Jika dicermati, ada satu fenomena menarik dalam dunia medis. Yaitu, penyakit-penyakit yang tak memberi keluhan sering kali berakibat sangat fatal dan mematikan. Sebaliknya penyakit-penyakit yang sering membawa pasien berobat ke dokter, sebagian besar justru tak berbahaya.
Penyakit darah tinggi misalnya, hampir 80% tidak memberi keluhan atau bahkan tidak diketahui oleh penderitanya. Namun, komplikasi stroke pendarahan paling sering disebabkan oleh darah tinggi yang tak terkontrol dengan risiko kematian yang sangat besar. Sebaliknya, penyakit rematik yang membuat penderitanya berlomba-lomba datang berobat atau bahkan bisa-bisanya sering beli obat sendiri, justru tak pernah membunuh.
Darah tinggi, diabetes dan penyakit kolesterol (dislipidemia) dikelompokkan ke dalam golongan penyakit metabolik. Golongan penyakit yang berbeda dengan kelompok penyakit infeksi, cedera atau keganasan/kanker. Ia dipengaruhi oleh faktor intrinsik (genetik) dan ekstrinsik (pola hidup).
Faktor genetik misalnya, membuat seseorang punya risiko berlipat-lipat akan menderita diabetes. Meski begitu, bagi yang punya gen diabetes, artinya dalam keluarganya ada penderita diabetes, tak usah buru-buru berkecil hati. Sebab, meskipun ada faktor bawaan akan peningkatan gula darah, namun jika yang bersangkutan menerapkan pola hidup yang sangat sehat, baik diet maupun olahraga, maka penyakit diabetes itu sangat kecil peluangnya untuk manifes.
Sebaliknya, meski seseorang diketahui tak punya faktor risiko genegik, namun ia suka makan berlebih (over callory intake) dan kurang gerak maka berisiko besar menjadi penderita diabetes. Itulah kenapa kemudian disebut sebagai penyakit diabetes yang “didapat”, bukan bawaan. Demikian juga yang terjadi pada penyakit darah tinggi, kolesterol berlebih dan penyakit asam urat.
BACA KOLOM DOKTER ARYA YANG LAIN
Soal penyakit darah tinggi, bahkan di negara-negara maju seperti USA saja masih terjadi apa yang disebut sebagai role of fifty. Artinya, dari semua penderita hipertensi, cuma 50% yang mengetahuinya. Darinya cuma 50% yang teratur berobat dan akhirnya ternyata cuma 50% tekanan darahnya yang terkontrol. Jadi dari semua penderita darah tinggi, cuma 12,5% yang terkendali tekanan darahnya. Kenapa ini bisa terjadi bahkan di negara-negara yang sudah modern dan berpendidikan? Setidaknya ada dua alasan.
Pertama karena ketiadaan keluhan dan gejala dari penyakit ini. Bukan hal mudah mengajak seseorang untuk rutin berobat saat yang bersangkutan tak merasa sakit. Dalam posisi yang sebaliknya, inilah yang membuat kenapa seorang penderita rematik mudah datang berobat yaitu karena ada keluhan nyeri.
Alasan yang kedua adalah hal yang sangat sulit meminta seorang penderita hipertensi untuk enjoy berobat seumur hidup, karena begitulah terapi darah tinggi seharusnya. Maka, edukasi yang kuat dan masif menjadi prinsip untuk pasien-pasien darah tinggi.
Saat tekanan darah sedemikian tingginya, pembuluh darah tak selalu tahan mempertahankan dindingnya, lalu pecah. Jika ini terjadi pada pembuluh darah mata, itu dapat menyebabkan kebutaan mendadak. Jika terjadi pada otak, maka ada risiko serius maut mengancam. Anehnya, seseorang dengan tekanan darah lebih dari 200 sistole pun sering tak merasakan apa-apa.
Itulah kenapa lalu, stroke pendarahan seperti ini dapat terjadi saat penderitanya bekerja di ladang, mengajar di depan kelas, bermain tenis atau saat bercinta yang penuh gairah. Maka jika tidak mendapat penjelasan medis yang terang dan mudah dipahami, kejadian-kejadian seperti ini mudah dikaitkan dengan sebab-sebab gaib atau non medis.
Konsep deteksi dini atau medical check up menjadi relevan dalam konteks pencegahan komplikasi baik penyakit darah tinggi, diabetes maupun kolesterol ini. Kenapa? Karena memang ada fakta, penyakit-penyakit yang tidak memberi gejala dan keluhan namun ada tersembunyi dalam tubuh kita. Mengintip, mengendap-endap lalu tanpa basa-basi mengambil nyawa kita atau setidaknya meninggalkan kecacatan.
Kematian seorang penderita yang masih produktif dapat mewariskan beban ekonomi untuk keluarganya dan kecacatan akan menuntut biaya pengobatan jangka panjang yang jauh lebih besar karena ditambah lagi dengan hilangnya potensi ekonomi yang bersangkutan.
Jadi, sudah jelas kita tak bisa menganggap remeh penyakit-penyakit yang tak memberi keluhan dan gejala, karena ia dapat saja mengirimkan teror dari persembunyiannya. [T]