5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Belajar Kesetiaan dari Anjing Bali

Wulan Dewi SaraswatibyWulan Dewi Saraswati
February 2, 2018
inEsai

Foto: koleksi penulis

169
SHARES

JANGAN mengaku setia kalau belum pelihara anjing bali. Jangan mengaku pecinta anjing kalau makan daging anjing. Jangan mengaku petugas peternakan kalau kerjanya membunuh anjing sembarang.

 

Saya Takut Anjing

Sudah lebih dari 20 tahun saya takut anjing. Terutama anjing bali. Kenapa takut? Karena lebih dari tiga kali saya digigit anjing hingga dilarikan ke UGD. Sungguh tidak mudah mencintai anjing. Terutama anjing bali. Semenjak kejadian itu, saya dan keluarga tidak pernah merawat anjing. Saya trauma.

Anjing bali menurut saya rengas, bringas, dan ganas. Taring yang kokoh, gongongan yang sombong itu membuat saya tidak ingin mengenal anjing. Walaupun sebagian besar kawan saya memelihara anjing, dan juga shio saya anjing, tapi tidak lantas saya jadi suka anjing. Teurtama anjing bali.

Anjing bali memang tergolong kasta rendah di mata pecinta anjing. Anjing bali seperti anjing kintamani atau anjing kata atau anjing kacang itu sangat tidak elok bila diajak jalan-jalan. Tentu gengsi yang didapat minim dibandingkan memelihara anjing ras.

Jujur saya tidak tahu jenis-jenis anjing. Yang saya tahu, hanya anjing bali. Semenjak saat itu saya berpikir betapa hebatnya anjing yang telah naik tahta menjadi aksesoris tuannya. Anjing tidak lagi dipandang hanya sebagai hewan peliharaan, anjing kini dinikmati sebagai derajat ekonomi tuannya.

Kasta rendah itu menjadikan anjing bali tidak lagi digemari. Penempatan bulldog, pitbul, beagle, Chihuahua, Husky, Pug, Shih-Tzu, telah menamatkan karir anjing bali sebagai anjing keluarga khas keluarga Bali.

Di Bali, keluarga pada umumnya terdiri atas bape, meme, putu, kadek, komang, ketut, dan I Bleki (nama anjing hitam). Namun kini orang Bali koh mengajak anjing lokal ikut campur di halaman rumahnya. Mereka cenderung memilih anjing ras yang mampu dipamerkan setiap car free day.

Di beberapa daerah bahkan ada orang yang menyantap daging anjing bali sebagai sate. Luar biasa. Saya heran, seorang yang saya kenal adalah pecinta anjing, namun dia juga suka sate anjing. Ironi. Bagi saya, anjing bali tidak hanya enak sebagai sate, tapi lebih enak sebagai teman makan sate.

Walaupun kita sering lihat anjing bertengkar dengan kawannya, atau mengigit kawannya, ia tidak pernah makan daging anjing yang lain apalagi daging tuannya. Ironi anjing bali. Saya jadi kesal setiap melihat orang makan daging anjing.

Saya juga kesal melihat beberapa kali petugas perternakan menembak mati anjing. Mereka bilang itu anjing terjangkit rabies. Namun, tidak semua anjing bali terjangkit rabies dan sebarangan ditembak.

Itu tidak adil. Beberapa kali pula saya melihat berita bahwa penangkaran anjing kewalahan memenuhi administrasi dari dinas peternakan. Mereka saya tahu paham dan benar cara merawat anjing yang sakit. Namun administrasi yang minim membuat penangkaran itu tidak berjalan efektif.

 

Merawat Si Coklat

Semenjak kekesalan itu, saya mengurungkan niat untuk membenci anjing. Terutama anjing bali. Saya sebagai mahasiswa rantauan yang kian kesepian perlahan ingin ditemani anjing. Dua tahun lalu saya mencoba memelihara anjing. Bukan anjing bali, bukan anjing ras. Mereka menyebutnya anjing mix. Darah campuran. Kebetulan tetangga saya punya anak anjing. Saya dengan senang hati mengadopsi Si Coklat. Mereka dengan tegas bertanya menyatakan hipotesis “Loh, kamu suka anjing? Saya kira kamu takut anjing,” tutur tetangga depan.

