Saya sering berjumpa orang yang menanyakan hal yang sama: Sulitkah membaca lontar?
Jawabannya: Tidak. Membaca itu gampang.
Menjadi tidak gampang kalau anda tidak punya kebiasaan membaca. Kalau tidak hobby membaca sehari-hari, katakanlah sama sekali tidak kuat baca novel atau buku pelajaran dasar, saya tidak janji anda akan betah menyelesaikan sebuah lontar dari halaman pertama sampai akhir.
Belajar isi lontar hambatannya bukan pada tulisan atau aksaranya. Secanggih apapun baca tulis aksara Bali, itu bukan jaminan langsung paham isi lontar. Anak kecil sekarang canggih membaca dan menulis bahasa asing, tapi tak ada jaminan mereka spontan paham ilmu pengetahuan asing yang ada dalam bahasa tersebut.
Dari proses membaca ke proses memahami isi bacaan itu tahap berbeda.
Memasuki lontar yang serius sama dengan membuka diri pada kemungkinan pikir alternatif. Perlu keterbukaan batin dan pikiran, karena kalau tidak terbuka, tidak mungkin memasuki pengalaman batin dan imajinasi ruhani orang lain. Apalagi ditulis dalam teks kuno. Isi lontar juga berbagai pengetahuan dari soal memilih kucing sampai petunjuk jalan ke alam gaib.
Bagaimana caranya? Bagaimana langkah?
Apapun disiplin yang kita masuki pasti perlu proses dan tahapan. Berikut tahapan memasuki lontar:
1. Bebaskan diri dari hambatan aksara dan penulisan (aksara, bahasa, narasi) teks kuno. Ini hambatan pertama.
2. Setelah selesai dengan hambatan pertama, siapkan diri membayangkan pengalaman batiniah atau pikiran yang tersurat dan tersirat dalam teks kuno tersebut. Perlu banyak referensi bacaan katakannlah filsafat India kuno, atau pemikiran sejarah Asia dan Eropa, sebagai bahan pembanding berpikir. Pengetahuan dasar astrological, biologi, herbal, pertanian, silabel dan mantra, dstnya perlu sebelumnya dibaca jika lontar yang bertopik sama sedang dibaca.
3. Setelah melewati tahap nomor 1 dan 2, masih perlu yang ketiga, yaitu kehendak sungguh memasuki setiap pemikiran secara berimbang dan obyektif. Punya subyektivitas menarik, tapi tak akan menghantar pada kedalaman sampai mentok paham pesan teks yang dibaca.
Rangkumannya: Harus ada kebisaan (kemampuan) yang dibangun lewat membangun skill aksara dan kebahasaan, daya tahan membaca dan berpikir, disambungkan kecintaan memasuki teks secara terbuka dan lapang hati.
Oh ya, sekali lagi, sebelum mikir untuk membaca lontar, silah biasakan dulu membaca buku, buku apa saja. Sebab, kalau tak tertarik membaca buku-buku beraksara dan berbahasa yang anda kenal, agak sulit membayangkan anda langsung betah membaca lontar yang memakai aksara yang tidak anda akrabi.
Mulailah membaca buku-buku hasil terjemahan lontar yang telah terbit. Seandainya terjemahannya saja anda kalang kabut memasukinya, bagaimana anda masuk ke lontar yang masih beraksara Bali dan bahasa Jawa Kuno dan Bali?
Cara lain, tidak langsung baca, bacalah hasil penelitian lontar dari para pakar lontar. Ada banyak peneliti sebelumnya yang telah sangat serius mengkaji berbagai topik dan judul lontar. Mereka telah banyak membuka pengetahuan dalam lontar.
Jadi, mau tahu isi lontar tidak harus langsung membaca lontar. Kecuali anda punya waktu dan komitmen yang sungguh-sungguh, mari sama-sama langsung baca lontarnya. [T]
Catatan Harian Sugi Lanus, 17 Oktober 2019.