Mahima March March March adalah sebuah gerakan sekaligus sebuah perayaan hari jadi Mahima yang lahir di bulan Maret pada tahun 2008 lalu. Mahima March March March pertama kali digelar pada tahun 2018, yang pada awalnya bertujuan merayakan karya tumbuh di kalangan komunitas Mahima. Semua karya tumbuh dipresentasikan dalam bentuk diskusi, peluncuran buku, maupun pembacaan puisi dan pentas teater.
Ide sederhana ini kemudian dikembangkan menjadi serupa festival, dengan tambahan gagasan seiring penambahan divisi di Mahima, sehingga di tahun 2019-2021 mulai diagendakan pameran buku, pemutaran film dan diskusi film.
Tahun ini lebih special lagi karena Mahima mulai menambahkan divisi penerjemahan. Mahima pun berkembang bukan lagi hanya sebagai satu-satunya penggerak, namun dari Mahima akhirnya muncul komunitas-komunitas seni yang bertumbuh subur dan mengaktifkan geliat seni di Bali bahkan Indonesia.
Tahun ini, maka tahun yang sangat khusus Mahima merayakan pertumbuhan ini sebagai sebuah komunitas berjejaring yang saling menumbuhkan dan saling memberi pengaruh.
Ada lebih dari 20 program di Mahima March March yang digelar sejak hari ini, 14 Maret hingga 31 Maret 2022 bahkan bonus hingga awal April 2022. Semuanya memiliki benang merah yaitu mendokumentasikan gagasan tumbuh di bidang Bahasa dan seni di Indonesia.
Dari rangkaian gagasan dan karya tumbuh ini akan tercipta sebuah landscape pertumbuhan yang unik dan menarik dan sepatutnya didokumentasikan untuk menjadikannya bekal di masa depan.
Beberapa program Mahima March March March yang akan terselenggara di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
The Art of Wayang and Reality menghadirkan Jero Dalang Sembroli dan Made Adnyana Ole. Panel ini akan membicarakan tentang bagaimana proses pengalihan wahana dari sebuah kisah wayang menjadi pertunjukan yang relevan dan membumi bagi audiens masa kini. Jero Dalang Sembroli adalah dalang muda Bali Utara yang cukup dikenal di masyarakat Buleleng. Jero pentas wayang paling sedikit 5 kali dalam sebulan.
Sementara Made Adnyana Ole adalah jurnalis yang juga pengamat seni. Panel ini juga akan menjembatani sebuah makna dari kisah yang berjarak dengan realita menjadi dapat dijangkau oleh siapa saja. Juga membincangkan kemungkinan storytelling gaya wayang yang lebih sederhana dan memikat. Kemungkinan-kemungkinan adaptasi pertunjukan wayang dengan generasi masa kini yang dinamis. Panel ini diselenggarakan secara offline di Mahima dan live streaming di youtube Mahima.
2.
Balinese Literature in The Future akan menghadirkan penulis sastra Bali modern yaitu Putu Supartika dan Carma Citrawati. Panel ini akan membincangkan kemungkinan dan peluang sastra Bali modern di dunia sastra nasional dan internasional serta isu-isu menarik yang lahir disana.
Putu Supartika adalah novelis, jurnalis, dan pendiri jurnal sastra Bali modern Suara Saking Bali. Supartika telah melahirkan cerpen-cerpen bernas dan juga novel cerdas “Babi Babi Babi”. Citra adalah penulis perempuan Bali yang terkenal dengan buku kumpulan cerpen Bahasa Balinya “Aud Kelor”. Citra juga aktivis aksara Bali dan aktif di Wikimedia.
3.
Women and Local Genius in Literature akan menghadirkan Lala Bohang dan Muna Masyari. Panel ini akan berbicara tentang bagaimana identitas dan lokalitas dibungkus dengan apik melalui karya sastra, juga karya visual.
Lala Bohang adalah penulis muda asal Makasar yang menekuni dunia seni visual. Karya terbarunya Waking Up for the First Time adalah jurnal pikirannya yang unik dan istimewa yang digarapnya dengan hati-hati dan kreatif disertai goresan visual. Muna Masyari adalah penulis asal Madura yang intens menggarap isu-isu lokalitas yang kerap menantang sikap kritis kita sebagai pembaca terkhusus isu-isu perempuan dan ketimpangan gender.
