Jika hendak melihat dan meresapi cerita masa lalu Kota Singaraja, jangan naik motor, apalagi mobil, apalagi ngebut. Jika naik mobil, kau akan terburu-buru, seakan mengejar masa depan yang tak pasti.
Maka, kayuhlah sepeda, pelan saja. Gambaran kejayaan masa lalu Kota Singaraja akan tampak dengan agak rinci, jelas dan berkesan.
Mengayuh sepeda. Itulah yang dilakukan para penghobi sepeda di Buleleng-Bali, Sabtu, 06 Agustus 2022. Mereka menggelar acara Kopdar (Kopi Darat) Bike. Kopdar Bike ini mengusung tema Selusur Heritage Kota. Artinya, ya itu tadi, sembari bersepeda, sekaligus juga melihat-lihat peninggalan masa lalu yang masuk dalam kawasan heritage Singaraja.
Tentu tak sekadar meliaht-lihat saja. Sambil bersepeda, karena jalannya cukup pelan dan santai, para pesepeda bisa merenungkan masa lalu itu degan lebih santai tanpa khawatir tabrakan.
Start dimulai dari Danke Cafe di Jalan Udayana. Para pesepeda itu kemuidan menyusuri Jalan Ngurah Rai – Jalan Pramuka – Jalan Diponogoro – Jalan Erlangga – Pelabuan Tua Buleleng – Jalan Imam Bonjol – Jalan Gajah – Jalan Veteran – Jalan Ngurah Rai, dan kembali ke Jalan Udayana.
Jalan Protokol di tengah Kota Singaraja ini, merupakan jalan yang telah berumur tua. Jalan ini merupakan jalan peninggalan Belanda. Menyusuri jalanan ini, para pesepeda bisa mengenal dengan jantung yang lebih bergetar dari biasanya tentang tata kota Singaraja yang telah dibuat sejak masuknya Belanda ke Buleleng.

Foto: Para pesepeda di depan bangunan tua di Pelabuhan Tua Buleleng
Di sepanjang jalan ini banyak ditemukan bangunan tua yang masih kokoh dan masih tetap difungsikan. Jika naik mobil atau motor, apalagi ngebut, bangunan-bangunan itu mungkin tak terasa auranya.
Di Jalan Pramuka terdapat bangunan utama SMA Negeri 1 Singaraja yang merupakan arsitektur Belanda. Selanjutnya di Pelabuhan Tua Buleleng terdapat bangunan Museum Soenda Ketjil. Dijalan Imam Bonjol, melintasi Masjid Agung Jami’ Singaraja.
Di sepanjang Jalan Gajah Mada, masih banyak bangunan-bangunan tua, seperti di sekitaran SMP N 1 Singaraja dan Gardu Listrik Kolonial yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
Di Jalan Veteran, melintasi Gedong Kirtya (Perpustakaan Lontar), SD N 1 Paket Agung, Sekolah Rakyat pertama di Buleleng, yang menjadi tempat mengajar dari Rade Soekemi, ayah Proklamator Indonesia Soekarno. Dijalan Ngurah Rai, ada Rumah Soenda Kecil dan Kamar Bola.
“Ternyata banyak yang belum saya ketahui tentang Kota Singaraja. Dari acara ini aa pengetahuan baru yang saya dapat. Paling menarik itu ya, bangunan Kamar Bola yang katanya dulu Ballroom yang menjadi tempat dansa orang belanda. Saya kira hanya sekedar bangunan tua milik TNI,” kata Kadek Yudha Prasertya, salah satu pesepeda yang ikut dalam Kopdar Bike itu.

Foto: Di depan patung Singa Ambara Raja yang ikonik
“Rutenya lumayan melelahkan, terutama ketika kita melintasi Jalan Gajah Mada, saya kira itu jalan yang lurus dan datar, ternyata menajak halus, cukup bikin ngos-ngosan gowes pedal,” kata Hary Sujayanta, pesepeda yang lain.
Koordintor acara Kopdar Bike ini, Bagus Jayantha, yang juga merupakan owner Danke Cafe menyampaikan acara Kopdar Bike ini dirancang bukan sekadar kumpul pesepeda lalu gowes bareng saja. “Kami berusaha untuk selalu memberikan informasi tentang Singaraja,” katanya.
Kata Bagus Jayantha, , rute kali ini sengaja dipilih sejumlah jalanan kota yang punya nilai histori yang kuat. “Apalagi sekarang kan bulan Agustus, Bulan Kemerdekaan. Cara inilah yang kami gunakan untuk merayakannya,” katanya.

Foto: Lewat di depan Masjid Jami’ Singaraja
Dengan acara bersepeda ini, para pesepeda bisa memasyarakatkan sepeda lagi. Sepeda adalah alat transportasi, dan sehat hanyalah bonus. “Kita tidak bicara biar sehat, itu cuma bonus. Tapi yang lebih penting, orang semakin ramai yang mengunakan sepeda bukan cuma untuk olah raga, tapi juga untuk aktifitas keseharian,” katanya.
Acara Kopdar Bike ini diinisiasi oleh tiga tempat nongkrong di Buleleng, yaitu Kedai Kopi Dekakiang, Danke Cafe dan Angkringan Mula Keto. Ingat, Kopdar Bike akan selalu digelar sebulan sekali. [T]