Pada masa pandemi seperti sekarang ini, tentunya ada banyak perubahan yang kita rasakan. Sembari mengamati penerapan New Normal di Indonesia, saya yang bekerja di daerah Niseko, Hokkaido ini, juga mendapati perubahan pada diri saya. Tentunya pertemuan dengan berbagai kalangan di negara ini menghadirkan sudut pandang dan pemahaman-pemahaman baru. Yang menarik adalah tentang bagaimana usia lanjut tetap berstamina.
Di hotel tempat saya bekerja, ada banyak kakek dan nenek yang masih terlibat dalam pekerjaan bidang house-keeping, engineering, dan lainnya. Ada yang sudah pensiun dari pekerjaan sebelumnya, dan mencari pekerjaan untuk mengisi waktu luang dan mengusir rasa kesepian. Usia pensiun di sini juga beragam seperti di Indonesia, tergantung jenis pekerjaannya.
Pada masa hotel masih dibuka sebelum virus corona merebak, saya sering berpapasan dengan nenek-nenek yang bekerja dengan cepat dan teratur mengikuti time-limit yang diberikan dari supervisor untuk membersihkan dan menyiapkan kamar bagi tamu-tamu yang akan tiba. Saya beberapa kali merasa iba, membayangkan nenek tua yang harus bekerja keras, mengangkat matras yang cukup berat, membuatnya bersih dan rapi, mengisi amenities dengan cepat, dan tidak hanya 1-2 kamar saja. Saat saya datang bersamaan ke kantin karyawan pun saya merasa sedih, mengingat mereka harus menyiapkan bekal, alih-alih membeli kupon makan yang lalu dipotong gaji bulanan seperti saya.
Ada juga seorang ibu paruh baya, yang bekerja sebagai penjaga toko kecil di lobi hotel, yang menyediakan keperluan para wisatawan dan juga menyediakan berbagai macam souvenir. Ataupun juga, pria tua yang masih bekerja sebagai kasir di mini market ataupun supermarket yang saya temui selepas waktu bekerja di hotel. Saya merasa untuk orang-orang seusianya, lebih bahagia tinggal di rumah saja menunggu waktu kunjung cucu. Tetapi ternyata saya salah.
Setelah beberapa waktu bekerja, saat saya kembali berpapasan berkali-kali dengan nenek yang membersihkan kamar, saya mengobrol dengannya. Saya punya cukup waktu untuk memperhatikan rias wajahnya. Warna-warna eye-shadow yang disapukan pada kelopak matanya terlihat elegan, pasti tidak murah. Kami berbincang-bincang dan ternyata usianya lebih tua dari yang saya bayangkan. Wajahnya masih terlihat lebih muda dari usianya! Dan ternyata kosmetikanya jauh berkelas dibanding koleksi saya.
Di lain kesempatan pula, tiba saatnya saya mendengar bahwa mereka cepat bosan dengan menu kantin. Mereka memilih memasak sendiri, dan memilah bahan yang lebih bergizi. Anggaran 1 kali makan siangnya lebih dari harga kupon makan saya.
Aneh, saya iba untuk apa? Saya terbiasa mengasihani orang tua yang terlihat letih lesu masih harus mengais rejeki untuk bertahan hidup. Tapi, tidak cocok diterapkan di sini. Mereka yang lanjut usia, masih tetap bekerja karena memang tidak tahan diam saja di rumah. Staminanya malah mungkin lebih baik dari saya. Mereka sudah terbiasa berjalan kaki, olahraga rutin, memiliki teknik bekerja yang tepat, dan tentu saja mengkonsumsi hidangan sehat seperti yang orang banyak ketahui.
Terlebih saat saya melambaikan tangan pada ibu penjaga toko kecil di lobi, saat saya tiba berjalan kaki dengan teman menuju sebuah café, ia tengah menyetir mobil merahnya yang sangat trendy. Rupanya beda negara beda perkara. Para lanjut usia yang saya kasihani ternyata memiliki alasan bekerja yang berbeda. Saya mengurangi berlibur dan fokus bekerja, sementara mereka bekerja untuk nanti liburan ke pulau asal saya.
Mereka bisa tetap bekerja, tentu karena stamina mereka juga berbeda. Ketika saya pergi ke taman bermain di sekitar kota, saya menjadi tahu alasan mereka tetap prima. Di Jepang sudah lazim di setiap area memiliki taman bermain yang juga biasanya menyiapkan jogging track, dan juga beberapa alat kebugaran standar. Jadi orang tua bisa dengan mudah berolahraga saat anak-anaknya menikmati waktu bermain di luar rumah.
Di sana saya melihat para lansia sangat aktif berolahraga. Selain terbiasa berjalan kaki untuk mengikuti alur transportasi, mereka terus menekuni paling tidak satu jenis olahraga. Saya sampai pada kesimpulan bahwa segala usia sangat gemar berolahraga, tidak berhenti saat mereka mulai tua.
Jadi, saya mulai merubah pandangan bahwa orang tua sebaiknya duduk diam di teras sepanjang waktu, dihidangkan segelas minuman hangat dan kue spikoe. Saya mulai membayangkan masa tua saya akan berbeda dari umumnya. Saya ingin mencontoh nenek tua yang diantar anak dan menantunya ke sebuah mall, yang saya harap akan juga memiliki fasilitas lansia, kemudian dijemput seusai berbelanja.
Saya masih ingin bercengkrama dengan sahabat karib saya, mengenakan pakaian dan rias wajah sekenanya, berjalan di seputaran taman kota. Saya masih ingin sehat dan mengajari cucu-cucu saya olahraga dasar. Dan tentu saja, saya akan berlibur bersama suami ke berbagai pulau. Tetapi sebelum itu, saya harus semakin rajin bekerja dan menabung. Serta, kembali melanjutkan Chloe 28 Days Workout Challenge dari You Tube ini!! Aduuh, semangatt! [T]
_____
BACA Kabar dari Jepang lain yang ditulis Riris Sanjaya