10 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Siapa Penonton Film “Istirahatlah Kata-Kata” di Bali?

Juli SastrawanbyJuli Sastrawan
February 2, 2018
inUlasan

Foto: Sonia

101
SHARES

WIJI Thukul, seorang sastrawan dan aktivis yang tak pernah lekang oleh waktu. Puisi-puisinya seakan menjadi nyanyian dalam sebuah aksi turun ke jalan untuk perlawanan menolak keadilan. Hingga banyak orang percaya bahwa ia masih ada dan berlipat ganda dalam jiwa-jiwa pembangkang yang menolak tunduk.

Beberapa minggu terakhir nama Wiji Thukul kembali ramai dibicarakan. Bukan karena MayDay, atau bukan karena ia ditemukan setelah dihilangkan sebulan sebelum tumbangnya kediktatoran ala Orde Baru. Ini karena sebuah film. Film “Istirahatlah Kata-Kata” yang memang mengisah satu penggal pelarian Wiji Thukul dengan latar wilayah Pontianak.

Film merupakan media edukasi paling mudah dan menyenangkan untuk mempelajari apapun, sejarah salah satunya. Tapi itu tak sama halnya dengan menonton film Wiji Thukul di hari ke-4 di Bali. Di pemutaran pukul 14:10 hanya delapan orang yang menduduki kursi penonton dari sekian banyaknya kursi yang tersedia. Ini ada apa?

Kenapa penonton “Istirahatlah Kata-Kata” tak seheboh penonton daya imaji hantu Valak yang bahkan hingga dua minggu orang masih antri untuk membeli tiket. Jangan-jangan orang lebih suka berkaca pada hantu daripada berkaca pada sejarah? Ah, urusan itu saya kurang tahu.

Ngeri, membayangkan orang berkaca pada mantan saja yang orang sungguhan masih agak sungkan memikirkannya, apalagi pada hantu.

Film “Istirahatlah Kata-Kata” diputar secara bersamaan 19 Januari 2017. Di Bali pemutaran film itu dilakukan di Park 23 XXI, Kuta. Saya menonton di hari ke-4, pukul 14.10. Ya, seperti saya katakan, di kursi penonton saat itu hanya ada delapan orang, termasuk saya.

Saya tak tahu, apakah pada hari-hari sebelumnya, atau pada jam pemutaran malam, penontonnya ramai. Kalau pun ramai, saya kira penontonnya tak seheboh ruang cineplex di sebelah-sebelahnya. Saya lupa melihat, film jenis apa yang diputar di ruang sebelahnya. Film apa pun itu, yang jelas “Istirahat Kata-Kata” kalah jauh dari segi jumlah penonton.

Saya curiga, Bali memang tak diperhitungkan sebagai masyarakat penggemar Wiji Thukul oleh “penjual” film “Istirahatlah Kata-Kata”. Buktinya, pada awalnya, Bali tak masuk dalam daftar 10 kota sebagai tempat pemutaran film itu. Lalu belakangan saya baca di Rolling Stones Indonesia lokasinya bertambah menjadi jadi 15. Akhirnya pada 19 Januari menjadi 17 kota dan Denpasar masuk di dalamnya.

Saya termasuk yang sangat gembira karena pada akhirnya Bali kebagian. Karena jika Bali tak kebagian, saya anggap itu bentuk ketidakadilan. Tapi, mengherankan sekali, kenapa film itu tampaknya sepi peminat, terutama anak muda dari kalangan saya?

Siapa sebenarnya penonton “Istirahatlah Kata-Kata” di Bali?

Dari tujuh orang yang saya ajak nonton pada hari ke-4 pukul 14:10 itu saya hanya kenal satu orang, yakni dosen saya sendiri. Saya tak heran dia nonton. Dia memang dosen pengajar sastra yang juga dikenal sebagai sastrawan di Bali. Enam lainnya, saya tak kenal, meski mungkin saja mereka orang terkenal.

Saya hanya menduga-duga mereka adalah penyair, mantan aktivis 98, atau filmmaker. Atau mereka warga biasa yang hanya sekadar ingin tahu.

