5 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

KB Bali – 1 Anak Berkualitas atawa 4 Anak Tak Karuan

Made Surya HermawanbyMade Surya Hermawan
March 20, 2019
inOpini

Ilustrasi: IB Pandit Parastu

1.1k
SHARES

PERNAH jadi trend sebuah berita bahwa ada sekolah di Kabupaten Gianyar yang hanya punya satu orang siswa kelas VI. Banyak kalangan berpendapat, dan tidak sedikit menyoroti bahwa ini adalah akibat program Keluarga Berencana (KB) nasional dengan slogan “Dua Anak Cukup, Laki Perempuan Sama Saja”.

Di Bali program itu sukses bahkan sejumlah pasangan suami-istri dan sejumlah lembaga kerap dapat penghargaan tingkat nasional karena suksesnya menjalankan KB. Tapi di balik kesuksesan itu, kini ada anggapan, program itulah yang menyebabkan makin sedikit anak Bali lahir di dunia ini.

Dikaitkan dengan situasi kekinian, beberapa tokoh memang sebelumnya sudah gencar mengkampanyekan untuk kembali beralih ke “KB Bali”. Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut, harus tetap lestari, mungkin begitu sederhananya. Memiliki empat anak untuk melestarikan tetamian nak lingsir. Slogan kampanye yang mungkin sangat menyentuh kalangan masyarakat.

Jelas saja, karena masyarakat Bali cenderung sensitif ketika sudah berbicara tentang tetamian nak lingsir. Ah, tapi mungkin juga tak begitu sensitif ketika mereka gencar menjual tetaminan nak lingsir. Sawah, misalnya.

Masihkah KB Bali relevan untuk kondisi Bali saat ini? Jawabannya masih. Namun tidak untuk semua orang Bali. Ingat, adat dan tradisi Bali bersifat terbuka dan fleksibel yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Semasih tidak mengingkari jati diri masyarakat Bali, boleh-boleh saja dilakukan.

Saat ini, memiliki empat anak bukan hanya persoalan melestarikan tradisi leluhur. Namun lebih dari itu, jaminan kualitas pertumbuhan dan perkembangan harus menjadi pertimbangan utama. Lalu melestarikan tradisi leluhur ada pada prioritas kedua. Yang saya maksud sebagai KB Bali tidak relevan bagi semua orang Bali saat ini adalah jumlah anak harus diimbangi dengan kemampuan orang tua untuk menghidupi. Menghidupi dirinya dan anaknya.

Menjadi sebuah ketidakmungkinan kalau semata-mata untuk melestarikan tradisi leluhur lalu mamaksakan diri untuk memiliki empat anak. Itu ngawur namanya.

Dampaknya, ketika dipaksakan memiliki empat anak. Orang tua pasti secara otomatis harus memaksakan diri untuk menghidupi anaknya. Iya, kalau ada pekerjaan yang layak, kalau tidak? Kriminalitas bisa jadi masalah yang muncul.

Ingat, anak tidak cukup hanya dibuat dan dilahirkan. Mereka perlu susu, pendidikan, fasilitas kesehatan, dan biaya hidup lainnya. Semua kebutuhan itu tidak bisa dibayar dengan ucapan “saya melestarikan tradisi leluhur”. Semua butuh uang untuk memenuhinya. Dalam hal ini saya sama sekali tidak bermaksud untuk materialistis. Ini realistis. Jangan sampai ada slogan “KB Bali, 4 Anak Bagus, Makan tak Makan Sama Saja”.

Seharusnya, ada perubahan cara pandang yang terjadi. Termasuk bagi para tokoh yang mengkampanyekan KB Bali ini. Jangan digeneralisir. Masyarakat Bali secara jelas memiliki tingkat kemampuan ekonomi yang berbeda.

Kenapa ekonomi? Karena ekonomi erat kaitanya dengan kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak. Sekolah? Perlu uang, berobat? Itu butuh dana. Meskipun katanya sekarang fasilitas pendidikan dan kesehatan gratis. Tapi, pemerintah belum menjamin semua kebutuhan pokok setiap hari sebagai sebuah kebutuhan yang gratis. Jadi, hati-hati. Jangan melestarikan tradisi leluhur secara gelap mata tanpa menalar dan merasa sebelumnya.

