DI di pintu masuk Mine Gate Bendungan Sidan—yang berada di tiga wilayah kabupaten di Bali, yakni Badung, Bangli, dan Gianyar—terpampang candi megah yang “dibelah”. Di tengah belahan itulah jalan masuk untuk siapa pun yang menuju bendungan.
Iya, gapura. Itu memang bisa disebut gapura, atau gerbang masuk ke lokasi bendungan. Tapi, candi itu bukanlah sembarang gapura. Maknanya luas, penuh filosofi.
Gapura itu dibuat oleh Ketut Putrayasa, seorang seniman patung asal Badung. Ia menyelesaikan karyanya dalam waktu satu bulan.
Ketut Putrayasa menjelaskan bahwa konsep Candi Lingga Belah berasal dari simbolisme Lingga, yang melambangkan Siwa sebagai pencipta, pemelihara, dan pemusnah.
Lingga juga diidentikkan dengan meru atau gunung, yang dalam ajaran Hindu disebut “lingga acala”, bermakna abadi dan tak tergoyahkan.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/tatkala.-candi-belah2-1024x768.jpg)
Candi Lingga Belah di Pintu Masuk Bendungan Sidan
Dalam konteks bendungan, lingga ini ditampilkan dalam bentuk terbelah, menandakan pintu masuk ke wilayah yoni, simbol air atau tirta yang menjadi aspek feminin dalam keseimbangan Purusha-Pradana.
“Air dalam kepercayaan Hindu Bali bukan sekadar elemen fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Selain sebagai sumber kehidupan, air juga menjadi simbol pengetahuan yang dalam ajaran Hindu disebut banyu pinaweruh,” ujar Ketut Putrayasa saat diwawancarai, Sabtu 8 Februari 2025.
Menurutnya, dua hal yang selalu mengalir dan abadi di dunia ini adalah air dan ilmu pengetahuan.
Dalam tradisi Bali, Dewi Saraswati, dewi ilmu pengetahuan, memiliki hubungan erat dengan air.
Ketut Putrayasa juga menambahkan bahwa dalam berbagai kisah Hindu, air sering disebut sebagai amerta, yang berarti kehidupan abadi.
Hal ini terlihat dalam kisah Kidung Nawaruci, di mana Bhima mencari “tirta amerta”, serta dalam Adiparwa, bagian pertama Mahabharata yang menceritakan pengadukan lautan susu untuk mendapatkan tirta sanjiwani, air kehidupan yang diperebutkan oleh para dewa dan raksasa.
Menurutnya, pembangunan Candi Lingga Belah di Bendungan Sidan bukan sekadar ornamen estetika, tetapi juga menjadi pengingat akan kesakralan air.
Dalam tradisi Bali, mencemari air dianggap sebagai tindakan yang menghilangkan berkah kehidupan.
“Oleh karena itu, gapura ini diharapkan dapat menjadi simbol kesadaran dan penghormatan terhadap air, baik sebagai sumber kehidupan fisik maupun sebagai pencerahan rohani,” paparnya. [T]
Reporter: Tim Tatkala
Penulis/Editor: Adnyana Ole