4 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Melukis Hingga Akhir Hayat – Obituari Tedja Suminar di Bentara Budaya

Eka PrasetyabyEka Prasetya
February 2, 2018
inUlasan

Foto: Eka Prasetya

11
SHARES

BERKARYA hingga akhir hayat. Hal itulah yang dilakukan perupa Tedja Suminar. Perupa yang banyak memberikan pengaruh bagi ranah seni rupa di Bali dan Jawa Timur itu, tetap berkarya hingga menjelang tutup usia. Berkarya menjadi nafas bagi kehidupan soerang Tedja Suminar.

tedja-suminar-melukis-hingga-akhir-hayatBerkarya hingga akhir hayat. Itulah pesan yang disampaikan dalam Pameran Obituari Tedja Suminar, yang dilangsungkan di Bentara Budaya Bali, 23-25 September. Meski usianya sepuh dan tubuhnya ringkih, semangat Tedja Suminar untuk terus berkarya tetap terjaga. Semangat itu pula yang ingin disampaikan dalam pameran itu.

Pameran ini memang istimewa. Keluarga Tedja Suminar, memboyong sejumlah karya sketsa dan lukisan karya sang maestro dalam kurun waktu 2012 hingga 2016. Karya-karya itu adalah Odalan Kuningan di Pura Pule Mas, Old Penang, Becak di Penang Berbunga-Bunga, Menunggu Ayah Pulang Membawa Ikan, Pabean Kota Surabaya, Bintang Madura, dan Kota Tua Surabaya. Seluruhnya bertemakan budaya dan human interest.

Semua karya itu dibuat Tedja di masa-masa terakhirnya. Pada masa itu, kondisinya tak lagi prima. Tubuhnya ringkih dimakan usia. Meski begitu, semangatnya untuk berkarya tak pernah padam. “Buat papi, melukis itu seperti nafas. Dalam kondisi sakit pun, papi berusaha melukis,” ucap Lini Natalini Widhiasi, putri kedua dari Tedja Suminar.

Pada pameran itu, pihak keluarga bukan hanya memboyong sketsa. Ada dokumentasi-dokumentasi karya Tedja Suminar. Salah satunya karya sketsa yang akhirnya dijadikan relief di Stadion Gelora 10 November Tambaksari, Surabaya.

Dokumentasi kegiatan Tedja Suminar semasa hidup juga dihadirkan. Dokumentasi kebiasaan Tedja Suminar mengundang perupa ke rumahnya, ditata dengan apik. Beberapa fotografer juga merespons sosok Tedja Suminar dengan menghadirkan sosok Tedja Suminar dalam jepretan lensa. Fotografer-fotografer itu adalah Rachmad Yuliantono, Leo Arief Budiman, Dino Killian, serta Anton SB Utomo.

tedja-suminar-melukis-hingga-akhir-hayat7Seniman I Ketut Rina juga ikut merespons sosok Tedja Suminar melalui karya pertunjukan. Seniman yang lebih dikenal dengan nama Cak Rina itu mementaskan sebuah pagelaran kecak Subali Sugriwa, yang khusus didedikasikan bagi Tedja Suminar. Cak Rina dan Tedja memang tak bisa dipisahkan. Kapan pun Cak Rina pentas, Tedja selalu hadir dan berusaha melukis sketsa. Kapan pun Tedja memiliki acara, Cak Rina selalu hadir.

Anak cucu Tedja Suminar pun tak mau ketinggalan dalam merespons sosok Tedja. Mereka menghadirkan dokumentasi kegiatan Tedja saat membuat sketsa. Dokumentasi itu bukan hanya berupa foto, namun juga video. Khusus dokumentasi video, hal itu merupakan permintaan khusus Tedja pada bulan Mei silam. Saat itu ia meminta agar kegiatannya melukis sketsa didokumentasikan dalam video. Tedja turun tangan sebagai inisiator, sutradara, sekaligus aktor dalam video itu.

Dokumentasi pihak keluarga yang menarik ialah dokumentasi berupa foto dalam kurun waktu 6-9 Mei 2016. Kurun waktu itu adalah kurun waktu terakhir Tedja berkarya, sebelum akhirnya jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 85 tahun. Dalam kurun waktu itu, Tedja menghasilkan lima buah karya!

