SEJAK resmi pindah homebase ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, klub yang awalnya bernama Persisam Putra Samarinda resmi menyandang nama baru yaitu Bali United. Pada saat masih bernama Pusam, manajemen mengalami pailit dan kesulitan dalam mencari sponsor. Sejak berpindah tangan ke pengusaha Indonesia bernama Pieter Tanuri, Bali United mendapat dukungan dari banyak pihak, baik dari sponsor maupun fans fanatik Bali United.
Klub yang mendapatkan julukan Serdadu Tridatu ini menjadi salah satu tim yang paling ditakuti di ajang perhelatan sepak bola di Indonesia bahkan Asia. Walaupun sempat tumbang di final piala Presiden 2018 oleh Persija Jakarta, klub yang baru resmi berumur 3 tahun pada 14 Februri kemarin telah mampu menorehkan hasil yang fantastis.
Pada awal karir, Bali United sudah mampu menorehkan prestasi yang luar biasa. Pada turnamen pra-musim, Serdadu Tridatu berhasil menempati posisi ketiga Bali Island Cup 2015. Dilanjutkan dengan berhasil menjadi perempat finalis di Piala Presiden 2015, posisi keempat di Piala Bhayangkara, dan yang paling fenomenal adalah saat menjadi runner up Liga 1 Gojek Traveloka. Terbilang fenomenal karena sistem yang tiba-tiba mengejutkan, dan ada pernyataan Bhayangkara FC yang keluar sebagai juara.
Untuk klub se-muda Bali United, prestasi tersebut bukanlah suatu hal yang mudah. Selain memiliki manajeman yang baik, pemain pilihan dan pelatih yang benar benar concern dengan tim, Bali United mampu menjadi saah satu klub papan atas di Indonesia saat ini. Terlepas dari faktor internal, faktor eksternal khususnya suporter tentu ikut andil membantu bagaimana klub berproses hingga sampai titik ini. Bahkan, Bali United memiliki nama supporter yang lebih dari satu diantaranya Northsideboys khusus menghuni tribun timur lapangan Dipta, Brigaz Curva Sud, Semeton Dewata, dan berbagai nama lainnya.
Lalu apa arti dari hadirnya banyak nama-nama suporter Bali United ini?
Gairah sepak bola di Bali sudah mulai bangkit. Ratusan bahkan ribuan orang berbondong-bondong datang ke stadion saat tim Bali berlaga. Tidak hanya dari seputaran kabupaten Gianyar, daerah yang letaknya jauh dari stadion pun ikut hadir dan menyurakan dukungannya. Bahkan saat away pun supporter selalu ada untuk mereka, bernyanyi hingga laga berakhir.
Fenomena lainnya adalah bermunculannya tempat nonton bareng di beberapa wilayah Bali semakin hari semakin ramai, kedai atau cafe yang biasanya dipenuhi oleh pasangan kekasih mendadak menjadi langganan para jomblo untuk nobar bersama kawan jomblonya. Luar biasa semangat yang diberikan Bali United pada masyarakat Bali.
Bahkan belakangan, saat laga pamungkas di Piala Presiden, orang yang tidak biasa nonton bola atau suka dengan bola, ikut menonton. Walaupun hasilnya belum maksimal, tapi dukungan suporter terus mengucur. Saat menang ataupun kalah laga away, supporter selalu ikut menjemput di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Ini adalah bukti bahwa orang Bali itu loyalitas dan totalitasnya tinggi, dan bangga akan apa yang mereka miliki.
Selain itu, Tim Serdadu Tridatu rutin berkunjung ke sekolah-sekolah dan universitas di Bali. Ini membuktikan bahwa ada komitmen untuk memajukan sepak bola di tanah Bali. Melalui website resminya, mereka membuka kesempatan untuk semua sekolah didatangi oleh klub dengan warna khas merah putih hitam ini. Selain melakukan promosi, mereka juga berbagi merchandise, dan berbagai kegiatan lainnya yang berhubungan dengan sepak bola.
Sebagai masyarakat Bali, kita mesti bangga dan ikut mendukung kehadiran Serdadu Tridatu, mereka adalah klub pertama yang membawa nama Bali hingga ke ajang internasional di bidang persepak bolaan. Terima kasih Bali United. Panjang umur sepak bola Bali. (T)