Oh, iya benar saya takut anjing tapi entah mengapa saya mempunyai panggilan hati untuk memelihara anjing. Bukan untuk prestise car free day, tetapi sebagai kawan saya makan sate dan kawan menikmati sepi.

Sebulan saya merawat Coklat. Namun saya masih takut anjing. Tidak mampu meredakan trauma saya terhadap anjing. Si Coklat selalu tidak mau berteman dengan saya. Dia jadi sakit dan saya ajak ke dokter hewan. Saya akhirnya menyerah. Saya pun memberikan Coklat kepada kawan lama. Saya yakin dia mampu merawat Coklat walaupun suka makan daging anjing. Siklus pertama saya gagal. Gagal memenuhi panggilan hati merawat anjing.

 

Mengadopsi Broni dan Neo

Siklus kedua, saya mencoba mencintai anjing. Kali ini saya pastikan anjing bali. Saya punya kawan dari Tabanan, seorang pengusaha penginapan. Dia memberi infomasi bahwa ada beberapa anak anjing yang akan dibuang oleh tuannya karena tidak mampu merawat. Mendengar kabar itu, bergegas saya ke Baturiti, Tabanan.

Saya yakin ini Anjing Bali yang akan menjadi kawan saya. Kawan saya yang pengusaha itu, meminta saya memelihara dua anjing sekaligus. Semula saya bertekad untuk mengadopsi Si Putih karena saya suka putih.

“Tolong adopsi dua ya. Kasian anjing yang warna coklat tidak ada tuannya,” katanya memelas.

Saya pun kaget. Tentu saya sangat tidak sanggup, karena ini masih siklus dua. Siklus uji coba mental merawat anjing yang sebelumnya gagal.

Diskusi saya dengan pacar saya (sebut saja Gede) berlangsung alot. Saya tidak sanggup menjadi ibu tiri bagi dua anjing itu. Namun Gede berkata “Terima saja, rezeki. Semakin memberi, semakin diberi,” begitu katanya.

Akhirnya kami sepakat mengadopsi dua anak anjing. Kami beri nama Broni untuk anjing yang coklat dan Neo untuk yang putih.

 

Belajar Setia dari Broni dan Neo

Bagi kami (saya dan Gede) memelihara anjing adalah panggilan jiwa. Saya yang semula takut dan trauma terhadap anjing, perlahan hilang. Perlahan saya tahu alasan anjing menggonggong begitu sombong, ternyata mereka ingin melindungi tuannya.

Saya pun tahu alasan taring anjing begitu ngeri, tentu karena ingin mengigit makanan dengan baik. Saya pun tahu alasan anjing senang mengejar, karena mereka ingin diajak bermain. Ah, sungguh nyata saya tahu.

Tetangga saya banyak yang memelihara anjing ras. Saya saja yang memelihara anjing bali. Mereka ngotot menyebut anjing saya anjing bali walaupun saya tahu induknya adalah anjing Shih-Tzu.

Saya pun bahagia karena memang ingin melihara anjing bali (setengah darah ras) tetap saja anjing bali. Saya suka melihat Neo dan Broni tampil apa adanya, tidak ribet, dan santai. Menurut Jonell dokter asal Amerika, “Anjing Bali lebih bagus daripada anjing ras karena mereka santai, tidak terlalu senstif terhadap cuaca.”

Yah, kami pun menyadari hal itu.

Sepulang kuliah, Neo dan Broni menyambut kami. Mereka berlari mengejar kami dan berlomba menjadi yang tercepat menggigit tangan kami. “Anjing menggigit tangan tuannya itu berarti mereka ingin memeluk tuannya,” kata Gede.

Tidak saja menggigit, Mereka pun saling menjilat muka kami. Geli. Mereka sangat lincah dan bergairah. Mereka selalu ikut bila kami pergi. Bila kami sedih, mereka selalu menemani. Bila kami bertengkar, mereka hadir menghibur. Bila kami senang, mereka lebih bahagia.

Anjing bali terkenal dengan gonggongan yang keras dan sombong. Kali pertama kami mendengar mereka menggonggong sungguh bahagia. Kami merasa berhasil merawat mereka ke tahap ini. Setelah vaksin rabies, Neo dan Broni semakin tumbuh baik.

