Suatu hari saya berpapasan dengan seorang sejawat yang baru saja keluar dari poliklinik mata. Saat saya tanya kenapa, ia menjawab, “Baru periksa mata, Bli, tapi dibilang nggak ada obatnya, saya didiagnosis penyakit mata keranjang”, ia becanda cekikikan menjelaskan penyakitnya. Penyakit mata keranjang memang tak ada, namun lelaki mata keranjang selalu ada dan mungkin banyak. Kita takkan membahas penyakit ini, takut nanti ketularan hehehe, namun kita akan membahas hal-hal ringan soal istilah-istilah awam untuk nama-nama penyakit medis yang tidak tepat.
Sebetulnya banyak istilah-istilah awam yang sudah diakomodasi sebagai istilah baku untuk memberi nama-nama penyakit. Contohnya penyakit kencing manis untuk diabetes mellitus, penyakit kuning untuk hepatitis, penyakit ayan untuk epilepsi atau penyakit flu Hongkong untuk influenza A (H3N2) dan masih banyak lagi.
Istilah-istilah ini praktis umum diucapkan oleh masyarakat awam dan secara medis diterima dengan maksud yang sama. Namun demikian istilah-istilah ini tidak digunakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah maupun dalam artikel-artikel medis maupun dalam penulisan diagnosis penyakit dalam perawatan pasien di rumah sakit. Istilah-istilah ini bisa dipakai dalam diskusi-diskusi informal atau dalam seminar awam juga dalam percakapan dengan pasien dan keluarganya.
Meski demikian, saat ini ada beberapa istilah awam untuk penyakit medis yang tidak disepakati sehingga perlu dikemukakan di sini. Oleh karena bahasa sesungguhnya adalah perkara kesepakatan, maka istilah-istilah ini bukanlah kekeliruan diksi, namun semata-mata karena memang belum bersepakat. Kedua, bisa saja memang logika yang terkandung dalam istilah-istilah tersebut memang tidak koheren dengan keadaan medisnya itu sendiri.
Istilah pertama adalah penyakit paru-paru basah untuk TBC paru. Istilah ini tak ditemukan dalam diskusi-diskusi medis. Namun sudah menjadi istilah yang sangat familiar bagi masyarakat awam. Entah dari mana atau dari siapa pertama kali istilah ini muncul hingga kini telah dipakai oleh masyarakat luas. Meski secara logika istilah ini boleh dibilang cocok dengan keadaan peparu penderita TBC yang “basah” dengan adanya cairan radang dalam jaringannya (infiltrat). Menyebabkan terjadinya gangguan integritas dari jaringan peparu tersebut akibat kerusakan oleh aktifitas bakteri Mycobacterium tuberculosis (pnemonia). Mungkin satu hal yang tak berkesesuaian dengan penyakit ini adalah, anggapan pasien bahwa adanya gejala telapak tangan basah sebagai salah satu gejala penyakit TBC paru.
Telapak tangan yang basah akibat keringat berlebih disebut juga dengan hiperhidrosis ini tak terkait dengan penyakit TBC melainkan adanya gangguan peningkatan produksi kelenjar keringat yang hingga saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Umumnya terjadi pada usia muda dan biasanya hilang dengan sendirinya. Jika sangat mengganggu bisa berkonsultasi dengan dokter ahli saraf untuk diberikan terapi. Penyakit TBC sendiri sebetulnya memang memberikan gejala berkeringat namun di seluruh tubuh, terutama sangat terasa saat malam hari yang disertai badan meriang akibat dari peningkatan metabolisme tubuh melawan infeksi.
Istilah lain yang juga sering disebut oleh masyarakat awam namun tidak digunakan secara medis adalah istilah kencing manis kering dan kencing manis basah. Banyak pasien bahkan bertanya dengan gamblang kepada dokternya, “Dok, penyakit kencing manis yang saya derita ini kering atau basah?”. Tentu saja bukan keduanya. Yang ada adalah kencing manis tipe 1, yaitu untuk kelainan bawaan organ pankreasnya tak menghasilkan cukup insulin sehingga seseorang telah menderita kencing manis sejak kanak-kanak dan butuh insulin sejak awal.
Sedangkan yang paling banyak dijumpai adalah kencing manis tipe 2, yaitu penyakit kencing manis yang diidap lantaran kesalahan pola hidup yang berlebih kalori namun kurang olah raga. Faktor genetik juga tetap berperan pada tipe 2 ini. Namun cukup mudah memahami maksud masyarakat awam akan istilah kencing manis kering dan basah yang dikaitkan dengan adanya luka yang sulit sembuh (basah) atau tidak. Luka pada pasien diabetes, terutama pada kaki, akan dapat terjadi pada kedua tipe tersebut jika pasien tak menjaga kakinya dari cedera dan tidak dengan baik mengendalikan gula darahnya.
Yang terakhir adalah istilah penyakit ginjal kering. Istilah ini pun tak digunakan dalam dunia kedokteran. Namun kalau penyakit ginjal bocor, ginjal bengkak atau batu ginjal telah diterima secara medis. Mungkin yang dimaksudkan dari istilah ginjal kering ini adalah ginjal yang telah mengalami radang atau infeksi yang salah satu faktor risikonya adalah kurang minum.
Oleh karenanya kita selalu disarankan untuk menjaga kesehatan ginjal, selain minum yang cukup (10 gelas sehari), kita juga harus cukup olah raga (jogging) dan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung protein berlebih dan asam urat. Bahkan saat penyakit-penyakit ginjal ini telah terjadi pun pengobatannya tetap memberi hasil yang baik jika berkonsultasi ke dokter. Berbeda dengan penyakit mata keranjang yang tak ada obatnya, hehehe! [T]