Gadis itu berurai air mata, di ruang unit gawat darurat (UGD) yang riuh dan aroma obat yang bergulung. Meski terus berusaha menjawab pertanyaan dokter dengan tegar, kata-katanya yang terucap seakan lumer dibasahi air matanya yang deras bercucuran. Namun demikian, dokter yang menangani ayahnya sudah cukup jelas menerima informasi dari si gadis.
Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga siang itu. Ia, ayah dan ibunya serta satu-satunya adik lelakinya yang masih SD. Mereka bersenda gurau melepas rindu karena ia baru saja pulang liburan dari kuliahnya di kota lain. Sambil menyantap durian kane yang lezat, obrolan mereka tak putus-putus, tawa mereka yang tumpang tindih menyempurnakan bahagia keluarga kecil itu.
Sesaat kemudian, ruang keluarga itu bagai tersambar petir yang melesat dari langit yang cerah. Tak pernah terbayangkan, dalam mimpi pun tidak. Ayah mereka, yang bahkan masih dalam posisi duduk dan memegang sisa durian yang belum habis, tiba-tiba kejang dan matanya mendelik, mengorok lalu tak sadarkan diri. Bukankah ini sebuah nasib?
Ibu mereka histeris kemudian ikut pingsan dan adiknya terbelalak kebingungan. Maka tinggallah dia yang harus tetap berdiri tegak untuk mengurusi petaka ini. Ibunya yang mulai siuman lalu mendekati dan memegang tangan suaminya yang kini berada di bawah kendali mesin nafas (ventiltor). Ia terus terisak dan berulang-ulang berbisik entah kepada siapa, betapa kejamnya nasib yang menimpa suami dan keluarganya itu. Ya, stroke jelas disebabkan karena sebuah nasib.
Nasib atau takdir, adalah kata-kata yang tak begitu bersahabat dengan ilmuawan, termasuk dokter. Bahkan mungkin dianggap “tabu”, karena semua penyakit, secara medis, selalu ada penyebabnya. Maka sains terus berkembang untuk mencari penyebab setiap penyakit hingga ke akar-akarnya.
Memahami penyebab dan mekanisme terjadinya suatu penyakit (patofisiologi) akan dapat memandu kemudian ilmuwan dalam menyusun rencana terapi yang sebaik-baiknya, sehebat-hebatnya dan tentunya serasional mungkin. Sebaliknya, istilah nasib atau takdir, dapat mengendorkan upaya manusia dalam menggapai misi-misi penting ini.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang. Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Apa penyebabnya? Telah diketahui secara umum penyebab stroke ada dua, yaitu akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Nah, sudah jelas kan bukan karena nasib? Sumbatan yang dimaksud adalah akibat terjadinya gumpalan darah yang disebut trombus, gumpalan yang juga dapat terjadi pada pembuluh darah jantung yang mengakibatkan serangan jantung. Sementara pecahnya pembuluh darah otak umumnya disebabkan oleh karena penyakit tekanan darah tinggi yang tak terkendali. Makin jelas kan, stroke bukan karena nasib?
Pada kasus di atas, dari gejala akut yang begitu progresif, sangat cocok untuk stroke karena pembuluh darah otak yang pecah. Gejala yang dimaksud adalah terjadi sangat tiba-tiba, kejang, mengorok dan koma, di saat pasien dalam keadaan eksitasi atau bersemangat. Oleh karenanya sering pula terjadi saat seseorang beraktifitas fisik atau dalam ketegangan, seperti olahraga, mengajar, debat atau kaget, juga saat berhubungan seksual.
Saat dilakukan pemeriksaan pencitraan dengan CT scan untuk melihat keadaan otak pasien, ternyata memang telah terjadi pendarahan di sana. Tekanan darahnya saat diukur menjulang hingga 220 mmHg sistole-nya. Nilai ini adalah dua kali lipat dari tekanan idaman. Maka wajarlah pembuluh darah otak lalu pecah tak kuasa menahan tekanan yang sedemikian tinggi.
BACA JUGA KOLOM DOKTER YANG INI:
- Acintya
- Nyepi: Terapi Kesehatan
- Pasien, Guru yang Sempurna
- Dokter dan Sepotong Filsafat
- Dokter & Dukun, Tujuan Sama, Satu Naik Heli, Satu Naik Boat, Tidaklah Bertabrakan…
- Hantu itu Bernama Ateisme
Lalu, apa penyebab darah tinggi? Darah tinggi dapat disebabkan oleh karena sebab-sebab sekunder. Artinya darah tinggi yang disebabkan oleh karena adanya penyakit-penyakit lain seperti gondok beracun (hipertiroid), penyakit ginjal atau jantung, juga bisa terjadi pada kehamilan. Namun sebagian besar disebabkan oleh karena pola hidup yang kurang sehat. Meliputi diet tinggi lemak dan tinggi kalori namun pelit gerak tubuh.
Juga bisa karena kebiasaan merokok, sifat emosional dan faktor bawaan. Lalu kenapa seseorang bisa terbawa di dalam tubuhnya faktor bawaan? Sampai saat ini belum ada penjelasan yang dapat memuaskan, mengapa terdapat satu sifat bawaan, dalam hal ini gen penyakit pada seseorang, sementara tidak ditemukan pada orang lain. Membutuhkan riset yang sangat dalam, waktu yang lama, teknologi biomedis yang sangat canggih, sampel yang sangat banyak dan ilmuwan yang hebat-hebat dan lain-lain dan lain-lain untuk menjawab ini semua.
Maka, betul kiranya ucapan ibu malang itu, istri pasien stroke itu, stroke memang disebabkan karena sebuah nasib. Saat seorang dokter selalu adil dan telah bekerja dengan sebaik-baiknya, semenjak dari keheningan pikirannya, ujaran wacananya hingga keringat gerak tubuhnya dan saat keluarga pasien telah memberi kasihnya hingga detik-detik nafas terakhir orang yang disayanginya, maka perseteruan nasib dan sains akan berdamai dengan sendirinya. [T]
BACA JUGA: