21 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Gabriela

Putri HandayanibyPutri Handayani
February 2, 2018
inCerpen

Ilustrasi: IB Pandit Parastu

52
SHARES

Cerpen: Putri Handayani

“Gabriela, pohon beringin itu menari. Aku mengerjapkan kedua mataku. Pohon itu tetap menari. Kembali kukerjapkan kedua mataku sambil lalu mengusap-usapnya. Pohon itu lumayan tinggi tapi tidak setinggi pohon kelapa. Terletak di jantung kota. Daunnya rimbun serimbun gugusan awan, akarnya panjang menggelayut seperti ekor kuda. Pohon beringin ini kini menatapku. Matanya mendelik dengan mulut yang terkatup-katup seperti merapal mantra. Akar-akar gantungnya – yang menggelayut seperti ekor kuda – ia kibaskan kesana-kemari seperti seorang penari yang tengah mengibaskan sampurnya. Aku semakin keheranan. Pasti ada yang salah.

Bagaimana mungkin sebuah pohon bisa menari? Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Orang-orang lalu lalang, ada yang berjalan kaki, ada yang mengendarai sepeda motor, menyetir mobil. Mereka terlihat biasa-biasa saja, berlalu begitu saja di sekitar pohon beringin itu. Mereka tidak terkejut melihat pohon itu menari. Atau mereka pura-pura tidak melihatnya? Atau hanya aku yang melihatnya? Jawab aku, Gabriela.”

***

SUDAH 17 tahun aku hidup dengan mata aneh ini. Aku sadar ketika usiaku baru menginjak 3 tahun. Mata aneh yang tidak dimiliki sembarang orang. Mata aneh yang sempat membuatku bercita-cita menjadi orang buta karena aku tidak sanggup menyaksikan berbagai hal aneh berseliweran di sekelilingku. Pernah suatu kali mataku diusik oleh pemandangan-pemandangan aneh lainnya, seperti kepala orang-orang yang tiba-tiba berubah menjadi kepala binatang serupa ular dan babi.

Belakangan ternyata aku baru mengerti bahwa binatang-binatang itu adalah cerminan dari sifat-sifat mereka, misalnya babi mewakili sifat rakus, dan ular mewakili sifat culas. Aku jadi senyum-senyum geli ketika orang-orang berkepala binatang itu berpapasan atau malah sempat mengobrol denganku. Aku tersenyum karena aku sudah bisa melihat bagaimana sifat mereka dengan jelas tapi mereka tidak menyadarinya. Tapi, kebanyakan temanku menganggap aku aneh karena sering ketakutan sendiri, berbicara sendiri, bahkan tertawa sendiri. Mereka tidak mengerti karena mereka tidak melihat apa yang aku lihat.

Satu-satunya orang yang paling mengerti diriku adalah ayahku karena ayah juga sejak kecil telah dianugerahi mata aneh sepertiku, ya sebut saja mata aneh. Sadar bahwa aku juga sama sepertinya, maka ayahku mulai mengasah kepekaanku. Kini aku mulai bisa melihat warna-warna berpendar dari sekujur tubuh manusia, selain kepala binatang pada manusia yang memiliki sifat-sifat yang mencolok. Warna-warna ini adalah berbagai aura yang ada pada manusia, juga menggambarkan situasi perasaan mereka. Merah. Putih. Hitam. Hijau. Kuning. Ungu. Aku seperti melihat pelangi berjalan. Terkadang juga mereka berubah-ubah.

Suatu ketika di sebuah jalan aku melihat seorang gadis yang tengah menangis entah karena apa. Di atas kepalanya seperti ada mendung yang pekat. Hitam legam. Ia pasti sangat bersedih. Lalu, di seberang ada anak kecil yang kegirangan setelah dibelikan balon oleh ibunya. Seketika warna kuning memancar di sekujur tubuhnya. Aku paling suka dengan pemandangan ini, terlepas dari kesedihan yang dirasakan oleh gadis di trotoar tadi.

“Ayah. Selamat ya!” kataku dengan senyum mengembang.

“Selamat untuk apa?” jawab ayah.

