Gadis manis berkulit bersih itu, mengulangi ikatan rambutnya yang kecoklatan sebahu sebelum menghanturkan sembah. Kedua tangannya dicakupkan, terselip sepotong bunga kamboja berwarna putih. Asap dupa membumbung ke udara seakan-akan hendak menjangkau bulan purnama yang sedemikian anggun, di angkasa yang baru saja memasuki malam namun kehilangan gelapnya.
Hari itu, merupakan Purnama Jyesta atau bulan kesebelas dalam bulan Bali. Dalam Lontar Sundari Gama dikatakan bahwa purnama adalah personafikasi Sang Hyang Candra. Kita boleh bebas menciptakan persepsi apa saja soal ini. Tentang satu benda antariksa yang diyakini sebagai dewa.
Namun demikian, kedekatan masyarakat Bali dengan seni dan sastra sebetulnya telah menjelaskan simbolisme ini. Dalam filsafat kepemimpinan Asta Brata, di sana disebutkan pemimpin hendaknya punya sifat-sifat bagai bulan. Ia menerangi dalam kesejukan & kedamaian. Ia adil menerangi setiap sudut semesta. Disebutkan purnama juga merupakan hari penyucian diri lahir batin.
Oleh karena itu semua orang wajib melakukan penyucian diri secara lahir batin dengan mempersembahkan sesajen berupa canang wangi-wangi, kepada para dewa, dan pemujaan dilakukan di sanggah dan parahyangan, yang kemudian dilanjutkan dengan memohon air suci. Hebatnya, tak seorang pun di Bali yang kemudian lalu secara fanatik & radikal memuja Sang Hyang Candra.
“Oh Tuhan, betapa indahnya!” seru Armstrong, pada tanggal 21 Juli 1969, pukul 04.22 GMT (11.22 WIB). Neil Armstrong menjadi orang pertama yang menginjakkan kakinya di bulan. Setelah 27 menit, sejawatnya, Aldrin menyusul Armstrong.
Sementara Michael Collins tetap berada di orbit bulan dalam Command Module. Pesawat Apollo 11 yang meluncur ke angkasa dari Cape Kennedy, Amerika Serikat, yang membawa ketiga orang astronot itu, telah mewujudkan mimpi setiap ilmuwan, juga mungkin setiap insan di bumi.
Tugas terpenting dari ketiga angkasawan itu adalah mengabadikan area bulan dengan kamera, dan yang paling penting mencari contoh jenis-jenis tanah yang ada di bulan untuk bahan penelitian selenologi (ilmu pengetahuan tentang geologi bulan). Collins menunggu kedatangan Armstrong dan Aldrin sambil berteriak “Allelulaa!” karena kegembiraannya.
Setelah ketiga awak tersebut bertemu, mereka mengelilingi bulan satu kali lagi dan menghidupkan mesin, kemudian mengarahkan pesawatnya kembali ke bumi.
Sungguh tak terbayangkan bagi kita, betapa hebat kecerdasan dan ketekunan NASA merencanakan itu semua. Satu wahana yang dapat dengan tepat akurat meluncur mencapai satu lokasi yang belum pernah sekalipun dikunjungi sebelumnya. Jenis bahan pesawat dan pakaian astronot untuk menembus perbedaan suhu dan tekanan, dan lain sebagainya.
Bulan yang indah dan selalu menggoda hati manusia telah membawa sains sedemikian cemerlang. Sains yang cemerlang sungguhlah telah diciptakan oleh insan-insan yang penuh cinta dan ketekunan dalam rasio dan realita.
Rasio dan realita sebagai representasi sains, kadangkala memang bertatapan sinis menghadapi tradisi agama. Sekalipun itu agama modern. Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya dalam 6 hari secara harfiah, 24 jam sehari, beberapa ribu tahun yang lalu. Meski secara ilmiah penciptaan alam semesta masih dipenuhi kabut misteri, namun kajian ilmiah tentang evolusi telah menghadirkan bukti-bukti yang sangat realistis.
Teori ini telah membingkai satu keyakinan, telah berjalannya waktu ratusan juta tahun hingga terciptanya keadaan bumi seperti saat ini. Kita dapat saja memilih untuk mempertentangkan keduanya dalam satu semangat fanatisme yang agresif atau menyandingkan keduanya dalam kecerdasan dialektika yang konstruktif. Tuhan mungkin lebih suka yang terakhir.
Bukankah kita telah mendaulatnya sebagai Yang Maha Pengasih dan Pemaaf? Maka sungguh merupakan peluang yang baik bagi kita memanfaatkan keadaan ini.
Maka, dari tempatnya kini berada, Galileo Galilei mungkin dapat tersenyum lega. Supremasi tertinggi umat Katholik, Vatikan akhirnya merehabilitasi namanya dan mengakui predikatnya sebagai ilmuwan. Pengakuan itu diberikan Vatikan jelang peringatan 400 tahun peran Galileo dalam dunia keilmuan dan penetapan tahun 2009 sebagai tahun astronomi internasional. Vatikan bahkan secara khusus telah menobatkan Galileo sebagai ‘Bapak dialektika iman dan akal’.
Galileo Galilei (1564-1642) adalah orang pertama yang membuat teleskop astronomi, terobosan baru yang meruntuhkan argumentasi gereja yang menyebut dunia sebagai pusat alam semesta.
Temuan Galileo berpendapat lain, bumi hanya salah satu planet yang berputar mengelilingi matahari. Gereja pun lantas menuding Galileo melakukan bidah. Karena pendapatnya tersebut, dia dijatuhi hukuman seumur hidup. Baru pada tahun 1992, Paus Johanes Paulus II secara terbuka menyatakan hukuman yang dijatuhkan pada Galileo adalah hasil dari ‘pemahaman yang salah’. “Pengampunan”, terhadap orang yang benar ini pun terbukti bagi kita dan dunia tak sedikitpun lalu meruntuhkan gereja.
Maka, pengakuan salah dan permintaan maaf, sesungguhnya kan selalu membuat orang kecil menjadi lebih besar dan orang besar tetap saja besar dan bermartabat. Cuma kedengkian dan amarah kita saja yang kerap mengecilkannya, Tuhan tidak. [T]
BACA JUGA KOLOM DOKTER YANG INI:
- Acintya
- Nyepi: Terapi Kesehatan
- Pasien, Guru yang Sempurna
- Dokter dan Sepotong Filsafat
- Dokter & Dukun, Tujuan Sama, Satu Naik Heli, Satu Naik Boat, Tidaklah Bertabrakan…
- Hantu itu Bernama Ateisme
- Seks: Barang & Gaya Itu-itu Saja, Yang Rumit adalah Persepsinya
- Ideologi, Demokrasi & Kesehatan Bangsa
- Musuh Dokter itu Bernama Keseriusan
- Evolusi Pasca Darwin
- Belajar dari Tubuh
- Sudah Jelas, Penyebab Stoke adalah Nasib
- Dokter, Profesi Paling Lucu
- Pemilu, Politik & Stres
- Biaya Kesehatan Harus Dibikin Semahal-mahalnya
- Diabetes yang Menghentikan Kita, Atau Kita yang Menghentikan Diabetes