MENJELAJAH WAKTU
Menjelajah waktu
dari hulu ke hilir
jika mampu,
kau akan temukan kilasan langkah yang indah
pastikan yang menghalang di hadapan
tak menyisakan sembilu
juga tak menjerat dari beribu arah.
Ada kalanya masa hilang berganti pucuk yang ranum,
musim semi tak selamanya menyemai sekeranjang bunga
musafir menerjang fatamorgana hingga sampai titik temu
walau terengah dan limbung
Seperti hidup tak menjanjikan apa pada si empunya
seperti itu ia harus menguras daya upaya menciptakan warna diri
entahlah menjadi apa
ataukah seperti apa
jangan lekas tutup buku ceritamu,
esok dan lusa juga nanti masih siap menyambutmu
asalkan kau ada menjadi bagiannya.
melebur dalam peluk bumi,
di atas Ibu Pertiwi
bernapas bayu
beratap akasa.
Dalam kidung mantra yang berbalur kebajikan tanpa menjatuhkan,
menghancurkan
atau mematikan cahaya cahaya di hadapanmu
jadilah penyemangat yang mengharu biru,
bukan berpura pura peri.
29 Mei 2024
SEPERTI MIMPIMU MEMELUK LANGIT
seperti mimpimu memeluk langit
dan menaburkan remah pelita dari senyap yang selalu tercipta,
begitulah engkau mencintai senja yang temaram
dengan rasa yang tak mampu mengukur kedalaman ikhlas
pasti ada jeda di penghujung langkah
pasti ada hilang di antara kasat mata
teruslah bergulir memeluk waktu yang kian mendekatkanmu pada keabadian.
datar,
ringan
dan tak memberatkan duniawi.
filosopy kopi:
jadilah penenang di antara segala rasa
DEAR GOD
jika Engkau bercakap tentang warna pelangi
dan bulir embun, menghempas bisu yang berlagu
akankah Kau tawarkan temaram bagi jiwa berurai kagum?
Engkau pelukis warna tak berbaur
menggenggam jari yang tak menunjuk ke tatap mata
dan tak menunggu Kau menjentik nurani.
sedangkan aku adalah doa dari pikirku,
juga kata dari sanubariku
13 Mei 2019
NOTE FROM CAKA 1946
Teruslah berjalan menyusuri pertiwi,
tak usah takut sendiri
terkadang hening itu menciptakan intuisi ,
betapa mulianya jika engkau tetap langitkan Tuhan
di antara apapun dan siapapun
hati boleh mengerucut,
kata kerap menuang luka
dan kadang pikiranpun berlarian ke setiap ruang tanpa batas
jiwamu mengembara tak terhadang
namun dayamu tak sekokoh karang.
matamu nanar tak mampu menyapa rupa rupa.
Dari dua sisi wajah
suka dan duka beriringan,
terpuruk dan bangkit adalah lukisan pewarna
janganlah bersikap langit,
meninggi itu tak mesti mengerdilkan sekeliling
suatu saat engkau kan merunduk dari tanah datar yang sama
whenever, silent is the power to be stronger
never regret to always be your self.
the confidence is yours
Ngembak Geni mangkin’ 2024
[][] BACA puisi-puisi lain atau puisi dari penulis METTARINI