CHEF lokal Bali Made Masak dan ahli koktail Indonesia Bili Wirawan akan membuat kejutan di ajang Ubud Food Festival 2025. Mereka akan membuat menu-menu baru secara spontan menggunakan bahan-bahan dari lingkungan setempat.
Mereka mengolah menu sesuai dengan keahiannya. Made Masak akan memasak sayur dengan memanfaatkan bahan apa saja yang dimiliki masyarakat di sana. Sementara Bili Wirawan akan meracik minuman koktail yang memanfaatkan buah lokal yang namanya masih dirahasiakannya.
“Di Bali, saya turut serta dalam tradisi rambanan, yaitu mencari bahan makanan dari tanaman liar di sekitar,” kata Made Masak dalam acara konferensi pers di ARTOTEL Sanur, Jumat 16 Mei 2025 lalu.
Made Masak memang dikenal dengan keahliannya dalam mencari bahan-bahan liar, dan akan mengajak pengunjung mengikuti food tour spesial di festival.
Made Masak juga akan berkolaborasi dengan Chef Sheandy Satria, kepala dapur Buahan, Banyan Tree Escape, untuk menyiapkan makan siang istimewa yang menggunakan sayuran liar, ikan segar dari sungai, dan daging hasil ternak lokal.
“Saya ingin membagikan lebih luas lagi apa yang telah saya pelajari dan lakukan selama ini. Pengetahuan yang saya miliki datang dari warisan leluhur yang diwariskan dengan penuh kerendahan hati oleh generasi sebelumnya,” ujar Made Masak.
Ia mencontohkan, dirinya bisa mengenal berbagai tanaman karena leluhurnya yang telah menanamnya, merawatnya, dan mewariskannya untuk diteruskan ke generasi selanjutnya.
“Kita sebenarnya hidup dalam keberlimpahan, baik dalam hal rasa, pengetahuan, maupun nilai-nilai. Dan lewat makanan, saya ingin merayakan warisan itu,” lanjut Made Masak, chef foraging asal Tabanan itu.
Sementara, Bili Wirawan yang ahli koktail Indonesia peraih penghargaan bakal menampilkan kemampuannya meracik minuman dihadapan para pengunjung.

Konferensi pers Ubud Food Festival di ARTOTEL Sanur, Jumat 16 Mei 2025 | Foto: Bud
Bili juga akan mengajar masterclass di Spice by Blake. “Saya ia akan menunjukkan cara mengkreasi koktail yang sustainable dengan menggunakan bahan local,” ucap Bili, orang Indonesia pertama yang meraih penghargaan Best Restaurant Mixologist dari Les Grandes Tables du Monde.
Bili menegaskan, di dunia kuliner yang sering kali hanya berfokus pada makanan. Maka, dirinya ingin mengangkat sisi lainm yakni koktail. Sejak tahun 2019, Ubud Food Festival mulai menaruh perhatian pada dunia bartender, sebuah profesi yang sering dikaitkan dengan stigma negatif, seperti mabuk-mabukan.
“Bagi saya pribadi, itu bukan esensinya. Bagi saya, bar adalah wadah untuk berekspresi dan berkreasi. Apa yang dilakukan di balik bar bukan sekadar meracik minuman, tapi juga sebuah proses edukatif dan penuh seni. Seperti halnya lukisan atau patung, koktail juga punya nilai estetikanya sendiri,” jelas Bili Wirawan.
Selain Made Masak dan Bili Wirawan, akan ada pula ilustrator artwork festival, Gusde Sidhi.
Bagi Gusde Sidhi, makanan adalah sesuatu yang dinikmati sehari-hari untuk menyenangkan diri, dan untuk meredakan stres. “Untuk karya saya untuk Ubud Food Festival, makanan tidak hanya disajikan sebagai menu, tetapi dibingkai dalam tema dan dieksplorasi secara visual. Lalu muncul sosok perempuan Bali, dan bumbu-bumbu yang digambarkan sebagai laki-laki, sebuah visualisasi yang menunjukkan bagaimana peran perempuan kerap tak dianggap sepadan,” ungkap Gusde Sidhi, ilustrator yang membuat artwork resmi Ubud Food Festival.
Padahal, inti dari warisan kuliner kita bukan hanya pada menunya, tapi justru pada bumbunya. Warisan sesungguhnya ada pada bumbu-bumbu itu pengetahuan yang diturunkan secara turun-temurun di dalam keluarga, terutama melalui para ibu. “Lewat tangan merekalah kekayaan rasa dan tradisi terus hidup,” kata Gusde Sidhi.
Manager Ubud Food Festival Dwi Ermayanthi memaparkan, memasuki tahun ke-10, Ubud Food Festival mengusung tema Heritage akan berlangsung pada 30 Mei hingga 1 Juni 2025 di Taman Kuliner Ubud.
“Kami menyambut para pecinta kuliner dengan banyak program, mulai dari para chef muda berbakat yang mengangkat kuliner Indonesia, para pakar kuliner ternama yang merayakan hidangan klasik tradisional, hingga para peraih penghargaan Michelin,” kata Erma.
Ubud Food Festival akan menghadirkan ragam makanan dan bazaar yang berlokasi di Jalan Raya Sanggingan. Namun, lebih dari sekadar kuliner, festival ini juga akan menyoroti talenta-talenta lokal Bali.
“Bukan hanya tiga nama yang sudah disebut kami juga melibatkan para sommelier, barista, chef, hingga mixologist. Kami ingin memberi ruang seluas-luasnya bagi para talenta Bali untuk berani tampil, berkreasi, dan menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing di level yang sama dengan pelaku industri dari luar,” ujar Erma.

