2 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Kemenangan Hidup

Komang AdnyanabyKomang Adnyana
June 14, 2021
inEsai
Kemenangan Hidup

Christian Eriksen | Gambar oleh Nana Partha

“Aku baru tiga bulan ketika itu. Semua orang di Denmark tahu apa yang terjadi pada 92. Sampai dibuatkan berbagai film, semua pemain-pemain itu masih sangat terkenal di Denmark, itulah arti sebuah kemenangan pada turnamen sekelas Euro. Sudah bertahun-tahun lalu, tapi masih tetap diingat.”

Kata-kata itu diucapkan gelandang Christian Eriksen kurang dari dua minggu lalu, dari pusat latihan timnas Denmark. Semangatnya sangat terasa, terlebih tiga pertandingan penyisihan grup akan digelar di Kopenhagen, kandang mereka sendiri. Meski pasukan Tim Dinamit sama sekali tak masuk tim favorit atau bahkan sekedar tim kuda hitam di EURO tahun ini.

Tapi baru pertandingan pertama dengan Finlandia di Stadion Parken berlangsung empat puluh tiga menit, sebagaimana yang sudah bisa ditonton di layar televisi kemarin, juga bertebaran di media, Eriksen kolaps. Dia tersungkur di lapangan. Tak bergerak. Saat hendak menyambut lemparan bola ke dalam. Tanpa dilanggar  oleh pemain mana pun. Dugaan sementara gagal jantung.

Ketika kapten Denmark, Simon Kjaer mendekati Eriksen, memanggil tim medis, disusul kemudian rekan-rekannya mengisyaratkan segera datangnya petugas emergensi, penonton tersadar. Beberapa menutup wajahnya. Yang lain memalingkan muka. Tak kuasa melihat. Ada yang ternganga. Ketakutan. Horor itu nyata.

Seberkelindan apa pun sepakbola dengan sisi-sisi hidup lainnya, ekonomi, sosial bahkan kadang politik, dia tetaplah olahraga permainan. Iya, hanya permainan. Dan hidup itu sendiri jauh lebih penting. Nyawa, keselamatan dan keberlanjutan napas itu sendiri lebih berharga. Maka ketika semua rekan setimnya membentuk barikade melingkar saat tim emergensi bekerja, memberi CPR dan juga bendera pihak lawan, Finlandia digunakan sebagai penutup saat Eriksen dibawa keluar lapangan, kita paham. Sirkus bola, begitu juga sorotan kamera yang mengabaikan etik korbannya tak lebih mulia dari manusianya sendiri. Kalau saja rekan setimnya dan orang-orang di lapangan itu tak peka dan sigap, entah apa yang terjadi pada pemain 29 tahun itu.

Hingga legenda Arsenal, Ian Wright juga mengumpat kepada media yang tetap menyorot dan menyiarkannya, “Kembalilah ke studio ****!” Begitu juga beberapa orang lainnya, kita jadi sadar, ada situasi-situasi yang di luar kontrol dan kendali. Tanpa sengaja jadi drama dan bahan konsumsi. Tanpa mengesampingkan gaung solidaritas, respek, dan kesatuan yang kemudian menggema. Kjaer yang mendekati Eriksen, tim medis yang datang bergegas, penonton yang histeris, Kjaer yang menenangkan istri Eriksen di pinggir lapangan, inikah sisi-sisi lain yang tak bisa dihindarkan itu? Hingga media yang menyiarkannya pun sampai harus meminta maaf. “Kontrol siaran di dalam stadion milik UEFA,” kata televisi itu. 

Pun ketika kemudian pertandingan dilanjutkan satu setengah jam setelahnya, atas kesepakatan kedua tim, setelah mengetahui Eriksen siuman dan dalam kondisi stabil di rumah sakit dan di tengah tudingan fans kepada UEFA sebagai lembaga yang rakus dan serakah, kita seperti melihat paradoks. Kelindan permainan dan perjuangan hidup itu nyata adanya.

 “Kejadian itu membawa semua ingatan pada apa yang pernah terjadi padaku, dan aku benar-benar menangis dan aku bahkan tidak tahu kenapa dia bisa begitu. Aku hanya berpikir, ayolah Eriksen, ayolah.”

Mantan gelandang Bolton, Fabrice Muamba, sedang berada di rumah temannya, dan baru saja menyetel televisi, ketika dia melihat momen Eriksen terjatuh di lapangan. Muamba segera merasa terteror kembali. Dia menelpon ayahnya. Juga bicara kepada istrinya.

“Dia punya dua anak, dan istrinya ada disana. Aku bicara dengan istriku, yang harus berangkat dari Manchester ke London ketika kejadian itu menimpaku dulu, dan aku bertanya kepadanya, bagaimana kamu menghadapinya?” Ungkap Muamba sebagaimana dikutip Daily Mail.

Muamba kolaps sewaktu Bolton menghadapi Tottenham Hotspur di White Hart Lane 2012 lalu. Usianya 23 ketika itu. Gagal jantung sebagai penyebabnya. Jantungnya tak berdetak selama 78 menit. Di tahun yang sama, atas pertimbangan medis dia memutuskan pensiun sebagai pesepakbola profesional.   

