatlah Kata-Kata”. Buktinya, pada awalnya, Bali tak masuk dalam daftar 10 kota sebagai tempat pemutaran film itu. Lalu belakangan saya baca di Rolling Stones Indonesia lokasinya bertambah menjadi jadi 15. Akhirnya pada 19 Januari menjadi 17 kota dan Denpasar masuk di dalamnya.

Saya termasuk yang sangat gembira karena pada akhirnya Bali kebagian. Karena jika Bali tak kebagian, saya anggap itu bentuk ketidakadilan. Tapi, mengherankan sekali, kenapa film itu tampaknya sepi peminat, terutama anak muda dari kalangan saya?

Siapa sebenarnya penonton “Istirahatlah Kata-Kata” di Bali?

Dari tujuh orang yang saya ajak nonton pada hari ke-4 pukul 14:10 itu saya hanya kenal satu orang, yakni dosen saya sendiri. Saya tak heran dia nonton. Dia memang dosen pengajar sastra yang juga dikenal sebagai sastrawan di Bali. Enam lainnya, saya tak kenal, meski mungkin saja mereka orang terkenal.

Saya hanya menduga-duga mereka adalah penyair, mantan aktivis 98, atau filmmaker. Atau mereka warga biasa yang hanya sekadar ingin tahu.

Di Bali memang terdapat banyak sastrawan, banyak juga seperti Wiji Thukul, menulis puisi. Banyak juga mantan aktivis, seperti Wiji Thukul, yang ikut berjuang menumbangkan kekuasaan Orde Baru. Banyak juga pembuat film, pengamat film, LSM dan anak-anak muda kreatif yang menyukai sesuatu yang jauh dari mainstreams. Merekalah yang saya bayangkan sebagai penonton film Wiji Thukul itu.

Beberapa tahun lalu, sebuah kelompok mahasiswa di sebuah kampus menggelar acara sastra dengan mengambil tema khusus Wiji Thukul. Saat itu ada ratusan mahasiswa menggunakan baju kaos bergambar Wiji Thukul. Ada musikalisasi puisi, ada diskusi puisi, ada pembacaan puisi Wiji Thukul. Saya pikir, mahasiswa itulah yang akan memenuhi bioskop saat “Istirahatlah Kata-Kata” diputar.

Namun melihat kenyataan bahwa bersama saya hanya ada 8 orang di kursi bioskop, saya menjadi tidak yakin. Atau mereka malas menuju bioskop yang lokasinya memang berada di wilayah turis, wilayah yang mungkin jauh dari “pemukiman” kaum pecinta Wiji Thukul. Jika begitu, saya tak khawatir, mungkin film itu akan ditonton ramai-ramai setelah dengan mudah bisa didapatkan di internet.

Saya sendiri – yang hanya sastrawan KW dan tak paham banyak soal teknis film – tak kecewa menonton film ini. Film ini sangat bagus. Saya sendiri bangga dengan karya-karya anak bangsa yang kualitasnya semakin hari semakin bagus. Pengambilan gambar yang apik serta pengaturan yang pas membuat kita seakan-akan dibawa ke situasi tersebut, situasi yang mencekam, terancam dan dikejar kemanapun layaknya seorang buronan.

Memang Anggi Noen ini sutradara edan. Pantas saja film ini mendapat banyak penghargaan. Peran seorang Wiji Thukul yang dibawakan oleh Gunawan Maryanto dilakukan dengan baik, apalagi saat pembacaan puisi. Gaya berjalan khas Sipon, istri Wiji Thukul, yang diperankan oleh Marissa Anita juga menarik perhatian.

Jadi, film ini memang harus masuk dalam daftar film yang wajib kamu tonton. Ada banyak yang dapat dipelajari dari film ini, lebih dari sekedar imaji takut-takutan ala hantu. Tapi belajar tentang kebenaran yang harus diperjuangkan.

Dalam film yang berdurasi 1 jam 45 menit itu dapat dibayangkan bagaimana seorang Wiji Thukul hidup dalam pengejaran hanya karena sajak dan suaranya yang melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebenaran. Hanya dengan kata-kata. (T)

Tags: filmPuisisastrawiji thukul
Previous Post

Hari Pagerwesi Meriah di Buleleng, Kenapa?

Next Post

Siwalatri: Bukan Penebusan Dosa, tapi Merenungkan Dosa Pikiran, Kata dan Perbuatan

Juli Sastrawan

Juli Sastrawan

Pengajar, penggiat literasi, sastrawan kw 5, pustakawan di komunitas Literasi Anak Bangsa

Next Post

Siwalatri: Bukan Penebusan Dosa, tapi Merenungkan Dosa Pikiran, Kata dan Perbuatan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

by Emi Suy
May 29, 2025
0
Membunyikan Luka, Menghidupkan Diri : Catatan Pameran “Gering Agung” Putu Wirantawan

DI masa pandemi, ketika manusia menghadapi kenyataan isolasi yang menggigit dan sakit yang tak hanya fisik tapi juga psikis, banyak...

Read more

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”
Panggung

ft. moreNarra di Acara “ASMARALOKA”—Album Launch Showcase dari Arkana: “Ya, Biarkan”

MENYOAL asmara atau soal kehidupan. Ada banyak manusia tidak tertolong jiwanya-sakit akibat berharap pada sesuatu berujung kekecewaan. Tentu. Tidak sedikit...

by Sonhaji Abdullah
May 29, 2025
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co