Kami berusaha membuat mereka nyaman. Seperti yang mereka lakukan kepada kami. Ketika saya mengerjakan tugas, mereka dengan sungguh-sungguh mekemit di samping kaki saya. Ketika saya sakit, mereka datang memeluk saya. Bahkan saat kami tidak punya uang untuk beli makan, mereka dengan sabar menanti jatah hari esok. Mereka tampil apa adanya. Senang bermain di tanah, bergulat, guling-guling, dan gonggong.

 

Setia Sampai Mati

Setelah saya di Denpasar, kami menempatkan Broni di Denpasar, dan Neo di Karangasem. Kabarnya Neo tumbuh semakin sehat. Berbeda dengan Broni. Sampai di Denpasar, Broni takut. Broni selalu mengikutiku seolah-olah ia sedang diintimidasi. Saya ajak Broni jalan-jalan. Broni selalu saja diam di kamar bila saya pergi. Tidak keluar rumah. Tidak keluar kamar. Tidak menggonggong. Saya kira ini hanya proses adaptasi. Namun, setelah saya konsultasi dengan dokter hewan, Broni mengidap virus distemper.

Saya panik. Saya panik mencari nama virus itu. Panik mencari kawan yang berpengalaman dengan anjing. Panik mencari obat. Panik dan menangis. Hanya 1% yang mampu bertahan dari virus tersebut.

“Anggapan bahwa anjing bali tidak perlu vaksin itu salah. Anjing bali tidak cukup dengan vaksin rabies saja. Anjing bali perlu juga dilayani seperti anjing ras yang mempunyai jadwal vaksin berkala,” tutur dokter hewan itu.

Saya tidak tinggal diam. Saya tidak ingin siklus kedua ini gagal lagi. Di tengah kondisinya yang tidak stabil, Broni mendekati saya, berbaring dipundak, dan tertudur pulas. Saya masih menaruh harapan bahwa Broni adalah 1% dari mereka yang selamat.

Di saat tubuhnya melawan rasa sakit, Broni tetap berusaha menemani dan menghibur saya agar tidak menangis. Broni berusaha merespon obrolan saya. Dia pun berusaha memainkan ekornya tanda senang. Broni mampu berjalan, makan, minum seperti biasa selama tiga hari setelah diberi antibiotik. Broni mampu menyapa Gede dan teman-temannya yang menjenguk.

Broni mampu menjilat saya lagi. Saya bahagia Broni membaik. Sayang hal itu tidak berlangsung lama, malam hari Broni kesakitan. Ia sempoyongan dan berjalan memutar. Broni masih berusaha memanggil saya ketika saya tidur. Saya menghampiri dan menemaninya di saat terakhir. Broni merintih. Saya berusaha menolong.

Sungguh malang, siklus kedua saya gagal lagi. Broni pagi hari mengalami koma, tidak sadar. Kami sedih. Kami sangat kehilangan. Kami sungguh belajar tetang setia dari Broni. Tentu kami berjanji pun berjanji setia. Saya yakin, Broni adalah salah satu contoh dari ribuan anjing bali.

Mereka sungguh-sungguh ingin dipelihara, dirawat, disayang mereka berjanji memberi setia. Namun angka anjing bali yang terlantar sangat banyak. Penangkaran anjing pun mempunyai utang hingga 78 juta.

Saya sangat prihatin. Di tengah kondisi keuangan yang pasang-surut kami tetap berusaha merawat Broni. Tidak akan kami terlantarkan. Kami merawat ikhlas dan bahagia sampai saat terakhirnya.

Jumat, 19 Agustus 2016. Broni pergi.

Terima kasih sudah setia menyembuhkan trauma dan kesepian kami, Broni. (T)

 

Tags: anjing balibalicintafauna cintakesetiaan
Previous Post

Ospek Bisa Tiru Indomaret: “Selamat Datang di Kampus, Selamat Bergembira…”

Next Post

Cerita Sujana Kenyem Tentang Alam Belakang Rumah

Wulan Dewi Saraswati

Wulan Dewi Saraswati

Penulis, sutradara, dan pengajar. Saat ini tengah mendalami praktik kesenian berdasarkan tarot dengan pendekatan terapiutik partisipatoris

Next Post

Cerita Sujana Kenyem Tentang Alam Belakang Rumah

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co