6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pameran Lontar: Tidak Semua Sakral – Ada juga Falsafah Islam

Eka PrasetyabyEka Prasetya
February 2, 2018
inUlasan

Foto-foto: Eka

287
SHARES

SINTHA Pramadewi terlihat serius melihat aksara demi aksara yang tertulis di atas selembar daun lontar. Dengan terbata-bata ia berusaha membaca aksara demi aksara, yang ukurannya tak lebih dari 0,5 milimeter. Setelah hampir lima menit memelototi lontar berjudul Kakawin Dharma Sunya Kling, ia mulai putus asa. “Sulit sekali membacanya,” katanya.

Lontar Kakawin Dharma Sunya Kling, adalah satu dari 26 buah lontar koleksi Hanacaraka Society yang dipamerkan di Hatten Wines Building, Jalan Bypass Ngurah Rai No. 393 Sanur. Puluhan lontar itu akan dipamerkan setidaknya hingga Minggu (7/8) mendatang.

Puluhan lontar itu sengaja dipamerkan. Lontar yang selama ini disakralkan, ditunjukkan untuk umum. Tujuannya agar bisa dilihat, dibaca, sekaligus menghilangkan kesan angker dan sakral pada lembar-lembar daun lontar.

Sesungguhnya lontar tak ubahnya seperti buku pada masa kini. Aksara-aksara yang tertulis pada selembar daun lontar pun sesungguhnya sama seperti huruf latin seperti masa kini.

“Kalau dipadankan dengan masa kini, lontar itu sebenarnya buku. Hanya wujudnya itu daun lontar dan tulisannya aksara Bali, sansekerta, atau aksara lainnya. Lontar juga sama seperti buku, ada judul di bagian awal, kadang ada tahun pembuatan, kadang ada nama penulisnya,” jelas Pendiri Hanacaraka Society, Sugi Lanus.

pameran lontar_3Penjelasan Sugi Lanus sekaligus meruntuhkan kesan sakral dan angker pada lontar. Maklum saja, selama ini lontar tidak bisa diakses sembarang orang. Biasanya lontar baru akan ditunjukkan pada hari atau upacara tertentu, karena dianggap sebagai pusaka. Itu pun hanya ditunjukkan kemudian diupacarai. Sangat jarang lontar dibuka, apalagi dibaca.

Sebagai sebuah buku, lontar memuat hal-hal yang bernuansa pendidikan, informasi, maupun puja dan puji kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika dipadankan dengan masa kini, lontar pada jaman itu sama seperti buku dongeng, majalah, atau buku-buku doa yang dijual bebas di toko buku.

Sebut saja lontar Siwaratri Kalpa yang disalin pada tahun 2016 lalu. Lontar ini bercerita tentang seorang pemburu bernama Lubdaka. Suatu hari Lubdaka tidak menemukan seekor buruan. Ketika hari beranjak malam, ia memanjat pohon Bila kemudian memetiki daunnya. Daun-daun tersebut jatuh ke kolam yang terdapat “lingga” Dewa Siwa. Setelah Lubdaka meninggal, pasukan Dewa Yama dan Dewa Siwa berperang memperebutkan jiwa Lubdaka. Akhirnya pasukan Dewa Siwa berhasil membawa Lubdaka ke Siwaloka.

Ada pula lontar Tutur Usana Bali yang diperkirakan ditulis pada tahun 1800-an. Lontar itu berisi naskah yang mengandung legenda, mitos, dan sejarah raja-raja Bali dari periode Bali Kuno sampai terbentuknya Kerajaan Gelgel. Lontar juga menceritakan sekelumit kisah penyerangan Jawa terhadap Bali yang ditulis dalam bentuk metafora Bhatara Indra menyerang Mayadanawa.

Beberapa lontar juga terkait denganwarigaatau sistem penanggalan Bali. Lontar ilmu perbintangan itu ditulis dalam lontar berjudul Wariga, Aji Swamandala I dan Aji Swamandala II.

Lontar-lontar yang dipamerkan juga tak semuanya berkaitan dengan falsafah Hindu atau kondisi kehidupan Bali di masa lampau. Beberapa lontar berkaitan dengan falsafah agama Islam. Aksara yang ditulis pun mirip dengan aksara Bali. Para penggiat di Hanacaraka Society menyebutnya sebagai aksara jejawen.

Salah satu lontar yang terkait dengan Islam adalah Naskah Tasawuf dan Kidung Nabi Haparas. Cakepan lontar yang terdiri atas dua naskah itu mengisahkan Nabi Muhammad yang dicukur oleh Malaikat Jibril.

