Gunung Batukau dalam tatwa rohani Bali merupakan salah satu lingganing utama dari Tri Maha Lingga Bali .
Keberadaan Gunung Batukau / Gunung Batukaru berperan sentral di Tabanan dan Bali. Gunung yang memiliki barisan ‘gunung terompong’ ( dari sebutan dari penduduk Bali dari arah Bangli yang memandang Tabanan adalah Kawasan perbukitan yang memiliki deretan gunung-gunung seperti terompong penuturan salah seorang warga Bayung Gede, Kintamani Bangli).
Gunung Batukau juga di lengkapi tiga danau yang indah ; danau Bulian, danau Beratan dan danau Tamblingan merupakan kawasan geopark yang indah dan penuh spirit bagi masyarakat Bali khususnya Tabanan.
Di Bali keberadaan gunung punya peran istimewa. Gunung menjadi ulu atau pusat dari orientasi sebuah arah yang akan diacu dalam membangun tatanan dalam berkehidupan.
Keberadaan Gunung Batukaru di Tabanan menentukan tata ‘ngardi gumi lan desa’, ‘ngardi dalem, ngardi setra lan merajapati’.
Gunung Batukaru selalu menjadi acuan di Tabanan menjadi ‘ulu ning ulu’ rohani yang akan mempengaruhi seluruh sendi kehidupan dan tatanan di Tabanan dan Bali Umumnya.
Dari tatanan inilah ‘ tegak tegal lan carik’ di tata, “gumi lan desa dibagun’, ‘peteluan dan pempatan kakardi’. Peradaban pemuliaan gunung, ‘alas lan toya’ melahirkan tatanan peradaban leluhur berupa peradaban ‘subak’ dengan segala perangkat Ulun Danu, Ulun Suwi, Ulun Tukad, Ulun Pangkung, Ulun Carik, Aungan, Empelan, tukad, telabah, jelinjingan, tali kunda, metekap, lampit, amed, kunali, nampad, penampad dll. Serta segala ritus mapag toya, ngawiwit, nandur, mesaba, nyepi subak, manyi, dll.
Subak menjadi sumber spirit, sumber kehidupan serta sumber kesenian dan kebudayaan di Tabanan dan Bali.
Perupa Tabanan umumnya lahir, tumbuh, besar dipengaruhi secara langsung dan tak langsung oleh kosmologi alam subak yang demikian diantara gunung Batukaru (Kaja) dan Pasih (Kelod).
Alam Tabanan yang demikian mempengaruhi tumbuh dan lahir manusia unggul, perupa dengan kecerdasan, kecakapan, keberanian pada tantangan -tantangan baru, keuletan , kemegahan pencapaian namun sederhana dalam tampakan.
Pilosofi ‘Dharmaning Pemaculan’ mengalir, menjadi lelaku semacam kesepakatan meskipun tak terbahaskan sebagai cita budhi Perupa Tabanan.
Semua konten itu akan terasa pada pameran seni rupa ‘NGAWIWIT’ perupa Tabanan di UPT. Museum Subak, di Sangulan Tabanan Bali, tanggal 15- 19 Oktober 2019 dalam partisipasi Perupa Tabanan merayakan Hari Museum. [T]
Tabanan, 14 Oktober 2019
SENI pewayangan di Bali adalah panggung yang selalu hidup, ladang subur di mana kreativitas para dalang dapat tumbuh dan berkembang....
Read more