Suatu pagi saya mendekat pada beberapa album dan dokumen di meja kerja almarhum Cokorda Raka Marutha (CRM). Seperti layaknya sebuah arsip lama, tentu ia diselumuti banyak debu dan tidak lagi terlihat cerah.
Perhatian saya lantas tertuju pada satu album berisikan kumpulan kliping tulisan CRM di beberapa media cetak antara tahun 1993-1999. Semasa hindupnya, CRM cukup tekun mengumpulkan dan menyimpan beberapa tulisannya yang dimuat di koran. Rasanya tak hanya sekedar bagian dari upaya pengarsipan semata, namun ia sengaja mempersiapkan beberapa informasi dan jejak kelana pemikirannya bagi para generasinya kelak.
***
Dalam waktu yang cukup singkat, tak seluruh potongan kertas itu habis saya baca. Pembacaan utuh hanya saya tujukan pada tiga potongan kertas yang ditulis di Koran Prima pada tahun 1993. Di minggu keempat Bulan Agustus 1993, CRM menulis Tips Untuk Anda dengan judul “Meraih Kepercayaan”.
Melalui tulisannya, CRM yang kala itu berprofesi sebagai Kepala Bagian Jasa Nasabah Bank Duta berupaya tidak saja larut dalam geliat keprofesiannya, namun juga mencoba memberikan warna lain seorang “Bankir” yang akrab juga dengan pena.
Tanpa bermaksud mencoba memperbandingkan dengan beberapa gaya bankir sejenis di masa lampau dan hari ini, namun sebuah wacana edukasi yang berisikan kiat-kiat kepada pelaku usaha pemula seakan mendekatkan relasi antara pihak bank dengan masyarakat kala itu.
Melalui tulisannya tersebut, CRM mencoba mengingatkan bahwa “kepercayaan” adalah sesuatu yang diidamkan bagi pelaku dunia usaha. Kepercayaan dalam kacamata CRM terdiri dari beberapa bentuk seperti: kepercayaan mendapatkan bantuan fasilitas kredit, mendapatkan kemitraan, permohonan perintah kerja hingga bantuan fasilitas modal bagi supplier.
Khusus bagi pengusaha kecil dan pemula, fenomena yang terjadi di lapangan adalah masih banyak terdapat keluhan akan kebutuhan suntikan modal. Terlebih stigma hari itu, para pengusaha kecil merasa cukup “lemah” dalam segala hal.
CRM dengan tegas mencoba menyampaikan bahwa anggapan tersebut sedikit keliru. Justru baginya, yang kecil lah yang lebih gesit dan lincah serta cenderung oportunis menatap masa depan asalkan:
- Mampu mempresentasikan usaha dengan kalkulasi yang terukur baik peningkatan omzet maupun strategi pengendalian biayanya.
- Memiliki sitem kerja yang jelas, termasuk desain tertib administrasi dan pembukuan.
- Mampu memberikan gambaran kejelasan akan segmen pasar dan potensi permintaan serta memiliki ketahanan terhadap arus pesaing.
- Memiliki kepastian legalitas usaha.
- Membangun image sebagai orang yang dapat dipercaya dan minim catatan kelam masa lalu.
- Memiliki komunikasi yang baik.
Walau hari ini arus bisnis telah bergerak dinamis dan jaman melesat menuju keterbukaan akses informasi, tampaknya catatan sederhana ini masih relevan menjadi sebuah informasi penting bagi para pengusaha pemula disaat bersentuhan dengan pihak bank, kreditor, suplier dan mitra usaha. Mendapatkan mitra usaha dan kepercayaan pihak kreditor merupakan keniscayaan dalam sebuah manuver organisasi bisnis berorientasi profit. Pengembangan usaha yang mengarah pada pertumbuhan dan keberlanjutan tentu sangat memerlukan kerjasama dan fasilitas pihak sektor jasa keuangan.
Dalam pandangan saya, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada pengembangan sektor UMKM pemula di tingkat desa patut menjadi perhatian serius sektor jasa keuangan.
Hari ini tentu upaya “meraih kepercayaan” seperti yang diulas oleh CRM patut diawali dengan upaya peningkatan Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan yang secara masif dilakukan oleh sektor jasa keuangan, sehingga mampu mendorong peningkatan jumlah masyarakat/pengusaha kecil pemula yang dapat menentukan dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang pada akhirnya mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat.
***
Tulisan CRM berikutnya di media yang sama pada Minggu ke-2 September 1993 berjudul “Bisnis Monyet”. Berbeda dengan tulisan sebelumnya, kali ini CRM mencoba sedikit keluar dari kesan formal dalam gaya tulisannya.
