3 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ida, Siapa Dia Sebenarnya? | Tanggapan Atas Esai Pranita Dewi

Angga WijayabyAngga Wijaya
September 16, 2023
inEsai
Ida, Siapa Dia Sebenarnya? | Tanggapan Atas Esai Pranita Dewi

Chairil Anwar

MEMBACA esai kritik sastra yang ditulis oleh Pranita Dewi, perempuan penyair asal Denpasar-Bali berjudul ‘Ida: Perempuan, Sajak dan Visi Literer Chairil Anwar’ di Tatkala.co, 12 September 2023, saya merasa amat senang karena Pranita selain menulis puisi ia ternyata mampu menulis esai bagus. Sebuah esai “puitis” tentang Chairil Anwar dan perempuan dari sudut “perempuan”, terutama soal sosok Ida yang banyak disinggung Chairil Anwar baik pada sajak maupun pidato kebudayaan yang ia sampaikan pada beberapa acara seni di Jakarta kala itu.

Usai membaca esai tersebut, saya langsung mencari buku tentang Chairil Anwar pada perpustakaan kecil di kamar kontrakan. Buku pertama, skenario yang ditulis Sjuman Djaya berjudul Aku; Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Karya Penyair Chairil Anwar.” Buku ini pertama kali diterbitkan oleh penerbit Grafiti, Jakarta, 1987. Saya mempunyai versi buku yang diterbitkan Metafor Publishing, 2003.

Skenario ini dibuat berdasarkan wawancara dan keterangan dari para sahabat dan keluarga dekat Chairil Anwar sehingga bisa dipertanggung-jawabkan kebenaran dari apa yang ditulis dan ingin disampaikan Sjuman Djaya selaku seorang sutradara.

Pranita Dewi dalam esai tersebut berfokus pada sosok Ida, yang disebutnya sebagai “vitalisme dan visi literer Chairil Anwar”. Pada bagian penutup Pranita menulis: “Pembahasan tentang Ida, perempuan, vitalisme dan visi literer Chairil di atas sekaligus membuat kita yakin bahwa sebenarnya sajak-sajak Chairil, sebagaimana semua karya puisi yang baik, pada dasarnya memihak pada nilai-nilai universal positif seperti kemajuan, kesetaraan, penghargaan terhadap perempuan, kepercayaan bahwa perempuan sepadan dengan laki-laki dalam perkara intelektual, dan pengakuan atas perempuan sebagai gender yang memiliki kekuatan besar untuk memancarkan elan vital.”

‘Ida: tokoh imajiner?’

Belum ada kepastian tentang siapa sebenarnya Ida. Agaknya, dalam buku “Aku” pun hanya disebutkan, “Ida” diyakini sebagai perempuan yang menghadiri pameran lukisan di Jakarta pada masa lalu di ruang depan sekolah Taman Siswa di Kebayoran. “Tapi yang menarik perhatian adalah hadirnya seorang perempuan muda yang sangat matang dan berdandan sangat menawan”. Begitu tulis Sjuman Djaya pada adegan 97, halaman 94 buku tersebut.

Perempuan itu, digambarkan sangat mencintai seni. Aksen bicaranya intelek, sesekali keluar juga dengan fasih bahasa Belandanya. Dia pun didampingi dua laki-laki Belanda yang nampaknya juga penggemar kesenian. Satu laki-laki berwajah menak, posturnya seperti pejabat tinggi salah satu Departemen Republik.

Ia yang disangka Ida pun berbicara dengan Sudjojono yang lukisannya juga dipamerkan. “Ida” juga mengirim salam untuk Chairil Anwar, yang saat dia ada di acara tersebut, belum tampak batang hidungnya.

“Fantastis! Siapa dia bilang namanya tadi?”

“Dia tidak sebut nama!”

“Dia Tanya Chairil. Jangan-jangan itulah Ida yang sering disebut-sebutnya!”

“Lihat saja di buku tamu!”

“Ya, ya, buku tamu coba!”

Semuanya jadi membuka, memeriksa buku tamu. Di sana ada tiga nama, yang seorang berkebangsaan Belanda, dan seorang lagi perempuan bernama Hilda. Tanpa alamat, tanpa jabatan. Cuma “Hilda – Jakarta”.

Sosok Ida masih misterius. Pada adegan 131, ketika Chairil mulai menunjukkan gejala sakit parah, terjadi percakapan di redaksi majalah “Siasat” antara Sam, Pai dan Balfas yang sepertinya anggota redaksi bersama sekretaris redaksi, Gadis. Dia menyarankan kepada Pai dan Balfas untuk mencari dan menemukan Chairil Anwar yang kelihatan sangat menderita dan musti cepat dibawa ke dokter.

Pai bertanya:

“Dia kira-kira masih di kamarnya?”

“Karena itu aku bilang, cari! Waktu aku datang, dia persis mau keluar, lengkap dengan jaketnya dan keperlenteannya. Tapi wajah itu tidak dapat menyembunyikan….—  (menjatuhkan diri ke kursi)

–Mayat! Dia sudah semacam mayat, Pai!

“Dan ketika kutanya, mau ke mana dia, tahu apa yang dia bilang?”

“Apa?”

“Mau menjelajah Nusantara, katanya, mencari Ida! Ida tidak pernah ada, Pai!. Ida Cuma tokoh khayali darinya. Jadi kau tahu apa ini artinya?”