4.
Indonesian Translation and The Issues akan berbicara soal isu-isu penerjemahan sastra Indonesia ke Bahasa asing (inggris) dan sebaliknya. Isu tentang white supremacy dalam bidang penerjemahan akan dibahas dengan matang.
Pembicara adalah Sebastian Partogi dan Juli Sastrawan. Sebastian Partogi adalah seorang wartawan dan penerjemah. Dia intens menulis dalam Bahasa asing dan juga bergelut di bidang penerjemahan. Juli Sastrawan adalah novelis dan penerjemah yang banyak menerjemahkan karya-karya sastra klasik.
5.
Philosophy in Language and Thought akan berbicara tentang peran filosofi dalam konsep berpikir masyarakat terutama menggerakkan dunia dengan Bahasa dan pikiran. Menghadirkan filsuf dan akademisi Saras Dewi yang menulis buku filsafat terbaru Sembahyang Bhuwana, kumpulan esai pendek dan panjang di berbagai media.
Buku ini adalah sebuah penawaran baru tentang memandang alam semesta, memetakan kemanusiaan dengan lebih arif dan juga menggerakkan pikiran untuk menolong semesta.
6.
Creative Bookshop and Lifestyle akan bicara soal industry kreatif toko buku dan gaya hidup. Menghadirkan Erma Watson pengelola Littletalks dan juga tim kreatif Ubud Writers and Readers Festival, salah satu festival sastra terbesar di Asia Tenggara. Didampingi oleh Juli Sastrawan sebagai penulis dan penerjemah karya sastra.
7.
Women in Art and Society akan menghadirkan Olin Monteiro dan Dayu Ani yang akan membincangkan soal bagaimana peran perempuan di bidang seni dan jejaring yang bergerak di dalamnya dan di antaranya. Olin Monteiro adalah penggerak jejaring seni perempuan Indonesia dan aktivis perempuan. Sedangkan Dayu Ani adalah seorang dosen dan koreografer tari yang karyanya sudah diakui dunia internasional, bahkan koreografinya masuk dalam film The Seen and Unseen karya Kamila Andini yang meraih banyak penghargaan.
8.
Tarot, Art and Society akan menghadirkan Wulan Dewi Saraswati dan Tika Puspita. Panel ini akan membahas bagaimana tarot mewarnai iklim proses kreatif di bidang seni. Wulan adalah penulis puisi, naskah drama, esais yang kini menekuni tarot. Tika Puspita adalah pemusik dan guru music yang juga menekuni tarot. Keduanya dulu bergiat di Mahima dan kini mendirikan Komunitas Aghumi yang bergerak di bidang tarot dan seni.
9.
Indonesian Theater and The Future adalah panel yang membincangkan soal teater dan masa depan teater di Indonesia. Menghadirkan Ibed Surgana Yuga yang memiliki sejarah membentuk kelompok seni teater di Yogyakarta dan berjejaring dengan kelompok seni teater Indonesia.
Juga Wayan Sumahardika yang memiliki komunitas Teater Kalangan yang memunculkan alternatif gaya baru berteater. Dari penggiat teater perempuan, juga ada Kadek Sonia Piscayanti yang di tahun 2018 mendapat project Cipta Media Ekspresi dari Ford Foundation dengan 11 Ibu, 11 Panggung, 11 Kisah.
10.
Book launch “Prinhentemen”, antologi puisi persembahan untuk Bapak yang telah tiada, karya Kadek Sonia Piscayanti yang akan dibedah oleh Ari Dwijayanthi. Ari adalah seorang penulis dan akademisi di STAH N Mpu Kuturan, ia adalah penekun Sastra Jawa Kuno dan Sastra Bali.
11.
Book launch 2 “Yang Ditonton Yang Dicatat” karya Eka Prasetya yang akan dibedah oleh Putu Mardika, dosen STAH Mpu Kuturan Singaraja. Eka Prasetya sendiri adalah seorang wartawan yang punya perhatian cukup besar pada dunia seni pertunjukan. Buku yang ditulisnya itu adalah catatan tentang seni pertunjukkan yang ditonton saat ia bertugas dan meliput pementasan seni.