Muamba bukan satu-satunya. Dia beruntung selamat. Tragedi yang sama juga menimpa gelandang Sevilla, Antonio Puerta saat melawan Getafe pada 2007. Meski sempat bisa berjalan ke ruang ganti, Puerta kembali kolaps dan akhirnya meninggal di rumah sakit karena kerusakan otak. Usianya pun, baru dua puluh dua tahun.

Pada pertandingan Piala Konfederasi antara Kemerun dan Kolombia 2003 silam, gelandang Marc-Vivien Foe mengalami hal serupa. Foe ditandu keluar lapangan dan setelah empat puluh lima menit usaha tim medis untuk membuat jantungnya berdenyut kembali, dia dinyatakan meninggal.

Gelandang Perugia, Renato Curi, pada usianya yang ke-24, 1977 silam, meninggal karena serangan jantung sesaat setelah jeda babak pertama melawan Juventus. Mantan striker Benfica, Miklos Feher tumbang tak lama setelah diturunkan melawan Vitoria de Guimaraes pada 2004. Pemain Hungaria ini sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong karena masalah aritmia jantung. Masalah serupa dialami mantan gelandang Ajax, Abdelhak Nouri pada pertandingan persahabatan dengan Werder Bremen empat tahun lalu. Dia selamat namun dilaporkan mengalami kerusakan otak permanen akibat insiden itu, sekaligus membuatnya tak bisa bermain bola lagi.

Denmark memang akhirnya kalah dari Finlandia, negara yang baru pentas pertama kali di Euro. Andai tragedi Eriksen tak terjadi, mungkin hasilnya akan lain, pun barangkali kalau toh Finlandia menang, cerita soal kemenangan itu juga akan ditanggapi berbeda. Kita melihat, daripada hasil di papan skor, ada kemenangan lain yang jauh lebih penting.

“Sungguh malam yang berat, dimana kita diingatkan apa yang paling penting dalam hidup ini. Hubungan yang berharga. Orang-orang yang dekat dengan kita. Keluarga dan teman.” Pelatih Denmark, Kasper Hjulmand, tak sedikit pun menyinggung soal kekalahan.

Inilah keluarga yang lain. Keluarga bola. Seperti teriakan striker Belgia, Romelu Lukaku tepat di depan kamera setelah mencetak gol pertama kemenangan 3-0 atas Rusia. “Chris, Chris, I love you…” [T]

____

BACA ARTIKEL EURO YANG LAIN DARI PENULIS KOMANG ADNYANA

Tags: Christian EriksenEURO 2020olahragasepakbola
Previous Post

Luh Evi | Mengangkut Batu Pada Liku Jalan Pedawa

Next Post

Sampah Plastik, Doktor Muda, dan Anak-anak yang Ning di Mengening

Komang Adnyana

Komang Adnyana

Penikmat cerita, yang belajar lagi menulis cerita.

Next Post
Sampah Plastik, Doktor Muda, dan Anak-anak yang Ning di Mengening

Sampah Plastik, Doktor Muda, dan Anak-anak yang Ning di Mengening

ADVERTISEMENT

POPULER

  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Seberapa Pantas Seseorang Disebut Cendekiawan?

by Ahmad Sihabudin
June 2, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

SIAPAKAH yang pantas kita sebut sebagai cendekiawan?. Kita tidak bisa mengaku-ngaku sebagai ilmuwan, cendekiawan, ilmuwan, apalagi mengatakan di depan publik...

Read more

Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 1, 2025
0
Screen Time vs Quality Time: Pilihan Berkata Iya atau Tidak dari Rayuan Dunia Digital

LELAH dan keringat di badan terasa hilang setelah mendengar suaranya memanggilku sepulang kerja. Itu suara anakku yang pertama dan kedua....

Read more

Google Launching Veo: Antropologi Trust Issue Manusia dalam Postmodernitas dan Sunyi dalam Jaringan

by Dr. Geofakta Razali
June 1, 2025
0
Tat Twam Asi: Pelajaran Empati untuk Memahami Fenomenologi Depresi Manusia

“Mungkin, yang paling menyakitkan dari kemajuan bukanlah kecepatan dunia yang berubah—tapi kesadaran bahwa kita mulai kehilangan kemampuan untuk saling percaya...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Pindang Ayam Gunung: Aroma Rumah dari Pangandaran yang Menguar di Ubud Food Festival 2025

UBUD Food Festival (UFF) 2025 kala itu tengah diselimuti mendung tipis saat aroma rempah perlahan menguar dari panggung Teater Kuliner,...

by Dede Putra Wiguna
June 2, 2025
GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori
Panggung

GEMO FEST #5 : Mahasiswa Wujudkan Aksi, Bukan Sekadar Teori

MALAM Itu, ombak kecil bergulir pelan, mengusap kaki Pantai Lovina dengan ritme yang tenang, seolah menyambut satu per satu langkah...

by Komang Puja Savitri
June 2, 2025
Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu
Panggung

Pramana Experience Luncurkan Rasayatra Edisi Kedua: Manjakan Indera, Sentuh Kesadaran Historis — Koneksi Tamu, Tradisi, Waktu

HUJAN itu mulai reda. Meski ada gerimis kecil, acara tetap dimulai. Anak-anak muda lalu memainkan Gamelan Semar Pagulingan menyajikan Gending...

by Nyoman Budarsana
June 1, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co