MENGAKHIRI perjalanan widya wisata di Yogyakarta, rombongan SMA Negeri 2 Kuta Selatan mengunjungi Heha Sky View yang dikenal dengan Taman Langitnya Yogyakarta. Rombongan menuju Heha Sky View setelah shopping ke pasar oleh-oleh Bakpia Patok Yogyakarta seusai berguru ke UGM.
Perjalanan dari Jalan Malioboro Yogyakarta ke Heha Sky View sepanjang 18,8 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit melalui jalan yang mulus—walaupun banyak kelokan, mirip jalan menuju Singaraja via Bedugul, Bali. Namun, di sini jalannya besar, halus, mulus, tanpa kemacetan. Sungguh menyenangkan dengan view yang aduhai.
Heha Sky View berada di Jalan Dlingo–Patuk nomor 2, Patuk, Bukit, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Heha mulai dibuka 18 September 2019 dan makin hit setelah Pandemi Covid-19.
Saat rombongan widya wisata SMA Negeri 2 Kuta Selatan berkunjung ke Heha Sky View banyak juga rombongan dari sekolah lain dating, seperti dari Padang, Bandung, Jakarta. Selain itu juga ada rombongan keluarga dan komunitas tertentu, healing di Heha Sky View.
Kehadiran mereka di Heha Sky View tampak gembira, ceria, mengabadikan setiap sudut yang menawarkan pemandangan yang layak dijadikan kenangan. Dari puncak ketinggian bukit ini, pengunjung dapat menyaksikan sunset yang menawarkan warna jingga keperakan di ufuk Barat mengantarkan mentari ke peraduannya. Sungguh sangat menawan.

Sementara itu, Kota Yogyakarta tampak di bawahnya, bermandi cahaya, mula-mula berkelap-kelip antara muncul tenggelam. Seiring malam bertambah malam, cahayanya makin stabil dan sangat indah menggugah cocok diunggah.
Bukan hanya sunset yang ditawarkan Heha Sky View, melainkan juga sunrise yang menyambut pagi tiba penuh gairah dalam suasana alam perbukitan yang hijau memukau. Momen pagi dengan sunrise pun tak kalah indahnya dengan sunset untuk diabadikan dan menjadi kenangan yang indah, penuh inspiratif.
Oleh karena itu, pengunjung disarankan datang pagi-pagi atau sore hari mulai pukul 16.00 untuk menikmati ademnya suasana langit Yogyakarta. Suasana pagi-pagi dan sore di Heha Sky View yang adem menjadi penyeimbang suasana siang yang terasa panas menyengat. Di Langit Yogya, sejuk dan panas menyatukan rasa.
Menurut Mas Mamad, sopir yang sekaligus memandu kami, Heha itu adalah akronim dari nama pemiliknya, yaitu Hery Zuianto dan Handoyo Mulyono. Hery Zuianto adalah mantan wali kota Yogyakarta (2022–2011) sedangkan Handoyo Mulyono adalah pengusaha.
Namun ketika saya cek di laman berita online, Heha juga akronim dari hebat-hebat, sebuah ikon inspiratif dari Yogyakarta dalam mengembangkan dan mempromosikan destinasi pariwisatanya.
Ada empat Heha—bisa disebut Catur Heha—yang menjadi destinasi pariwisata sedang berkembang setelah Pandemi Covid-19, yaitu Heha Sky Vie, Heha Ocean View, Heha Forest View, Heha Stone View dengan keunikan masing-masing.
Heha Sky View menawarkan keunikan Yogyakarta dari ketinggian sehingga disebut Taman Langitnya Yogya. Heha Ocean View menawarkan keindahan laut dan pantai yang cocok untuk bersantai dengan deburan ombak tempat mengadu bagi om bersama mbak mengabadikan kemesraan dan kebersamaan dengan pasangan.

Heha Forest View menawarkan keindahan dan kesejukan hutan yang hijau dengan space foto yang instagramable. Dan Heha Stone View menawarkan keindahan bebatuan yang alami dan menggugah semangat untuk teguh dan kokoh menghadapi hidup yang penuh cobaan. Semangat pantang menyerah penuh integritas itulah pesan di balik Heha Stone View.
Di antara Catur Heha, sampai saat ini Heha Sky View yang popular di kalangan wisatawan domestik. Pertama, dari Catur Heha, Heha Sky View pertama dibuka dan dipromosikan secara massif, sehingga makin dikenal dan terkenal dengan memanfaatkan media sosial.
Media sosial adalah media promosi murah meriah hasilnya nyata asal citra kawasan yang diberitakan positif memenuhi syarat sapta pesona pariwisata. Orang akan datang beramai-ramai, tergiur postingan menarik media sosial. Oleh karena itu, pengelola wajib memberikan pelayanan prima kepada wisatawan sebagai tamu. Tamu adalah raja yang wajib dimuliakan.
Kedua, fasilitas parkirnya luas yang memungkinkan kunjungan secara massal dalam jumlah banyak dengan daya tarik multiview. Bukit di ketinggian, taman yang menggoda, balon raksasa yang memukau, jalan berkelok mulus lancar, space foto beragam di tiap sudut asal jeli mengambil angle. Bukan Jogja namanya bila kawasannya tanpa kata puitis, seperti, “Bukan JOGJA namanya jika tak mencipta RINDU” atau “Taman Langitnya Jogja”.

Ketiga, fasilitas pendukung destinasi juga memadai dari restoran sampai pedagang mode kaki lima yang dimartabatkan dengan gaya jualan ala hotel berbintang tetapi dengan harga rakyat rasa menggigit, lezat melesat dari mulut. Kelezatannya bertambah riuh dengan pemandangan di sekelilingnya menggoda, sangat inspiratif.
Begitulah Heha Sky View, Taman Langitnya Jogja. Taman cahaya dengan lampu kelap-kelip di kota kala malam, seperti lagu Rano Karno berjudul “Bukalah Kaca Matamu”, dengan reff: …Kelap–kelip lampu di kota/Kutak-kutik matamu nakal/senyum genit rayuan gombal/merinding bulu kudukku.
Rano Karno mengakhiri lagu dengan, “Hati siapa sayang yang tak tergoda”. Demikian Heha Sky View ibarat gadis cantik di malam hari yang selalu menggoda pengunjung untuk datang.
Berbeda dengan pagi dan siang, Heha Sky View mengingatkan kita bahwa alam pedesaan yang tenang penuh pesona selalu dirindu, sebagai mana lagu, “Desaku yang Tercinta” karya L Manik. Begini syairnya: Desaku yang kucinta/ pujaan hatiku/ tempat ayah dan bunda/ dan handai taulanku/ tak mudah kulupakan/ tak mudah bercerai/ selalu kurindukan/ desaku yang permai.
Heha Sky View ibarat lagu, ia adalah suara alam semesta yang menggoda setiap pengunjung untuk mendengarkan. Untuk mendengarkan, pengunjung harus mendekat. Datang kembali ke Taman Langitnya Jogja, Heha Sky View.[T]
BACA artikel lain dari penulisNYOMAN TINGKAT