25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Berbagi Puisi di Perayaan Hari Jadi Komunitas Mahima

Yudi SetiawanbyYudi Setiawan
March 16, 2024
inEsai
Berbagi Puisi di Perayaan Hari Jadi Komunitas Mahima

Made Adnyana Ole dan LKadek Sonia Piscayanti saat memberi workshop puisi di Mahima March March March 2024 | Foto: Hizkia

SUDAH hampir sepekan ini, Singaraja nyaris tak mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup. Awan hitam menebal di penjuru langit bumi Panji Sakti siang dan malam. Hujan lebat berangin, pohon tumbang, dan tanah longsor terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Meski begitu, semua harus tetap berjalan. Bumi akan tetap berputar meski seseorang sedang pada tahap kesedihan yang paling ratap sekalipun. Maka dari itu, mulai Jumat, 15 Maret 2024, di Rumah Belajar Komunitas Mahima, meski cuaca sedang dalam kondisi yang sangat labil, Komunitas Mahima tetap merayakan hari jadinya yang ke-16 tahun—atau yang lebih dikenal dengan “Mahima March March March”.

Ya, meski dunia sedang dalam keadaan kacau sekalipun, semuanya harus tetap berjalan sebagaimana mestinya, bukan? Benar, tapi tentu dengan pertimbangan-pertimbangan yang sudah diperhitungkan dengan sangat matang.

Di ulang tahunnya yang ke-16 tahun ini, sama seperti pada perayaan hari jadi di tahun-tahun sebelumnya, Komunitas Mahima memberikan semacam angin segar bagi masyarakat Singaraja dan sekitarnya yang haus akan pengetahuan seni dan budaya.

Berbagai program andalan seperti puisi, bedah buku, pementasan teater, serta pementasan musikalisasi puisi, dan yang lainnya, tetap hadir di dalam perayaan hari jadinya kali ini. Dan, untuk perayaan di hari pertama—memang, ulang tahun Komunitas Mahima dirayakan sampai berhari-hari—dirayakan dengan workshop menulis puisi yang di komandoi oleh si pemilik hajat, Kadek Sonia Piscayanti dan Made Adnyana Ole.

Di antara sisa-sisa air hujan yang masih menetes, derap langkah mulai terdengar. Langkah kaki beriringan itu milik mereka peserta workshop yang hadir di Komunitas Mahima. Usia mereka tak jauh berbeda. Masih pada jenjang pendidikan yang sama. Meski, ada beberapa mahasiswa dan orang tua juga turut hadir pada perayaan sore itu.

Kami berkumpul di tempat yang sama dan dengan tujuan yang sama, yakni workshop menulis puisi. Meskipun, pada dasarnya, di antara sekian banyak peserta yang datang di hari itu, saya adalah orang yang paling awam dengan karya sastra yang lahir dari peradaban Yunani kuno itu.

Menurut Bunda—panggilan akrab kami kepada Bu Sonia—Puisi adalah sebuah seni untuk memaknai suatu kehidupan. “Dengan puisi kita dapat memaknai diri kita dan lingkungan di sekitar kita,” katanya.

Sebelum melanjutkan pemaparannya, ia mencoba berinteraksi dengan peserta workshop dengan meminta pendapat mereka. “Apa yang dimaksud dengan puisi?”

Tentu, dalam hal ini, saya tak mempunyai tanggapan apa-apa mengenai pertanyaan tersebut. “Wong saya gak ngerti puisi itu apa kok”. Namun, pada akhirnya, satu persatu dari mereka mulai memberikan tanggapannya dengan pengertiannya masing-masing.

Selanjutnya, Bunda bercerita tentang betapa pentingnya puisi di dalam sebuah kehidupan manusia. Di dunia barat, misalnya—maksudnya luar negeri—puisi diyakini sebagai cikal bakal dari lahirnya ilmu filosofi. Menurutnya, di dalam puisi, mengandung unsur-unsur kebijaksanaan yang menjadi poin utama dalam dunia filsafat.

Benar, puisi seringkali dianggap sebagai ekspresi artistik yang mampu menggambarkan pemikiran dan pandangan dunia seseorang. Di sisi lain, filsafat merupakan upaya manusia untuk memahami eksistensi, kebenaran, nilai-nilai, dan makna kehidupan secara lebih mendalam. Maka, sah jika puisi dianggap sebagai cikal bakal dari filsafat. Karena, melalui penggunaan bahasa yang kreatif dan metaforis, puisi dapat menggambarkan kompleksitas pemikiran filsafat dengan cara yang lebih emosional dan estetis.

Di Indonesia, misalnya, pada periode kemerdekaan, penyair-penyair pada masa itu menggunakan sajak-sajak metaforis sebagai alat untuk membakar semangat perjuangan bangsa. Salah satunya adalah Chairil Anwar dengan puisi “Aku-nya yang sangat kontroversial.

Chairil sering dianggap sebagai “pemberontak” dalam dunia sastra karena karya-karyanya yang menggugat norma-norma sosial dan budaya pada masanya. Dengan penggunaan kata-kata yang tajam, ia mampu mengekspresikan sebuah penolakan serta kegelisahan kondisi sosial pada saat tu.

Namun, Bunda kemudian membandingkan antara sajak-sajak Chairil dengan sajak-sajak yang berseliweran di dunia maya pada saat ini. Ia menganggap, bahwa apa yang berseliweran di media sosial sekarang bukanlah puisi, melainkan hanya semacam celotehan saja.