Dengan menggunakan pemeran tokoh “I Wayan Jangki”, CRM mencoba mengilustrasiikan kegelisahan seorang pemain bisnis baru. Jangki yang merupakan Bachelor Bussiness tamatan luar negeri mencoba menggeluti bisnis barunya dibidang perhotelan padahal orang tuanya bertahun tahun telah sukses dengan usaha kayu yang dijalankan termasuk berhasil menyekolahkan Jangki keluar negeri dari hasil usaha kayu tersebut.
Ibunya lantas terpaksa merelakan keinginan Jangki untuk menjual usaha kayu di pertengahan tahun 1989 guna merintis bisnis hotel di bilangan Kuta. Dengan pakaian yang berdasi, Jangki merasakan kemewahan dan elitenya sebagai pengusaha hotel. Kesan rapi yang sama seperti ia rasakan sewaktu sekolah di luar negeri
Tak berselang lama, setelah Irak menyerang Kuwait, 2 Agustuis 1990, para wisman enggan datang ke Bali. Tingkat hunian jatuh di titik nadir, harga kamar turun drastis diobral dan Jangki terlihat sangat panik dengan kondisi ini. Dengan sedikit gegabah, ia memutuskan membangun ruko di halaman depan dan lobi dekat parkir dengan harapan akan cepat dapat menyewakannya.
Lebih celakanya, Jangki meminjam duit membangun ruko itu dari “Men Dukut” seorang rentenir papan atas.
Tanpa kalkulasi yang jelas, Jangki meminjam duit sebanyak 200 juta dengan bunga 4,5% padahal konstruksi ruko hanya menghabiskan 120 juta. Sisanya ia pakai membeli mobil BMW baru. Alhasil, proyeksi tinggalah proyeksi dan Jangki jatuh dalam situasi yang menyulitkan. Rukonya hanya terisi dua blok, dan yang lain tak kunjung laku terlebih wisatawan enggan menginap diselingi suasana bangunan ruko.
Lewat tulisan itu, CRM mencoba mengingatkan pembaca bahwa Jangki merupakan cerminan pengusaha dengan tipikal Monkey Bisnis yang patut dihindari dan cenderung emosional untuk mengalihkan bisnis baru yang terlihat up to date, padahal tanpa didukung oleh kalkulasi proyeksi bisnis yang matang serta pengalaman yang kuat. Lebih parah lagi loncatan usahanya tak sejalan dengan core bisnis sebelumnya.
Rasanya tulisan CRM ini cukup menarik saat situasi ekonomi sulit hari ini akibat dampak pandemic Covid-19. Saat para pengusaha pariwisata yang sedari lama telah merintis bisnis mencoba berlabuh pada sandaran bisnis yang lain, akankah tampil mendulang emas atau justru menuju pada jurang kegelapan? Tentu perlu sebuah hitungan yang matang dan cermat jika tidak mau terlihat seperti monyet. Heheeee,,,,.
Hal lain yang dapat dipetik dari tulisan CRM tersebut adalah perlunya penguasaan emosional dan kecerdasan spiritual dalam berpraktik sebagai seorang pebisnis. Kombinasi kedua kematangan tersebut, setidaknya mampu mengurangi dampak risiko bisnis masa depan serta menghindarkan Kita dari kepanikan bisnis maupun kepanikan keuangan yang mengarah pada kebangkrutan.
***
Pembacaan saya yang terakhir pada tulisan CRM adalah Tip Untuk Anda berjudul “Ujung Tombak” yang terbit pada Minggu ke-1 Oktober 1993. Dengan menggunakan perumpaan peran seorang striker bola, CRM mencoba mengibaratkan posisi striker sebagai target man pencetak goal yang didalam perusahaan beorientasi profit berada pada posisi marketing sebagai pendulang keuntungan komersiil.
Seperti mencetak seorang striker bola yang tangguh, mencari seorang marketing handal juga bukan perkara mudah. CRM menjelaskan bahwa pencarian bakat untuk memilih marketing wajib berpusat pada beberapa hal prinsip yaitu: lecture, knowledge dan art. Selain pengujian pada teori, pencarian marketing juga ditentukan oleh kemampuan praktis dan pengalaman kerja utamanya segudang technical skill seperti: komunikasi, negosiasi, sampai teknik menjual.
Menariknya pula, dalam Tulisan itu CRM menerangkan bahwa makin hari peran marketing semakin nyata dan penting di era yang makin kompetitif. Tak mengherankan jika besaran biaya untuk mendapatkan marketing handal sama seperti membeli striker berkarakter haus goal sebagai bagian investasi yang nilainya akan sama dengan kontribusi yang diberikan demi kemajuan perusahaan di masa depan.