Pada 6 Mei, Tedja membuat sketsa pagelaran cak yang dipentaskan I Ketut Rina. Keesokan harinya ia melukis pagelaran barong batubulan di Gianyar. Pada 8 Mei 2016, aktifitas saat pelebon di Ubud. Sedangkan pada 9 Mei 2016, Tedja menghasilkan dua karya sekaligus. Sebuah karya merekam aktifitas di Pasar Gianyar, sedangkan sebuah karya lainnya merekam aktifitas di Pantai Kedonganan.

“Kami sebisa mungkin mendokumentasikan papi saat berkarya. Ternyata dokumentasi itu sangat bermanfaat saat ini,” ungkap Lini.

Lini menuturkan, sosok Tedja Suminar adalah pelukis yang sangat produktif. Sejak tahun 1950-an hingga kini, Tedja telah menghasilkan ribuan karya. Karya-karya itu tersimpan di Surabaya, juga di Ubud. Hampir setiap hari Tedja melakukan kegiatan melukis.

Namun sejak kondisi kesehatannya menurun pada 2012, keluarga mulai membatasi kegiatan Tedja melukis. Sekali dalam sepekan, yakni setiap Minggu, keluarganya mengajak Tedja melukis sketsa.

“Jadi setiap hari minggu itu papi sudah ada rencana. Ayo nduk ke pabean, Gresik, Kenjeran, Perak. Pokoknya semua tempat yang dituju itu, kalau di Surabaya, ya tempat-tempat yang ada human interest. Tukang manol (buruh pelabuhan), itu dilukis papi. Pernah saya ajak papi melukis ke mall, tapi papi akhirnya nggak bisa melukis,” tutur Lini yang juga dikenal sebagai perupa itu.

Setelah Tedja tutup usia, pihak keluarga berupaya agar nama sang maestro tetap abadi dan dikenal di dunia seni rupa Indonesia. Langkah terdekat, dengan cara membuat karya berupa buku biografi. Selain itu, Museum Tedja Suminar juga akan dibangun di Surabaya.

Mengenal Tedja Suminar

Di dunia seni rupa, nama Tedja Suminar memang tak terlalu mentereng. Namun perupa kelahiran Ngawi, 16 April 1936 itu memberikan pengaruh yang besar bagi dunia seni rupa di Jawa Timur, juga di Bali. Selama tahun 1962 hingga tahun 1989 Tedja bermukim di Surabaya. Karya dan semangatnya mempengaruhi para perupa di wilayah Jawa Timur, utamanya di Surabaya dan sekitarnya.

tedja-suminar-melukis-hingga-akhir-hayat4Sepanjang tahun 1970-an kegiatan seni di Surabaya sangat menggeliat. Tedja yang lulusan Akademi Kesenian Surakarta pada tahun 1959 itu kerap mengadakan pesta seni di rumahnya, yang dihadiri para sahabat, seniman, dan budayawan. Namun seiring berjalannya waktu, sahabat dan budayawan, lebih dulu menghadap Sang Pencipta. Kondisi itu membuat perasaannya sepi, dan kehidupan berkeseniannya kosong.

Pada tahun 1989, ia memutuskan hijrah ke Bali. Awalnya dia tinggal di kawasan Pengosekan, Ubud. Di sana ia tinggal berdua dengan istrinya, Muntiana. Di Bali, gairah berkeseniannya kembali bangkit. Acara pesta seni seperti yang biasa ia lakoni di Surabaya, ia lakukan pula di Bali.

Pada tahun 1994 hingga 1995, Tedja mengabadikan 45 wajah seniman Bali dalam seri lukisan cat minyak yang kemudian dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta, dan kemudian dibukukan oleh BBJ.

Pada tahun 1999, ia lantas pindah ke daerah Tegal Bingin, Desa Mas, Ubud. Tahun 2012, karena kondisi kesehatannya menurun setelah terkena penyakit vertigo, ia memutuskan tinggal bersama anak cucunya di Surabaya. Saat itu meski kondisinya telah menurun, ia terobsesi untuk terus berkarya. Pada 2014, ia sempat ke Malaysia dan melukis sketsa di sana.

