SEBAGAI seorang perempuan yang masih muda, ia tak mau menyia-nyiakan kesempatan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Alih-alih memilih menjadi perempuan yang “pasif”—yang menggantungkan hidupnya kepada laki-laki—ia justru lebih suka belajar, bergerak, dan mewujudkan impian yang telah lama ingin ia raih.
Putu Ayu Windiani, 33, namanya. Perempuan berparas cantik dengan segudang ide cemerlang di kepalanya itu, bisa dibilang sebagai sosok yang menginspirasi. Usahanya dalam industri fashion kain tenun khas seperti endek dan songket—yang berhasil disulap menjadi busana trendi masa kini—banyak dicintai kaum milenial. Dengan ide kreatifnya, ia berhasil meraup omzet mencapai puluhan juta rupiah setiap bulannya; dan turut membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Dalam konteks semangat Sumpah Pemuda 1928, misalnya, salah satu bentuk keteladanan yang bisa dipelajari dan dipraktikkan generasi muda hari ini adalah dengan mengukir prestasi. Prestasi yang dimaksud tidak hanya di bidang akademik saja, tetapi juga di bidang lain yang memberikan manfaat bagi masyarakat luas, seperti yang dilakukan Ayu Windiani.
Windi, begitu ia akrab dipanggil, selain memiliki ide dan motivasi yang kuat dalam meraih mimpi, juga termasuk sosok perempuan milenial yang pandai memanfaatkan peluang dan teknologi. Benar. Dewasa ini, berbagai macam bisnis yang dibuat atau diinisiasi kaum milenial cukup berkembang pesat dengan pemanfaatan teknologi mutakhir.
Ditemui di kediamannya pada Jumat (27/10/2023), Windi mengaku bahwa di balik kesuksesan “Ayu Windi Tenun Ikat” hari ini, tak terlepas dari impian dan usaha dalam memperjuangkannya. Usaha fashion yang berlokasi di Jalan Bekisar No. 1 A A. Yani Barat itu termasuk bisnis yang sukses dan kreatif.
Dengan kepiawaiannya, Windi berhasil menyulap kain tenun tradisional Bali menjadi produk kreasif yang menarik perhatian banyak kalangan, terutama milenial. Berbagai produk, mulai dari baju kekinian, jaket, gantungan kunci, hingga masker dengan motif endek telah menjadi buah bibir. “Awalnya saya belajar fashion secara otodidak, juga belajar dari teman sejawat,” ujarnya.
Windi mengatakan, usaha yang didirikannya memang menyasar—target market—kaula muda. Selain berbisnis, ia juga memiliki misi untuk mengubah paradigma kaum muda dan masyarakat umum bahwa endek juga bisa digunakan sebagai busana sehari-hari.
“Sasarannya ya menggait kaum milenial dan mengubah paradigma masyarakat bahwa endek ini juga bisa dipakai sehari-hari,”terangnya.
Usaha yang Tak Instan
Kesuksesan Windi hari ini tentu tidak diraih secara instan, ada harga yang harus ia bayar. Perjalanannya tak selalu mulus. Wanita jebolan universitas ternama di Denpasar itu, pernah menghadapi berbagai tantangan dalam membangun usahanya. Tantangan itu, katanya, mulai dari riset produk, desain, hingga strategi pemasaran.
Namun, dengan tekad kuat, semangat juang, dan konsistensi yang tak kendor, Windi akhirnya berhasil menjadikan brand-nya dikenal luas sejak 2017.”Inovasi adalah kuncinya. Terlebih di era pandemi seperti beberapa tahun belakangan. Kita dituntut untuk berpikir out of the box,” ujarnya.
Meski begitu, capaiannya hari ini tidak membuatnya berpuas diri—karena inovasi di produk tersebut harus terus dilakukan, katanya. Berkaca dari tantangan usahanya dalam menghadapi pandemi—yang sangat menuntut kita berpikir keras bagaimana bisa bertahan di berbagai keadaan—hari ini ia selalu memikirkan dan menyiapkan berbagai solusi untuk menjawab kemungkinan yang tak teduga.
Dan terlepas dari sisi negatif media sosial, Windi mengaku bahwa teknologi tersebut memiliki peran penting dalam membantunya memasarkan produk-produk inovatifnya. Apalagi perkembangan teknologi audiovisual sekarang begitu pesat dan bisa diakses oleh siapa saja.
Selain sebagai media promosi, media sosial juga dijadikan sebagai alat untuk mengajak kaula muda, khususnya di Buleleng, agar tidak cepat berpuas diri atau menyerah dengan keadaan. Menurutnya, pemuda harus berani mencoba dan manfaatkan kemudahan perkembangan teknologi informasi hari ini—untuk mendongkrak daya tarik masyarakat untuk membeli produk kita.
Sebelum wawancara berakhir, Windi berpesan kepada generasi muda, “Kita harus selalu berinovasi dan memanfaatkan teknologi, khususnya media sosial, sebagai alat pemasaran. Selalu ada potensi dalam setiap tantangan. Jadi, tetap semangat dan jangan takut mencoba!”[T][Jas/*]