“Ayah memiliki umur panjang.”

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Entahlah. Aku hanya melihatnya.”

Aku mengedarkan pandanganku ke sebuah sudut. Sesuatu seperti sedang memperhatikanku diam-diam. Di sana, di balik pintu. Tapi aku berusaha untuk tenang dan tidak menghiraukannya.

“Masak ayah sendiri tidak tahu?” tanyaku menyambung obrolan tadi.

“Iya, ayah tidak tahu. Sebenarnya sudah lama ayah menutupnya karena

ayah tidak bisa mengendalikannya.”

“Apa? Lalu bagaimana dengan aku?”

“Ayah juga tidak mengerti. Kita sudah pernah mencobanya beberapa kali, bukan?”

Hening.

***

WAKTU demi waktu berlalu. Usiaku sudah menginjak 25 tahun. Segala keanehan dalam diriku sudah mulai aku terima dengan ikhlas. Aku sudah mulai terbiasa bersahabat dengan mataku yang aneh. Tidak hanya pohon-pohon yang tiba-tiba menari, manusia berkepala binatang, serta pelangi-pelangi yang berjalan, kini aku mulai bisa melihat masa lalu dan masa depan orang-orang yang secara sengaja atau tidak sengaja berinteraksi denganku. Segalanya seperti mikro film yang terputar sendiri.

Pernah sesekali aku bercakap dengan seorang teman wanita. Ia sangat cantik. Kulitnya kuning langsat, matanya bening seperti embun yang bercokol di dedaunan, bibirnya merah seperti jalinan kelopak bunga mawar, rambutnya panjang terurai sampai ke pinggang. Tuturkatanya sangat lembut. Ia sangat taat beragama. Mikro film itu tiba-tiba terputar sendiri, menceritakan masa lalu gadis itu. Di kehidupan yang dulu ia juga seorang gadis yang baik budi namun tidak secantik sekarang. Ia terlahir kembali karena ada hutang yang harus ia bayar, entah hutang apa itu.

Samar-samar bayangan itu mulai meredup. Gadis ini masa depannya akan cerah. Hutang itu akan lunas di kehidupan terakhir ini, lalu ia tidak akan lahir lagi. Benar-benar kisah yang indah. Sedangkan, aku benci mengetahui kisahku sendiri. Ada satu yang tidak pernah berubah semenjak percakapanku dengan ayah sore itu di ruang tamu. Sesuatu yang selalu mengamatiku dari jauh. Aku tahu dia bersembunyi. Apa ia takut? Siapa yang sebenarnya harus takut pada siapa? Mengapa ia tidak menampakkan wujud aslinya seperti yang lainnya? Pengecut.

Melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat kebanyakan orang memang menyenangkan, dan mengetahui masa lalu dan masa depan mereka juga. Tapi aku mulai bosan. Aku tidak ingin terus-terusan mendahului kehendak semesta pada diri sendiri dan orang-orang yang telah aku lihat masa depannya. Sekali-sekali aku juga ingin menjadi orang normal yang tidak bisa melihat pohon menari, tidak bisa melihat kepala-kepala binatang, tidak bisa melihat warna-warna aura manusia, juga yang paling penting tidak bisa melihat masa lalu dan masa depan seseorang.

Itu sangat mengerikan. Ya kalau takdirnya baik, kalau buruk? Aku jadi merasa sangat berdosa mengetahui urusan pribadi mereka yang sama sekali tidak perlu aku ketahui. Aku juga benci melihat takdirku sendiri. Aku mulai menjauhkan diriku dari hal-hal yang memungkinkanku melihat segalanya. Aku akan mulai dari jarang keluar rumah, mungkin keluar hanya untuk bekerja dan membeli makanan, selebihnya aku akan mengurung diri di rumah. Setidaknya aku akan semakin jarang berinteraksi dengan orang-orang atau melihat pepohonan di luar sana. Tapi tetap saja. Aku hanya tinggal dengan ayah di rumah, tapi tetap saja rumah terasa ramai. Mereka semua adalah tamuku dan tamu ayah. Bukan, kami tidak pernah mengundang siapa-siapa! Mereka tidak mau pergi, terutama yang selalu mengamatiku.

