Opini yang sedikit diawali dengan bercerita ini terkesan menggurui, maklumilah bahwa penulisnya baru saja membaca penggalan kutipan dari Confucius, “Jika aku sedang bersama dengan dua orang selain diriku, salah satu dari mereka akan menjadi guruku.”
Setelah menjadi hewan panda selama tiga minggu penuh (Baca: Begadang Mengerjakan Tugas Akhir Semester), tibalah saatnya di mana seorang mahasiswa untuk bangun siang, kemudian sarapan, lalu melanjutkan tidurnya kembali hingga akhirnya ia terpaksa untuk melek semalaman penuh karena hampir setengah hari ia habiskan untuk bermimpi memeluk guling yang lebih setia dibandingkan pacarnya yang tidak pernah ia peluk karena ia tidak punya pacar.
Kegiatan lainnya adalah di mana ia menghabiskan jam meleknya dengan bersosialisasi di dunia maya bermodalkan ponsel pintar dan kuota 4G-nya. Mahasiswa itu tentunya adalah aku, yang baru menginjak semester 3 namun sudah merasa bahwa isi kepala ini bukanlah apa-apa.
Aku menghabiskan kegiatan malamku untuk membaca berita terkini, namun lebih banyak kuhabiskan jam melek ku untuk bersosialisasi di sosial media. Sebenarnya aku sudah bosan dengan atmosfer sosial media ku yang dipenuhi oleh konten mengenai panasnya tahun politik ini karena kota Singaraja sudah cukup panas untuk tidur tanpa AC, tapi ada sedikit konten yang mengundang senyumku ketika temanku memposting perbandingan foto dirinya 10 tahun lalu dengan foto dirinya di tahun ini.
Namanya #10YEARSCHALLENGE, sebuah trending yang baru kukenal di awal tahun ini setelah trending pasangan calon presiden fiktif Nurhadi Rinaldo. Mereka memposting foto dirinya 10 tahun lalu dan membandingkan dengan foto dirinya saat ini, trending ini sering mengundang komentar “wkwkwkwk” , ada juga “Ini aku 10 tahun lalu, mantan apa kabar?” padahal selama 10 tahun ini yang bersangkutan tidak menetaskan gelar mantan satupun, ada juga komentar “Rasanya baru kemarin aku gini, sekarang kok beda ya?”.
Mereka menyadari perubahan yang terjadi selama 10 tahun ini, lebih tepatnya baru menyadari bahwa 3652 hari ini mereka bermetamorfosis, entah ke arah mana metamorfosis itu mengubahnya, mungkin ada gadis yang semakin feminim, ada pula lelaki yang semakin maskulin, dan ada ada perubahan lainnya bagi setiap makhluk hidup di dunia ini walau jarang disadari sama sekali.
Perubahan yang ada tak selalu berbuah manis, nyatanya ada saja buah mangga yang dagingnya terasa asam, ada saja buah pisang yang sepet , hingga buah jambu yang hambar rasanya. Seringkali perubahan yang tak diharapkan ini tidak diterima sebagaimana kasus nyerod bagi pemudi berkasta yang tidak pernah menjadi harapan bagi orang tua penganut pemikiran lama.
Walau kita tidak kuasa tidak menerima perubahan yang tak diharapkan tersebut, kita seringkali menolak kepada diri sendiri tentang perubahan tersebut, padahal perubahan itu adalah suratan takdir yang “diketik , diprint, dan dilaminating” oleh yang maha kuasa.
Lalu apa kuasa kita melawan sang pencipta? Trending #10YEARSCHALLENGE dapat menjadi motivasi dan ajang refleksi diri tentang apa yang terjadi, apa yang berubah, apa yang hilang hingga apa yang datang jika kita meluangkan waktu sejenak untuk merenung.
#10YEARSCHALLENGE ini juga dapat menjadi tonggak untuk mulai bermetamorfosis, sebagaimana kupu-kupu yang berjuang saat masih menjadi ulat hingga mampu terbang bebas di angkasa.
Bermetamorfosis dalam hal kehidupan ini mungkin tidak akan semulus jalanan yang diaspal menjelang pemilihan kepala daerah, mungkin saja akan berbatu sebagaimana alur birokrasi yang semakin hari semakin tidak mudah, Karena kita juga mamalia yang suatu saat nanti akan bermetamorfosis walau diawali dengan latar waktu yang berbeda-beda satu sama lain, mau tidak mau.