Perupa Nyoman Sujana Kenyem. Sujana Kenyem memandang Tedja Suminar sebagai pelukis pencatat sejarah. “Kenapa demikian? Karena setiap beliau pergi, kemana pun, beliau selalu mendokumentasikan lewat sketsa yang luar biasa,” ucap Kenyem.

Riwayat Pameran

Riwayat pameran Tedja Suminar pun cukup panjang. Pada tahun 1959, Tedja menggelar pameran sketsa tunggal untuk menyambut berdirinya Sanggar Bambu, Jogjakarta. Pameran itu merupakan pameran sketsa pertama kali di Indonesia.

tedja-suminar-melukis-hingga-akhir-hayat5Pada tahun 1960, Tedja menggelar pameran tunggal di Balai Budaya Jakarta dan Himpunan Budaya Surakarta (HBS). Di tahun 1960, ia lantas bertugas di Penerangan Angkatan Laut Surabaya, untuk membuat dokumentasi sketsa kehidupan Angkatan Laut. Setahun kemudian, ia keliling Indonesia membuat dokumentasi kehidupan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) dan kehidupan di daerah-daerah.

Pada tahun 1962, ia menggelar pameran tunggal serta pameran bersa,a Ipe Maaruf di Dewan Kesenian Surabaya. Pada 1964, bersama Krishna Mustajab mendirikan Kegiatan Kebudayaan Indonesia (KKI) menentang Lekra di Surabaya.

Pada tahun 1969, Walikota Surabaya, Soekotjo memberikan penghargaan untuk pengabdian dalam seni lukis. Pada tahun 1980 dia juga sempat mengikuti program Misi Kesenian Indonesia di negara-negara ASEAN.

Pada 1981, dia juga sempat menggelar pameran keluarga bersama istrinya mendiang Muntiana dan putrinya, Lini, di Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA) Surabaya, Bentara Budaya Jogjakarta, Hotel Manado, serta Bali.

Pada tahun 1985, mendiang Tedja menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Timur yang diberikan pada momen ulang tahun Surabaya ke-691. Penghargaan diberikan atas prestasi dan pengabdiannya di bidang seni.

Di Bali, Tedja sempat menggelar pameran tunggal di Museum ARMA Ubud pada tahun 2000. Pada tahun 2012 dia juga menggelar pameran tunggal bertajuk Kilas Balik di Bentara Budaya Bali. (T)

Tags: baliPameranSeni Rupa
Previous Post

Pilkada Buleleng: Drama Pendaftaran – PASS Kolosal, SURYA Misterius

Next Post

Proses Kreatif Kurnia Effendi 4# Indahnya Pengaruh

Eka Prasetya

Eka Prasetya

Menjadi wartawan sejak SMA. Suka menulis berita kisah di dunia olahraga dan kebudayaan. Tinggal di Singaraja, indekost di Denpasar

Next Post

Proses Kreatif Kurnia Effendi 4# Indahnya Pengaruh

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more

Kita Selalu Bersama Pancasila, Benarkah Demikian?

by Suradi Al Karim
June 3, 2025
0
Ramadhan Sepanjang Masa

MENGENANG peristiwa merupakan hal yang terpuji, tentu diniati mengadakan perhitungan apa  yang  telah dicapai selama masa berlalu  atau tepatnya 80...

Read more

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Lawan Sastra Ngesti Mulya
Khas

Lawan Sastra Ngesti Mulya

LAWAN Sastra Ngesti Mulya adalah salah satu kearifan warisan Ki Hadjar Dewantara di Perguruan Taman Siswa Yogyakarta. Sesanti itu bermakna...

by I Nyoman Tingkat
June 4, 2025
Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Senyum Rikha dan Cendol Nangka Pertama: Cerita Manis di Ubud Food Festival 2025

LANGIT Ubud pagi itu belum sepenuhnya cerah, tapi semangat Rikha sudah menyala sejak fajar. Di tengah aroma rempah yang menyeruak...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Terong Saus Kenari: Jejak Rasa Banda Neira di Ubud Food Festival 2025

ASAP tipis mengepul dari wajan panas, menari di udara yang dipenuhi aroma tumisan bumbu. Di baliknya, sepasang tangan bekerja lincah—menumis,...

by Dede Putra Wiguna
June 3, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co