Aku mulai gila. Aku sangat lelah. Aku sangat bosan. Bahkan aku tidak bisa membedakan antara makhluk nyata dan tidak nyata. Memangnya aku pernah berhasil membedakan mereka? Sebenarnya yang nyata itu seperti apa? Yang tidak nyata seperti apa? Aku terlahir dengan dua dunia berbeda di genggamanku, hidup berdampingan dengan mereka, sedangkan aku tidak pernah diajarkan untuk membedakan mereka. Ini sangat tidak adil.

Kepalaku mulai sakit. Aku menjambak-jambak rambutku. Aku meremas-remas bajuku. Aku membentur-benturkan kepalaku ke tembok. Ayah tidak sanggup meleraiku. Aku berlari ke luar rumah. Entah ke mana. Aku juga tidak tahu, aku hanya berlari ke mana pun kakiku melangkah. Berlari hingga ke ujung. Selatan. Langkahku terhenti di sebuah pantai. Aku melihat ombak berlombaan menjilat-jilat tepian pantai. Suasananya sangat tenang. Hembusan angin bergantian menghamburkan rambut panjangku, aku tak peduli. Seorang pria melambaikan tangannya di antara deburan ombak itu. Lambaian tangan itu untukku. Nada gerakannya seperti mengajakku agar mengikutinya. Berenang bersama? Siapa takut. Aku mengikutinya. Semakin jauh, semakin dalam, daratan tenggelam.

Gabriela. Ternyata namamu Gabriela. Sosok yang selalu mengintaiku. Membiarkanku melihat segalanya sebelum menjemputku. (T)

070616

Previous Post

I Putu Agus Phebi Rosadi# Tiga Ramu Mengkudu

Next Post

“Nama” adalah Peta Jalan Pengetahuan

Putri Handayani

Putri Handayani

Bernama lengkap Desak Ketut Putri Handayani. Lahir di Klungkung. Adalah penulis pemula yang punya niat besar untuk terus berkembang

Next Post

“Nama” adalah Peta Jalan Pengetahuan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

HP Android dan Antisipasi Malapetaka Moral di Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 21, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

DALAM beberapa tulisan yang pernah saya publikasikan, kurang lebih sepuluh tahun lalu saya sudah memperkirakan bahwa seketat dan setegas apa...

Read more

Mari Kita Jaga Nusantara Tenteram Kerta Raharja

by Ahmad Sihabudin
May 20, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Lestari alamku, lestari desaku, Di mana Tuhanku menitipkan aku. Nyanyi bocah-bocah di kala purnama. Nyanyikan pujaan untuk nusa, Damai saudaraku,...

Read more

PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

by Putu Eka Guna Yasa
May 20, 2025
0
PACALANG: Antara Jenis Pajak, Kewaspadaan, dan Pertaruhan Jiwa

MERESPON meluasnya cabang ormas nasional yang lekat dengan citra premanisme di Bali, ribuan pacalang (sering ditulis pecalang) berkumpul di kawasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum
Pameran

Menyalakan Kembali Api “Young Artist Style”: Pameran Murid-murid Arie Smit di Neka Art Museum

DALAM rangka memperingati 109 tahun hari kelahiran almarhum perupa Arie Smit, digelar pameran murid-muridnya yang tergabung dalam penggayaan Young Artist....

by Nyoman Budarsana
May 21, 2025
I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor
Persona

I Made Adnyana, Dagang Godoh Itu Kini Bergelar Doktor

“Nu medagang godoh?” KETIKA awal-awal pindah ke Denpasar, setiap pulang kampung, pertanyaan bernada mengejek itu kerap dilontarkan orang-orang kepada I...

by Dede Putra Wiguna
May 21, 2025
Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan
Panggung

Ubud Food Festival 2025 Merayakan Potensi Lokal: Made Masak dan Bili Wirawan Siapkan Kejutan

CHEF lokal Bali Made Masak dan ahli koktail Indonesia Bili Wirawan akan membuat kejutan di ajang Ubud Food Festival 2025....

by Nyoman Budarsana
May 20, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co