PETA politik Buleleng terus bergulir mengikuti hasil teropong BMKG (Balian Meneropong Kandidat Galau) terkini. Kegalauan akan kotak kosong yang mengoyak hak demokrasi warga Dembukit diobati oleh putusan PT TUN (Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara) yang memberikan peluang Buleleng terhindar dari kevakuman politik.
Para pengusaha konfeksi tak lagi meradang karena pastilah akan ada order kaos atau atribut, walau dalam waktu mepet. Justru kesempatan bagus untuk meningkatkan nilai tawar dan ingat… TIDAK TERIMA BON.
Begitu juga para korlap dan tokoh-tokoh komunitas siap-siap menerima grilyawan tim sukses. Termasuk para seniman berpolitik yang sudah jauh-jauh hari menyiapkan hasil karya berbau politik untuk segera ditawar oleh dua kandidat yang kian nyata akan bertarung 15 Februari 2017 nanti.
Rekam jejak politik kelam masa lalu akibat serudukan “banteng” terpatri di sudut-sudut hati para politisi dan menjadi trauma warga awam politik. Bagaimana kader-kader “banteng” melempari “kandang”-nya sendiri sebagai dampak proses pergantian pengurus dan pencalegan?
Bagaimana kader “banteng” menyeruduk kawannya dalam sidang pemilihan Bupati/Wakil Bupati yang masih ditentukan oleh para wakil partai politik di kursi empuk dewan, tahun 2002 lalu? Hasilnya, para kader pelempar “kandang banteng” itu pun akhirnya sempat duduk di kursi empuk (bahkan dua periode).
Sementara itu, kader “banteng” pun sempat kehilangan kesempatan menjadi Bupati Buleleng lantaran serudukan antarkader “banteng” sendiri yang sebagian besar memilih berkhianat atas pertimbangan dan hitung-hitungan tertentu.
Begitu dahsyatnya serudukan banteng yang mampu menghempaskan kader sendiri apalagi lawan.
Nah, dalam Pilkada Buleleng kini, head to head sesama kader banteng jelas terlihat. Namun jelas juga terlihat strategi yang dimainkan. “Srudukan banteng memang luar biasa, mobil mercy atau pohon beringin saja bisa tumbang. Nah yang mampu menandingi hanyalah “godel” (anak sapi),” bisik BMKG dalam pawisiknya.
Apakah yang dimaksud “godel” itu adalah kader senior yang sudah sempat menjadi komandan banteng? Bisa saja. Komandan banteng itu, dengan berbagai pengalamannya berhubungan dengan banteng, tentu paham titik lemah keperkasaan dan dahsyatnya tandukan banteng. Tetapi jarang terdengar banteng yang menyeruduk godel yang nota bene bertubuh kecil dan ingusan.
Sikap “godel” ini ditunjukkan pada strategi yang dimainkan dalam menempuh puncak gunung yang penuh liku dan tantangan. Satu poin berhasil didapat, “godel” berkesempatan bertarung dengan “banteng” menuju puncak gunung.
Apakah hasilnya “banteng” akan menyeruduk “godel”? Atau terukir kisah “banteng” terperosok ke jurang lantaran “godel” lolos dari serudukan “banteng”? Atau justru “banteng” memang terlalu kuat, sehingga “godel” pun tak bisa sampai pada serudukan mematikan. (T)