Sudah sekitar 5 bulanan, saya mendapat tugas tambahan untuk memonitor departemen housekeeping selain tugas utama sebagai bagian dari team Front Desk di Hinode Hills Niseko-Village, Hokkaido, Jepang.
Saat musim panas tahun lalu mengerjakan langsung bersih-bersih dan mempelajari teknik set-up tempat tidur dan kamar, sekarang bertugas menyusun task sheet untuk satu team khusus housekeeping Hinode Hills, dan satu team vendor luar saat diperlukan begitu occupancy hotel menanjak.
Kalau bagian menyuruh-nyuruh dan membagi pekerjaan dengan mempertimbangkan revenue hotel dan biaya keluar, itu sih bisa dikuasai dengan mudah. Hanya saja makin ke sini, urusan perbersih-bersihan makin bikin tidur tak tenang.
“Tamu kamar 1413 lapor mesin cucinya error saat mengeringkan pakaian.”
“Tamu request single duvet untuk 2 orang tapi setup di King Bed. Bisa, Ris?”
“Coffee creamer stoknya masih banyak tapi sudah dekat expiry date, gimana?”
“Untuk hilangin noda di sofa cushion sama di karpet pakai chemical yang sama ga ini ya?”
Begini banget yang namanya perjalanan hidup ya? Baru semenjak sampai di Jepang tahun 2019 saya belajar check-in dan check-out dalam bahasa Jepang dengan perhitungan Onsen Tax, reservation supporting yang semuanya ditulis dalam bahasa Jepang, memo (traces) untuk keterangan reservasi tamu juga dalam bahasa Jepang, sudah menangis darah belajar bacanya.
Kemudian pada musim dingin tahun lalu pertama kali dalam sejarah per-hotelier-an saya masuk night shift saking pandemi merontokkan anggota front desk team kami.
Sekarang, oalaahh…, jadi orang yang menjadi pusat pelaporan kondisi kamar dan request-request tamu yang untungnya masih batas wajar (yen nak Bali ada gen untungnya). Belajar hal baru lagi, berpusing-pusing dan belajar istilah-istilah dalam bahasa Jepang lagi, kenalan sama vendor-vendor lagi.
Dulunya kenalan sama penyedia aktivitas dan rekreasi, sekarang sis-broan sama perusahaan vending machine, penyedia jasa laundry, dan tukang jemput sampah. Woiii, masih kurang lengkap ga nie?
Makin hari makin akrablah saya dengan departemen engineering. Minta diajari cara mengecek mesin cuci yang tadinya lancar jaya saat mode mencuci, kemudian ngambek saat mengeringkan. Ternyata ada kemungkinan seseorang coba-coba mengatur aliran kran air panas dan air dingin, eh malahan jadi mati. Jadi karena tidak ada air ngalirnya, pantesan ngadat itu mesin.
Usai penjelasan materi aliran kran mesin cuci, saya harus diskusi dengan engineering untuk memastikan semua kondisi aliran air ke mesin-cuci siap pakai di seluruh kamar, menambahkan SOP (Standard Operational Procedure) pada arrival room checklist, dan sosialisasi ke seluruh team.
Nah, pagi ini seperti biasa saya yang sudah tidak hanya multi-tasking tapi juga multi -department ini, datang bekerja pukul 7 pagi. Bus khusus staf menuju Hinode Hills tiba di parkiran asrama pukul 6.30, jadi saya selalu bangun pagi sekitar 5.30. Sejak mengikuti jalur bus hotel, saya tidak pernah datang mepet-mepet ala saat saya kerja di Bali.
Sesampainya di hotel, belum saja saya buka akun Opera Cloud System saya di komputer office, Hori-san, salah satu team engineering datang dengan selembar kertas kecil. Dan sekotak tahu. Tahu?
“Ris, ini anak buahmu. Pasti dah mereka nih pelakunya. Kita ditegur sama perusahaan angkut sampahnya nok. Nih baca memonya!”
Hah? Miimiih, teman-teman ada yang pernah baca tulisan saya sebelumnya tentang bagaimana rumitnya penanganan sampah di Jepang? Bagian milah-milah sampahnya ituuu.
Ini ada satu tahu masih dalam kotak plastiknya, utuh, mungkin saking stafnya buru-buru atau mendadak hilang ingatan, saat membuang dimasukkan jadi satu ke dalam tas plastik khusus sampah organik, tanpa membuka dan mengeluarkan dari kotak plastik.
Sudah dicampur dan tertimbun sampah organik lainnya dalam satu kresek. Tapi, mon maap, ini Jepang. Kagak dikasi kendor. Tidak berlakulah itu teknik nutup-nutupin sampah asing dari warga aslinya.
Hal sekecil tahu, tahu-tahu bisa jadi besar. Apalagi ini kaitannya hubungan sesama perusahaan. Hubungan jangka panjang. Kalau kita tidak ikut aturan, bisa saja hubungan ini hanya akan menjadi sebuah kenangan.
Jadilah memo dan tahu saya foto bareng kemudian saya share dalam group chat. Meskipun itu hanya sekotak tahu, tidak boleh ada yang pura-pura tidak tahu.[T]
___