“Lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati” begitu sekiranya ungkapan Meggy Z dalam lagunya. Tapi, apa benar ya? Nyatanya sakit hati karena ditinggal si dia tak lantas membuatmu harus merelakan masa depanmu bukan? Dunia ini begitu luas tak hanya sebatas kau dan dia. Jangan biarkan ia meruntuhkan duniamu. Angkat kepalamu dan bangkitlah kembali.
Benarkah bahwa sakit hati lebih parah daripada sakit gigi? Mengapa kita merasakan dada terasa sakit dan sesak ketika patah hati? Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh kita? Dikutip dari artikel Greater Good Magazine yang berjudul This Is Your Brain on Heartbreak, Laslocky, M (2013) mengatakan bahwa seseorang yang merasakan sakit hati mungkin disebabkan oleh pemicuan hormonal simultan dari sistem saraf simpatis (yang sifatnya meningkatkan kerja jantung dan paru-paru) serta sistem saraf parasimpatis (yang bersifat memperlambat) yang bisa jadi seolah-olah kedua saraf tersebut terpengaruh secara bersamaan ketika kita merasakan sedih. Ibarat kata, kita mengerem dan mengegas motor secara bersamaan. Sehingga ‘bentrokan’ itulah yang menyebabkan sensasi patah hati.
Move on mungkin bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Tak jarang dari mereka gagal dan bahkan kembali terjebak masa lalu. Jika sudah begitu lantas apa yang harus dilakukan? Terbelenggu dalam kenangan masa lalu hanya akan membuatmu terpuruk dan tak bersemangat menjalani hidup. Bahkan mungkin rencana dan mimpi yang telah kau rajut kini tampak suram dan hancur.
Kebanyakan orang berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang membosankan. Menariknya, ternyata belajar kimia juga dapat membantu proses move on lho. Bagaimana caranya?
Pertama, Selalu berpikir positif layaknya proton. Jika kita ingat kembali pelajaran IPA sewaktu SMP atau SMA tentunya istilah Proton tak lagi asing di telinga kita. Proton merupakan partikel penyusun inti atom yang bermuatan positif. Dari proton kita belajar untuk selalu memiliki semangat positif sehingga lebih mudah untuk menerima keadaan dan sugesti. Selalu berpikir positif juga dapat menjauhkan kita dari depresi akibat pikiran negatif yang sering bersarang di kepala. Sehingga patah hatimu tak kau jadikan sebagai keadaan yang menjatuhkanmu, tapi justru menjadi batu loncatan untuk mendewasakan dirimu dengan belajar dari pengalaman pahit masa lalu.
Kedua, Pahamilah bahwa kehidupan ini dinamis. Layaknya reaksi bolak-balik pada kesetimbangan kimia, di mana kesetimbangan ini disebut kesetimbangan dinamis karena reaksi terjadi bolak-balik menuju produk dan kembali menjadi reaktan. Begitu pula kehidupan, kita tak bisa memaksa seseorang untuk tetap sama baik pemikirannya atau keputusannya, karena semua bisa berubah seiring berjalannya waktu. Maka untuk itu seharusnya kita paham terhadap perubahan seseorang, biarkan saja karena memang seperti itulah semesta ini bekerja. Semua ini memang dinamis, bahkan perasaan seseorang sekalipun.
Ketiga, meningkatkan laju proses move on dengan katalis. Seperti halnya katalis dapat mempercepat laju reaksi kimia, dalam proses move on pun kita memerlukan suatu katalis untuk membantu melupakan si dia. Jika dalam laju reaksi, katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi. Katalis disini merupakan “Penyemangat” yang kita butuhkan ketika merasa kesulitan melewati hari. Katalis setiap orang pastinya berbeda-beda, seperti contohnya Allah SWT, Keluarga, Sahabat dan teman. Dalam setiap urusan libatkanlah Allah SWT sehingga seberapa bera pun masalah tersebut akan menjadi ringan, dan yang menorehkan luka akan berubah menjadi bahagia. Selalu ingatlah bahwa masih banyak orang yang menyayangimu di luar sana.
Jangan terlena dalam keadaan patah hati, diperbudak perasaan hingga menghancurkan masa depan. Lupakan masa lalumu dan tataplah masa depan. Gapai mimpi-mimpimu dan berjuanglah kembali. Kau akan menemukan dia yang baik di waktu yang tepat. Dia yang tak kan meninggalkanmu lagi, cieee..
Intinya, untuk yang sedang patah hati ingatlah konsep kimia di atas. Di mana kamu akan selalu menemukan pelajaran dibalik semua yang telah terjadi. Yuk semangat move on! [T]