Pagi itu tiba-tiba saya terbangun mendengar yel-yel seperti di sebuah kompleks militer. Setelah beberapa saat baru saya sadari bahwa saya tidak berada di tempat tidur seperti biasanya di rumah.
Pagi itu merupakan awal saya berkesempatan mengikuti Pelatihan Dasar (LATSAR) CPNS angkatan 7. Maklum saya agak merasa asing karena dari 40 teman yang lain hanya dua orang dari Bali, selebihnya kawan kawan dari NTB dan NTT. Maklum Balai Diklat Keagamaan Bali menaungi tiga Provinsi yaitu Bali, NTB dan NTT.
Saya kebetulan sekamar dengan tiga orang teman lain yang asalnya dari Lombok dan Bima. Mereka semua adalah guru di sekolah Islam yang ada di wilayahnya. Mereka sangat ramah, maklum mungkin mereka tahu saya adalah “tuang rumah” di sini.
Tak perlu saya sebutkan lagi bahwa diklat ini cukup berat. Dan saya sadar, betapa memang susah menghilangkan huruf C dari singkatan CPNS, agar ia nantinya ajeg menjadi PNS.
Tapi amat berat itu terasa di awal-awal saja karena perlu banyak penyesuaian. Misalnya saya harus belajar mendisplinkan diri dalam berbagai urusan baik dari bangun pagi hingga urusan buang hajat. Di Balai Diklat ini hanya tersedia beberapa kamar mandi, sedangkan yang memakainya lebih dari 40 orang. Tentu ini tidak nyaman. Namun satu hal yang dapat dipetik, bahwa memilih menjadi Abdi Negara harus terbiasa berperilaku disiplin dan harus mampu mengedepankan kepentingan bersama dibadingkan dengan kepentingan pribadi, termasuk dalam urusan buang hajat.
Belum lagi urusan makan, sebelum memasuki tempat makan kita harus berbaris satu persatu masuk dan satu persatu mengambil makanan, tidak boleh saling mendahului, tidak boleh juga mendahului makan sebelum ada komando, atau satu orang belum datang kita harus menunggunya sampai pesertanya benar-benar lengkap.
Ini jelas makna penting tentang kebersamaan sebab satu orang saja telat, yang lain harus menunggu sampai mereka datang.
Dalam dunia kerja nanti tidak zamannya lagi berkompetisi tetapi berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Tidak ada yang merasa lebih hebat, tidak ada merasa lebih cepat karena jika satu terlambat maka merupakan keberlambatan bersama. Tujuan yang dicapai juga bukan tujuan pribadi namun tujuan bersama.
Banyak hal yang dapat dipetik dari setiap pelaksanaan kegiatan yang diberikan, pintar-pintarlah mengambil makna simbolik dari setiap langkah kegiatan. Jangan pernah merasa lebih tinggi atau merasa di permainkan, sebab semua kegiatan itu cerminan model kerja kita nanti di dunia kerja. [T]