Percakapan dalam buku skenario “Aku” di atas bahkan, menyebut Chairil semacam “berhalusinasi”, Ida hanya tokoh imajiner dan khayali dari penyair bohemian itu. Sampai di sini, sosok Ida menjadi semakin kabur. Siapa sebenarnya dia? Apakah dia sosok nyata atau malah “tidak nyata”?

Ida Nasution

Pada buku kedua, buku seri TEMPO berjudul Chairil Anwar; Bagimu Negeri Menyediakan Api. terbit pada 2016, teka-teki siapa tokoh Ida agaknya menjadi terang. Pada bab “Fragmen Cinta Ahasveros” mengupas kisah gelora asmara Chairil Anwar dengan beberapa perempuan, sebut saja Karinah, Sri Ajati, Sumirat, Gadis Rasid, Tuti, Dien Tamaela, Hapsah, dan, tentu saja: Ida.

Nama Ida pertama kali disebut Chairil dalam sajak “Ajakan” (Februari 1943). Ia juga disebut dalam sajak “Bercerai” (7 Juni 1943), “Merdeka” (14 Juli 1943), dan “Selama Bulan Menyinari Dadanya (1948). Menurut buku seri TEMPO tersebut, Chairil bahkan menyebut Ida berkali-kali dalam pidato dibuat pada 1943 untuk dibacakan di muka Angkatan Baru Pusat Kebudayaan pada 7 Juli 1943. Pidato ini kemudian diterbitkan dua kali. Pertama dalam majalah Zenith edisi Februari 1951. Kedua dalam Pulanglah Dia Si Anak Hilang; Kumpulan Terjemahan dan Esai Chairil Anwar (2003).

Hasan Apsahani, penulis buku Chairil: Sebuah Biografi mempunyai pendapat, Ida (nama lengkapnya: Ida Nasution) adalah “kekasih sebentar” Chairil Anwar. Ia juga merupakan “kawan segagasan, cinta yang menggairahkan dan menggelisahkan”. Menurut Hasan, Ida kerap disebut pada 1943. Pada tahun itu, Chairil berumur 21 tahun, sedangkan Ida 19 tahun.

“Bersama Ida, Chairil seakan-akan menjadi lelaki 17 tahun kembali, menikmati kepolosan sepasang anak remaja,” tulis Hasan Apsahani.

Nama Ida dalam sajak Chairil Anwar berjudul “Lagu Siul”  yang ditulis pada 1945 pada mulanya tertera dalam subjudul pada naskah tulisan tangan Chairil. Namun nama itu dihilangkan saat diterbitkan pertama kali dalam Opbouw-Pembangoenan edisi 10 Desember 1945. Begitu pula saat muncul dalam antologi Deru Campur Debu (1957).

Mengutip buku “Chairil Anwar […]”, kepada H.B. Jassin, Ida pernah menyebut Chairil sebagai “binatang jalang” yang sesungguhnya. Sepertinya, cinta Chairil kepada Ida tidak berbalas. Bahkan, ia pernah berkata: “Apa yang bisa diharapkan dari manusia tidak karuan itu?”

Ida adalah esais cemerlang dan penerjemah berbakat. Pujian itu disampaikan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan H.B. Jassin. Ida pernah menerjemahkan Les Conquerent karangan Andre Gide menjadi Sang Pemenang dan dimuat dalam Opbouw-Pembangoenan.

Sedangkan Chairil Anwar, menerjemahkan karya Gide lainnya, Le Retour de l’Enfant Prodigue, menjadi Pulangah Dia Si Anak Hilang, yang dimuat dalam Pujangga Baroe, edisi September 1948. Ida sempat menjadi anggota redaksi majalah berbahasa Belanda, Het Inzicht, sebelum bersama Chairil mengelola “Gelanggang”, ruang kebudayaan dan sastra dalam majalah mingguan Siasat.

Masih dalam buku “Chairil Anwar [..]”, Ida Nasution disebut semasa kuliah ia bersama kawan-kawan mendirikan Perhimpunan Mahasiswa Universitas Indonesia pada 20 November 1947. Namun nahas, hidupnya berakhir tragis. Dia dilaporkan hilang pada 23 Maret 1948. Koran De Locomotief edisi 3 April 1948 menulis, “Ida hilang saat perjalanan menuju Buitenzorg (Bogor) bersama teman-teman kuliahnya. Koran berbahasa Belanda, Nieusger, mencurigai Ida diculik oleh anggota intelijen Belanda.

Demikianlah. Semoga tulisan yang berangkat dari tiga buku tentang Chairil Anwar bisa memberi ‘jalan terang’ tentang sosok Ida, kawan perempuan Chairil Anwar yang “abadi” dalam karyanya. [T]

Ida: Perempuan, Sajak dan Visi Literer Chairil Anwar
Pertarungan Bangsawan Oesoel Vs Bangsawan Pikiran
Sepanjang Jalan Sunyi: Emha Ainun Nadjib dalam Pusaran Rindu-Dendam Puisi
Puisi-puisi Pranita Dewi | Bedawang Nala
Tags: Chairil AnwarPuisisastraSastra Indonesia
Previous Post

Puisi-Puisi Muhammad Daffa | Dari Sungai Kepada Batu

Next Post

“Sawidji Comes Home”, Ruang Kolektif, Dari Ubud ke Jantung Kota Denpasar

Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005). Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Next Post
“Sawidji Comes Home”, Ruang Kolektif, Dari Ubud ke Jantung Kota Denpasar

“Sawidji Comes Home”, Ruang Kolektif, Dari Ubud ke Jantung Kota Denpasar

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co