12.
Theatre Performance 1 – Timang Ibu Sinang, naskah Kadek Sonia Piscayanti, dimainkan oleh Desi Nurani. Desi adalah aktor di Komunitas Mahima, kini menjadi guru dan penulis. Tulisannya yang telah diterbitkan adalah Manisan Gula Merah Setengah Gigit.
13.
Music Poetry Album Launch “Raya Raya Cinta” produksi Komunitas Mahima
14.
Women and Empowerment, panel ini menghadirkan Sutaningrat Puspa Dewi dan Agung Istri Sari Dewi yang membincangkan peran perempuan dan sebuah kesadaran kolektif perempuan mendukung perempuan. Sutaningrat Puspa Dewi adalah seorang konsultan pendidikan dan seorang ibu. Agung Istri Sari Dewi adalah akademisi, desainer, dan enterprenuer. Sutaningrat dan Agung Istri tergabung dalam kelompok menulis 9 Perempuan.
15.
Open Mic Poetry adalah sebuah sesi membaca puisi secara hybrid, online dan offline. Beberapa penyair yang diundang adalah Putri Minangsari, Pranita Dewi, Virginia Helzainka, Juli Sastrawan dan komunitas Unspoken Poetry Slam. Putri Minangsari adalah penyair, penari, dan aktivis poetry slam, yang berasal dari Bali Utara.
Pranita Dewi adalah penyair dan seniman dari Denpasar yang telah menerbitkan antologi puisi Pelacur Para Dewa. Virginia Helzainka adalah penulis dan aktivis poetry slam yang telah menerbitkan buku Cocktail, Waves and Archer. Juli Sastrawan adalah penulis novel Kulit Kera Piduka dan antologi cerpen Lelaki Kantong Sperma.
16.
Book discussion 11 Mothers 11 Souls adalah diskusi buku 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah yang dibedah oleh Dian Suryantini dan Tini Wahyuni. Dian adalah seorang jurnalis perempuan yang juga aktif di Komunitas Mahima, menulis cerpen dan esai. Tini Wahyuni adalah seorang seniman pelukis, pemusik dan pengamat seni, kini mendalami kesunyian dengan deep inner journey.
17.
Film screening adalah program Divisi Film Mahima dengan coordinator Kardian Narayana yang menampilkan film-film pendek berkualitas. Kardian Narayana adalah seorang jurnalis dan programmer film yang juga seorang dokumenteris, berproses di bidang film documenter.
18.
Novel Art Performance adalah sebuah pementasan Cok Sawitri yang menampilkan pembacaan novel Rarung secara visual digital. Cok Sawitri adalah penulis perempuan yang produktif berkarya. Karya terbarunya adalah Trilogi Jirah.
19.
Women, Power and Social Changes adalah panel diskusi yang menghadirkan Irina Cristea Savu dan Sanne Breimer yang membincangkan bagaimana perempuan dan kekuatannya dapat memberikan perubahan dalam masyarakat.
Irina Savu adalah antropolog dari universitas di Jerman yang menulis disertasi soal perempuan Bali dan sikap mereka terhadap situasi sosial. Sanne Breimer adalah jurnalis asal Belanda yang menggerakkan jurnalisme anti kolonialisme atau decolonization yang memberi posisi tawar bagi suara marginal dan terpinggirkan.
20.
Androgyny in Literature adalah sebuah panel diskusi tentang sastra androgini di Indonesia. Menghadirkan Stebby Julionatan dan Royyan Julian, dua penulis muda Indonesia yang kini sedang mendalami isu androgyny dalam tulisan-tulisannya.
Stebby sedang menempuh studi magister bidang gender di Universitas Indonesia. Royyan Julian adalah penulis asal Madura yang menggali isu-isu lokalitas dalam cerpen maupun puisinya.
21.
Workshop on Creative Writing adalah sesi workshop menulis kreatif bersama Stebby Julionatan dan Royyan Julian
22.
Book exhibition adalah pameran buku-buku terbitan Mahima Institute Indonesia. [T]