Buatlah anak sebanyak dan semampu Anda menjamin kualitas kehidupan mereka. Itu mungkin dapat menjadi sesuatu yang lebih bijak. Jika merasa diri hanya mampu menghidupi 1 orang anak, ya cukup buat anak satu saja. Jika merasa diri mampu menghidupi 4 orang anak, ya silakan saja buat 4 anak.

Lalu, jika merasa diri mampu menghidupi 8 orang anak, silakan produksi 8. Justru lebih bagus, Anda akan dianggap sebagai pelestari tradisi leluhur yang baik. Bukan hanya satu putaran, tetapi dua putaran Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut, lalu Wayan balik, Made balik, Nyoman balik, dan Ketut balik. Bukan menjadi sebuah masalah, karena tidak ada sanksi hukum ketika manusia memiliki banyak anak.

Orang Hindu Bali percaya bahwa anak adalah jalan untuk para leluhur turun kembali ke dunia (punarbhawa). Jadi harus ada jaminan bahwa anak akan mendapatkan pendidikan yang layak, kesehatan yang mumpuni, makanan yang sehat, dan lingkungan yang baik. Bukankah itu cara untuk lebih menghargai leluhur? Menyediakan tempat yang baik bagi para leluhur untuk menjelma kembali ke dunia. Bukankah itu jauh lebih baik daripada sekadar memiliki empat anak namun tidak dihidupi dengan baik? Tradisi harus disesuaikan dengan keadaan diri.

Anak bukan hanya soal keturunan, bukan hanya persoalan melestarikan tradisi leluhur. Anak adalan investasi masa depan. Anak yang terkelola dengan baik, akan menjadi pribadi yang baik di masa depan. Sebaliknya pun begitu. Saat ini, kualitas anak jauh lebih penting daripada kuantitas anak. Bali tidak akan hancur karena hanya ada sedikit orang Bali, namun memiliki kualitas yang baik.

Justru, Bali akan hancur ketika ada banyak orang Bali namun tidak memiliki kualitas yang baik. Memang, akan lebih baik jika banyak orang Bali dan semuanya berkualitas baik. Namun, itu sebuah unsur ideal yang setidaknya patut diperjuangkan. Sekarang, langkah awalnya adalah memulai dari yang sedikit namun berkualitas, menuju yang banyak dengan kualitas yang lebih baik pula. Tidak ada sesuatu yang seketika langsung jadi, segala pencapaian besar diawali dengan langkah kecil. Termasuk menalar tradisi dengan lebih bijak.

Jadi, pilih mana, 1 anak berkualitas, yang bisa menjaga Bali dengan baik, atau banyak anak tapi bisa-bisa membuat Bali tak karuan nantinya? (T)

Tags: baliekonomiKeluargaTradisi
Previous Post

Kata-kata “Serem” dalam Kesenian Bali: Dari Rekonstruksi hingga Oratorium

Next Post

Menunggu Liga Inggris, Menunggu Perang “Taksu” Para Aktor

Made Surya Hermawan

Made Surya Hermawan

Lahir di Denpasar, 7 Oktober 1993, tinggal di Kuta, Bali. Lulusan Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja, 2015. Gemar mendengar cerita politik dan senang berorganisasi. Setleah menamatkan studi pascasarjana di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, ia mengabdikan ilmunya dengan jadi guru.

Next Post

Menunggu Liga Inggris, Menunggu Perang “Taksu” Para Aktor

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ritual Sebelum Bercinta | Cerpen Jaswanto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Menjaga Rasa, Menjaga Bangsa | Dari Diskusi Buku “Ragam Resep Pangan Lokal” di Ubud Food Festival 2025

MATAHARI menggantung tenang di langit Ubud ketika jarum jam perlahan menyentuh angka 12.30. Hari itu, Minggu, 1 Juni 2025, Rumah...

by Dede Putra Wiguna
June 4, 2025
Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng
Kuliner

Lalapooh: Cinta, Crepes, dan Cerita di Tengah Pasar Senggol Pelabuhan Tua Buleleng

SORE menjelang malam di Pasar Senggol, di Pelabuhan Tua Buleleng, selalu tercium satu aroma khas yang menguar: adonan tipis berbahan...

by Putu Gangga Pradipta
June 4, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co