“Memang tidak semua lontar itu berkaitan dengan Hindu dan Bali. Pada jamannya lontar itu buku. Jadi bisa memuat soal Islam, kerajaan di Jawa, Lombok, atau tempat lain maupun ajaran lain. Aksaranya juga aksara jejawen yang secara fisik mirip dengan aksara Bali. Sedangkan bahasanya itu bahasa jawa tengahan atau bahasa sasak. Pembedanya itu ada di halaman depan. Biasanya kalau unsur islamiah, ada kata bismillah,” jelas Ida Bagus Komang Sudarma, penggiat di Hanacaaraka Society.

Dari sekian banyak lontar yang dipamerkan, lontar yang paling menarik adalah naskah pipil atau sertifikat kepemilikan tanah. Ada dua lontar pipil yang dipamerkan. Satu diantaranya tercantum angka 1791 saka atau 1869 masehi, sementara sebuah lontar lainnya tercantum angka 1801 saka atau 1879 masehi.

Pipil itu pun menunjukkan bahwa masalah kepemilikan tanah pada penghujung abad ke-19 sudah sangat maju. “Padahal negara baru punya sertifikat pada tahun 1960 dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria. Ini sebuah hal yang luar biasa,” kata senator DPD RI perwakilan Bali, Gede Pasek Suardika yang ikut hadir pada pameran tersebut.

Dari sekian banyak lontar, juga ada lontar-lontar yang berkaitan dengan upakara, mantra, dan pengobatan atauusadha Bali. Sebut saja lontar Tges Banten Pamlaspasan yang memuat sarana persembahan untuk upacara peresmian. Baik itu aturan persembahan hingga mantra yang harus dibacakan. Lontar Tetamban yang memuat pengobatan tradisional Bali ikut dipamerkan.

pameran lontar_1Sementara lontar yang memuat hal lebih serius juga ada. Seperti Tutur Wiraga yang memuat tata cara mengoalah energi di dalam tubuh manusia yang disertai dengan mantra-mantra magis. Maupun lontar Pangwalik yang menjadi acuan penolak energi yang merusak. Lontar ini juga sering disebut lontar penangkal leak. Didalamnya tertulis mantra serta sarana upakara yang harus dibuat.

Lontar-lontar seperti itu, tak banyak ditemukan di Bali, karena memang tidak sembarang orang yang boleh membacanya. Sugi Lanus mengungkapkan, lontar seperti itu tidak tabu untuk dibaca, namun rentan disalahgunakan oleh orang yang belum siap. Tak heran jika lontar seperti itu kemudian disakralkan.

“Boleh dibaca dan sah-sah saja dibaca. Pada umumnya lontar seperti usadha, tutur wiraga, atau pangwalik itu hanya dibaca oleh orang-orang pilihan atau orang yang benar-benar siap. Tujuannya biar tidak disalahgunakan,” jelasnya.

Jika toh kemudian pada masa kini masih banyak lontar-lontar yang disakralkan, dijadikan pusaka keluarga, para penggiat di Hanacaraka Society tak mempermasalahkannya. Karena lontar-lontar itu memang berusia tua dan peninggalan leluhur yang harus dijaga. Namun mereka berharap agar bisa diberi akses untuk membuka, membaca, bahkan menyalin lontar itu. Harapannya agar pengetahuan-pengetahuan di dalamnya dapat dipelajari oleh masyarakat luas.

Demikian halnya dengan lontar-lontar Bali yang disebut banyak berada di Belanda. Mereka tak terlalu mempermasalahkannya. Mengingat lontar-lontar itu disimpan dan dirawat dengan baik, bahkan dipelajari. Penggiat Hanacaraka Society berpendapat, jika masyarakat belum siap untuk menyimpan, merawat, menjaga, dan mempelajarinya, lebih baik lontar-lontar itu berada di Belanda. Jika sudah siap, barulah langkah-langkah pemulangan lontar-lontar kuno itu dilakukan. (T)

Tags: ajeg baliBahasa BalilontarPameran
Previous Post

“Jesus Bless You” – Tentang Saya dan Agama

Next Post

“Buleleng Festival”: Belajar Pencitraan dari “Lawar Getih”

Eka Prasetya

Eka Prasetya

Menjadi wartawan sejak SMA. Suka menulis berita kisah di dunia olahraga dan kebudayaan. Tinggal di Singaraja, indekost di Denpasar

Next Post

“Buleleng Festival”: Belajar Pencitraan dari “Lawar Getih”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co