Bagi saya, pengulasan CRM yang memadukan sisi ekomomi dengan sepak bola merupakan suatu hal yang menarik dan tentu dilatarbelakangi kecintaan CRM yang mendalam dengan dunia sepak bola. Bakat bermain bolanya tumbuh didalam kultur keluarga pencinta bola. Dahulu, ayah dan kakeknya akftif dalam pergerakan organisasi sepak bola.
Sejak usia dini, CRM juga sering menjadi pilihan saat pertandingan antar sekolah. Dari beberapa piagam penghargaan semasa kuliah yang masih bisa diselamatkan terlihat bahwa CRM larut dalam berbagai aktivitas bola, seperti misalnya: Sepak Bola Rektor Cup Universitas Udayana mulai tahun 1983 sampai tahun 1985. Bahkan di usia 19 tahun, bersama Perseden Selection CRM berhasil memenangkan Juara II Turnamen Peringatan HUT ABRI XXXIV.
Tak banyak jejak dokumen tentang karier persepakbolaan CRM yang saya temukan, namun dari beberapa tuturan CRM pernah membela PON Bali, PS Unud, Perseden Denpasar dan sesekali turut ambil bagian bersama klub lokal Tunas Muda Ubud. Dari sana saya melihat bahwa bola tidak pernah lepas dalam hidupnya hingga Catatan “Ujung Tombak” dalam dunia pemasaran pun, ia gunakan dengan perumpaan “Striker Bola”.
***
Di tengah perkembangan yang kian dinamis memasuki masa revolusi industri 4.0, peran marketing hari ini tampaknya tidak saja bertumpu pada penguasaan kepribadian dan ketrampilan praktik pemasaran semata seperti yang diutarakan CRM di masa lalu, namun juga mampu adaptif dengan berbagai strategi pengembangan digital marketing.
Dalam dunia komputerisasi dan internet, segala upaya kegiatan pemasaran juga harus menggunakan perangkat elektronik internet yang berkombinasi dengan platform media sosial sehingga memudahkan komunikasi dan penyampaian informasi secara online.
Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan Masteplan Sektor Jasa Keuangan Indoenesia 2021-2025 yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yang pada prinsipnya menumbuhkan upaya strategis pemulihan ekonomi nasional serta meningkatkan kebutuhan serta daya saing sektor jasa keuangan.
Fokus dari kerangka struktural masterplan tersebut selain penguatan ketahanan daya saing, adalah juga pengembangan ekosistem jasa keuangan dan akselerasi transformasi digital. Dalam kebijakan jangka pendek, sektor perbankan diharapkan sesegera mungkin membuat blueprint transformasi digital perbankan bagi semua kelompok usaha perbankan walau hanya difokuskan dahulu pada usaha yang bersifat syariah.
Di kesempatan yang lain beberapa hari yang lalu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan RI juga menyatakan bahwa sektor keuangan sejatinya tidak terpisahkan dari perkembangan digitalisasi ekonomi Indonesia. Hampir setiap individu dan perusahaan di Negara Indonesia pernah dan akan bersentuhan dengan sektor keuangan seperti payment, lending, deposit, transfer, currency.
Dalam percepatan pelayanan jasa keuangan berbasis digital yang berkontribusi pada percepatan pemulihan ekonomi nasional, maka dikatannya ke depan tsransfer uang dan pengajuan kredit tidak perlu lagi datang ke bank. Digitalisasi tersebut merupakan upaya memberikan pelayanan lebih cepat, lebih murah, lebih cepat dan menjangkau kawasan yang lebih jauh.
Melihat arah perkembangan kedepan di berbagai jenis bisnis dan industri, tampaknya Digitalisasi dan Inovasi menjadi sebuah “Ujung Tombak” penting dalam memenangkan persaingan serta menciptakan keberlanjutan usaha. [T]
- Tulisan ini tidak berupaya untuk mengkritik bahkan mempertentangkan apa yang ditulis oleh CRM di masa lalu, namun hanya mencoba menyambungkan dan merajutnya dengan beberapa realitas hari ini dan arah peta jalan masa depan. Terlebih dalam membuka lembaran CRM di masa lalu itu, sesungguhnya Saya merasakan nostalgia yang mendalam, tidak saja dalam kedalaman pesan yang disampaikan namun juga bayan- bayang senyum wajahnya yang sangat berkesan.
____
BACA ARTIKEL COK BAYU PUTRA YANG LAIN