Tersebutlah seorang petani dari Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Namanya Wayan Renasa. Ia adalah anggota Kelompok Tani Lembu Nadi di desa itu.
Pada Rabu, 21 September 2022, ia sedang panen. Panen cabai pada saat inflasi melanda nasional saat ini adalah kesenangan yang berlipat-lipat. Renasa sebagai petani senang, pemerntah senang, pembeli senang, dan masakan pun tak hambar lagi karena rasa pedas membuatnya jadi enak.
Renasa mengelola lahan cabai seluas 40 are. Dan, ia tak pernah ragu-ragu menanam cabai. Ia terus giat, terus setia menanam cabai. Apalagi, Pemerintah Buleleng membantunya.
Apa yang dibantu Pemkab Buleleng?
Pemerintah dan petani sudah melakukan perjanjian kerjasama pascapanen. Misalnya pada saat harga fluktuaktif, pemerintah siap menampung sesuai harga yang telah disepakati.
”Kemarin cabai besar harganya Rp. 25 ribu dan cabe rawit Rp. 50 ribuan, mungkin sekarang sudah turun. Perkembangan harga cabai saat ini sudah lumayan bagus,” kata Renasa tentang harga cabai pada saat ia panen.
Selain kesepakatan harga, kata Renasa, ia sangat terbantu dengan bantuan bibit yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Dengan bantuan bibit, Renasa tentu saja bisa menekan biaya produksi.
”Untuk pengembangan di kelompok kami tahun ini diberi bantuan bibit cabai besar dengan luasan lahan 5 hektar,” kata Renasa.
Cabai hasil panen petani di Desa Tambakan, Kubutambahan, Buleleng
Petani memang punya peran penting dalam mengendalikan inflasi, terutama peran petani cabai. Tentu saja, karena komoditi cabai merupakan salah satu penyumbang inflasi terbesar di Buleleng.
Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Buleleng melibatkan petani dalam upaya pengendalian inflasi Keterlibatannya perani adalah mereka tetap setia dan tetap giat menanam cabai.
Agra para petani tetap giat menanam cabai dan menghasilkan cabai secara kuantitas maupun kualitas, Pemerintah Kabupaten Buleleng bersama Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Arga Nayottama Buleleng terus membantu petani, antara lain dengan bantuan bibit dan kerjasama pascapanen.
Petani menyambut baik upaya pemerintah karena mendapatkan penawaran harga yang menguntungkan melalui Perumda Arga Nayottama Buleleng.
Sekretaris Desa Tambakan I Putu Ariawan mengatakan cabai menjadi penyebab inflasi karena banyak kebun cabai gagal panen akibat cuaca dan penyakit yang menyerang cabai.
Untuk itu pihaknya membantu dalam pengendalian inflasi, salah satunya dengan program ketahanan pangan bagi kelompok-kelompok tani.
”Sebanyak 20 persen dana desa kami gunakan untuk ketahanan pangan yakni Rp 150 juta untuk hewan ternak dan Rp 53 juta bantuan bibit cabai. Target kami sekitar 45 hektar luasan lahan akan dibantu bibit pohon cabai,” kata Putu Ariawan.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Desa Tambakan, Nyoman Sukardana, mengatakan, PPL membantu petani saat ini dalam budidaya tanaman cabai dari proses pembibitan sampai panen.
Pendampingan proses produksi itu penting untuk meminimalkan kerugian akibat gagal panen yang disebabkan berbagai kendala seperti cuaca yang tidak bagus dan serangan virus.
”Kendala cuaca ektrim seperti angin dan hujan yang menyebabkan kurangnya produksi cabai serta serangan penyakit yang tentunya persediaan cabai dipasaran langka.” Ujar Nyoman Sukardana.
Usaha n pengendalian hama penyakit dilakukan dengan program klinik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dari Ditjen Holtikultura Kementerian Pertanian. Program itu sangat membantu meminimalkan serangan penyakit. Denagn begitu, petani merasa aman dan terus menenam cabai. “Walaupun cuaca ektrim, para petani terus memproduksi cabai,” katanya.
Kelompok Tani Lembu Nadi saat ini sudah panen ketiga. Ke depan pihaknya akan terus melakukan pembinaan budidaya cabai dengan cara ramah lingkungan dengan bahan yang lebih murah serta aman bagi tanaman dan tanah, sehingga akan mampu menekan biaya produksi cabai.[T][Ado/*]