Sebab, menulis puisi tentunya memiliki sebuah tujuan. Jika Chairil membuat puisi dengan tujuan untuk membakar semangat perjuangan, lantas mengapa sajak-sajak di media sosial sekarang ini seakan tidak memiliki sebuah tujuan?

Mengenai hal itu, Pak Ole—panggilan akrab saya kepada Made Adnyana Ole—mencoba menjelaskan duduk persoalan tersebut. Menurutnya, jika sebuah sajak hanya dikirimkan ke media sosial, yang terjadi adalah, tidak adanya kurator untuk menguji baik dan tidaknya sajak tersebut.

Hal itu yang menjadikan sajak di media sosial yang konon sedang ngetren di akhir-akhir ini seakan tidak memiliki sebuah tujuan. Menurutnya, sebuah puisi lahir dari adanya sebuah pantulan penghayatan diri seseorang terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya.

Kesadaran diri—atau mengambil istilah yang sering digunakan Pak Ole; self culture—akan membentuk dan mengembangkan aspek-aspek seperti pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan kesadaran diri seseorang berbeda-beda.

Maka, dalam proses ini, setiap penyair akan melahirkan sebuah puisi yang berbeda dengan penyair lainnya atas dasar kesadaran diri yang berbeda-beda. Dengan demikian, benar apa yang dikatakan Pak Ole, yakni puisi tidak memiliki makna tunggal.

Sekadar informasi tambahan, jauh sebelum saya dilahirkan—atau barangkali ibu-bapak saya belum saling mencintai satu sama lain—Pak Ole sudah menjadi sastrawan dengan berbagai karya sastranya (maksudnya menulis puisi).

Sementara Pak Ole masih asik menjelaskan tentang proses lahirnya sebuah puisi kepada peserta workshop, di sisi lain, tampak beberapa pemuda sedang asyik menyantap mi instan dan menyeruput kopi tanpa merasa berdosa sedikitpun.

Padahal, sekarang adalah bulan Puasa, dan beberapa pemuda itu adalah seorang yang saya tahu beragama Islam. Dengan kata lain, mereka tidak berpuasa. Meski aib, tapi tak mengapa. Toh, mereka teman-teman saya.

(Bisa saja dua paragraf di atas tak saya ikut sertakan. Tapi karena saya jengkel, maka biarlah sudah. Hanya saja, ini bukan karena sok soleh atau sok taat, barangkali iman saya saja yang cetek, yang melihat orang minum kopi—dan rokok, tentu saja—di siang bolong di bulan Ramadan, membuat keteguhan iman saya agak terintimidasi.)   

Lupakan dua tiga paragraf di atas. Kita kembali ke subtansi saja.

Pada hari itu, saat menjelaskan, sesekali Pak Ole membacakan sebuah puisi yang membuat peserta workshop merasa terhipnotis dalam beberapa saat. Ya, Pak Ole membaca puisi berjudul Aku Bisa Saja Menulis Puisi Paling Sedih Malam Ini karya Pablo Neruda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh sastrawan Saut Situmorang.

Puisi itu, dengan pembacaan Pak Ole, seakan menjelma sebagai nyanyian tidur yang diam-diam melelapkan. Kami terpukau dengan puisi itu. Indah dan, tentu saja, bermakna yang sangat dalam.

Menurut Pak Ole, langkah awal untuk membuat sebuah puisi adalah diawali dengan membaca puisi sebanyak-banyaknya—puisi yang bagus. Sebab, semakin banyak kita membaca puisi, maka semakin banyak pula kita memiliki jaring untuk memilah sebuah puisi.

Dengan begitu, kita akan mampu membedakan mana puisi bagus dan yang tidak bagus. Dan, dengan membaca puisi yang bagus, adalah sebuah cara yang tepat untuk menulis puisi yang bagus pula. Tentu, juga dengan memperkaya kosa kata di dalam diri kita. Maka, dengan begitu, pemilihan diksi yang dipilih untuk dirangkai menjadi sebuah puisi akan lebih bervariasi. 

Di akhir acara, Pak Ole meminta peserta workshop membuat sebuah puisi dengan penghayatan diri masing-masing. Menyambut hal itu, semua antusias untuk segera membuat puisi. Ada yang selesai, ada yang tidak. Dan tentu saja yang tidak selesai itu adalah saya. Mungkin akan saya selesaikan lain waktu.[T]

Editor: Jaswanto

Pertanyaan-Pertanyaan yang Dialami Menjelang Pagi | Pidato Mahima March March March – Wulan Dewi Saraswati
Kadang di Belakang, di Depan Kadang-Kadang | Catatan Mahima March March March dari Layar Belakang
Benang Merah Wayang dan Realita | Antara Pesan dan Lelucon yang Dikehendaki
Tags: Komunitas MahimaMahima March March March 2024Puisisastra
Previous Post

Menulis: Perspektif Pengalaman Pribadi

Next Post

Rubuhnya Kampus Kami | Cerpen Putu Arya Nugraha

Yudi Setiawan

Yudi Setiawan

Kontributor tatkala.co

Next Post
Rubuhnya Kampus Kami | Cerpen Putu Arya Nugraha

Rubuhnya Kampus Kami | Cerpen Putu Arya Nugraha

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more

Saatnya Pertanian Masuk Medsos

by I Wayan Yudana
May 24, 2025
0
Saatnya Pertanian Masuk Medsos

DI balik keindahan pariwisata Bali yang mendunia, tersimpan kegelisahan yang jarang terangkat ke permukaan. Bali krisis kader petani muda. Di...

Read more

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co