Di Bali memang terdapat banyak sastrawan, banyak juga seperti Wiji Thukul, menulis puisi. Banyak juga mantan aktivis, seperti Wiji Thukul, yang ikut berjuang menumbangkan kekuasaan Orde Baru. Banyak juga pembuat film, pengamat film, LSM dan anak-anak muda kreatif yang menyukai sesuatu yang jauh dari mainstreams. Merekalah yang saya bayangkan sebagai penonton film Wiji Thukul itu.

Beberapa tahun lalu, sebuah kelompok mahasiswa di sebuah kampus menggelar acara sastra dengan mengambil tema khusus Wiji Thukul. Saat itu ada ratusan mahasiswa menggunakan baju kaos bergambar Wiji Thukul. Ada musikalisasi puisi, ada diskusi puisi, ada pembacaan puisi Wiji Thukul. Saya pikir, mahasiswa itulah yang akan memenuhi bioskop saat “Istirahatlah Kata-Kata” diputar.

Namun melihat kenyataan bahwa bersama saya hanya ada 8 orang di kursi bioskop, saya menjadi tidak yakin. Atau mereka malas menuju bioskop yang lokasinya memang berada di wilayah turis, wilayah yang mungkin jauh dari “pemukiman” kaum pecinta Wiji Thukul. Jika begitu, saya tak khawatir, mungkin film itu akan ditonton ramai-ramai setelah dengan mudah bisa didapatkan di internet.

Saya sendiri – yang hanya sastrawan KW dan tak paham banyak soal teknis film – tak kecewa menonton film ini. Film ini sangat bagus. Saya sendiri bangga dengan karya-karya anak bangsa yang kualitasnya semakin hari semakin bagus. Pengambilan gambar yang apik serta pengaturan yang pas membuat kita seakan-akan dibawa ke situasi tersebut, situasi yang mencekam, terancam dan dikejar kemanapun layaknya seorang buronan.

Memang Anggi Noen ini sutradara edan. Pantas saja film ini mendapat banyak penghargaan. Peran seorang Wiji Thukul yang dibawakan oleh Gunawan Maryanto dilakukan dengan baik, apalagi saat pembacaan puisi. Gaya berjalan khas Sipon, istri Wiji Thukul, yang diperankan oleh Marissa Anita juga menarik perhatian.

Jadi, film ini memang harus masuk dalam daftar film yang wajib kamu tonton. Ada banyak yang dapat dipelajari dari film ini, lebih dari sekedar imaji takut-takutan ala hantu. Tapi belajar tentang kebenaran yang harus diperjuangkan.

Dalam film yang berdurasi 1 jam 45 menit itu dapat dibayangkan bagaimana seorang Wiji Thukul hidup dalam pengejaran hanya karena sajak dan suaranya yang melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebenaran. Hanya dengan kata-kata. (T)

Tags: filmPuisisastrawiji thukul
Previous Post

Hari Pagerwesi Meriah di Buleleng, Kenapa?

Next Post

Siwalatri: Bukan Penebusan Dosa, tapi Merenungkan Dosa Pikiran, Kata dan Perbuatan

Juli Sastrawan

Juli Sastrawan

Pengajar, penggiat literasi, sastrawan kw 5, pustakawan di komunitas Literasi Anak Bangsa

Next Post

Siwalatri: Bukan Penebusan Dosa, tapi Merenungkan Dosa Pikiran, Kata dan Perbuatan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

by Arix Wahyudhi Jana Putra
May 9, 2025
0
Mendaki Bukit Tapak, Menemukan Makam Wali Pitu di Puncak

GERIMIS pagi itu menyambut kami. Dari Kampus Undiksha Singaraja sebagai titik kumpul, saya dan sahabat saya, Prayoga, berangkat dengan semangat...

Read more

Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

by Pitrus Puspito
May 9, 2025
0
Kreativitas dan Imajinasi: Dua Modal Utama Seorang Seniman

DALAM sebuah seminar yang diadakan Komunitas Salihara (2013) yang bertema “Seni Sebagai Peristiwa” memberi saya pemahaman mengenai dunia seni secara...

Read more

Deepfake Porno, Pemerkosaan Simbolik, dan Kejatuhan Etika Digital Kita

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 9, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

BEBERAPA hari ini, jagat digital Indonesia kembali gaduh. Bukan karena debat capres, bukan pula karena teori bumi datar kambuhan. Tapi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co