Konferensi pers Ubud Food Festival di ARTOTEL Sanur, Jumat 16 Mei 2025 | Foto: Bud
Ubud Food Festival memiliki misi mengangkat makanan dan budaya Indonesia ke kancah dunia, menyambut para pecinta kuliner untuk menjelajahi kekayaan masakan daerah melalui demo memasak, obrolan kuliner, live performance, pop-up dining, lokakarya, dan food tour ke destinasi tersembunyi di Ubud dan sekitarnya mempromosikan kuliner Bali dan sekitarnya.
Salah satu acara spesial akan menampilkan hidangan tradisional Maluku dalam Long Table Lunch di Casa Luna. Pakar masakan lokal Abba dan Mama Dila Banda dari Banda Neira akan menyiapkan hidangan tradisional menggunakan rempah-rempah lokal seperti pala dan kacang kenari, berbagi resep yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Di Bumi Kinar Ubud, tiga chef berbakat bergabung untuk acara makan malam spesial yang berlangsung hanya satu malam yang merayakan masakan Sunda. Chef Rama dari Jingga Restaurant dan Joongla Indonesia akan berkolaborasi dengan Chef Agus Hermawan yang terkenal dari Ron Gastrobar Amsterdam. Bersama-sama, mereka akan menghadirkan cita rasa Bandung ke Ubud dalam pengalaman bersantap yang unik.
Di Kubu Restaurant, dua chef ternama akan berkolaborasi untuk acara makan malam spesial. Chef Kim Hock Su dari restoran berbintang Michelin Au Jardin akan berkolaborasi dengan Chef Eka Sunarya dari Kubu. Bersama-sama, mereka akan menciptakan hidangan yang memadukan teknik memasak Prancis dengan cita rasa Indonesia. Para pengunjung akan disuguhkan pengalaman bersantap yang memamerkan perpaduan metode tradisional dan inovasi modern.
Plataran Ubud Hotel & Spa akan mengadakan acara makan siang spesial yang menghadirkan kolaborasi tiga chef berbakat.
Chef Ragil dari Nusa Gastronomy dan Thedy Ferly dari Masa Masa akan menyajikan hidangan tradisional Indonesia yang menggunakan bahan-bahan seperti umbi-umbian, jagung, sorgum, dan sagu dalam format santapan ala keluarga. Acara makan siang spesial ini akan menghadirkan kekayaan rasa dari tradisi kuliner Indonesia dan pengaruh Peranakan. Para pengunjng akan menikmati hidangan istimewa sambil berbagi cerita dan kegembiraan dalam kebersamaan.
Susan Jung, penulis kuliner ternama asal Hong Kong, akan membagikan kecintaannya pada dunia memasak di Festival. Ia akan hadir dalam tiga acara spesial: makan malam ayam goreng bersama chef ternama Chef Wan dan Cheong Liew di Indus Restaurant, demo memasak resep sayap ayam ala ibunya di Panggung Teater Kuliner, serta diskusi tentang penulisan buku masak bersama penulis kuliner Kevindra Soemantri.
Dua chef berbakat asal Bali, Chef Made Dhanu dan Chef Kori, akan berkolaborasi dalam acara makan malam spesial di Ramu Kitchen, Titik Dua. Mereka akan memadukan teknik memasak tradisional dengan sentuhan modern untuk menciptakan hidangan yang unik. Chef Dhanu membawa pengalamannya selama di Melbourne, sementara Chef Kori dikenal dengan keahliannya dalam cita rasa khas Indonesia. “Makan malam ini akan menampilkan bahan-bahan segar dan merepresentasikan bagaimana para chef muda Bali menciptakan inovasi menarik dalam dunia kuliner,” papar Dwi Ermayanthi.
Tiga chef muda berbakat dari Indonesia akan berkolaborasi dalam acara makan malam spesial di Nusantara. Dick Derian dari Locaāhands Surabaya, Chef Yudha dari MeiMei Bali, dan Putu Dodik dari Nusantara by Locavore akan berkolaborasi untuk menyajikan interpretasi mereka terhadap hidangan tradisional Indonesia. Para chef akan menambahkan sentuhan kreatif pada resep-resep klasik dalam mengangkat kekayaan dan cita rasa pedas kuliner Indonesia.
Festival ini menghadirkan Food Market gratis dengan lebih dari 70 stan makanan. Para pengunjung dapat mencoba berbagai hidangan lezat, termasuk Pho Thin dari Hanoi, yang menyajikan sup mie Vietnam dengan kuah gurih dan daging. Untuk minuman, cobalah Palapa, campuran khusus arak Bali dengan rempah-rempah dan pala. Pasar ini juga memiliki area pencuci mulut di mana kamu bisa menikmati De Dari Cendol, camilan sehat berbahan nabati dari Tempeman, serta kopi dari % Arabica.
“Di tahun kesepuluh kami, para pecinta kuliner tidak hanya dapat menjelajahi kreasi kontemporer yang disiapkan oleh chef-chef lokal terbaik, tetapi juga menikmati masakan daerah unik yang jarang ditemukan di restoran luar negeri,” ucap Pendiri sekaligus Direktur Janet DeNeefe.
Ada juga kesempatan untuk bergabung dalam pembukaan pameran gratis Base Genep di Kulidan Kitchen & Space, yang menampilkan campuran rempah ikonik Bali yang berarti bumbu lengkap dan menyoroti kedaulatan pangan, warisan budaya, bahan lokal, rasa, serta identitas. Selain itu, karya seni resmi Festival akan dipamerkan dalam pameran tunggal gratis oleh ilustrator Bali, Gusde Sidhi, pencipta identitas visual tahun ini, yang akan dibuka untuk umum pada hari Sabtu, 24 Mei pukul 17.00 di Indus Restaurant.
Festival ini menunjukkan betapa luar biasa dan beragamnya kuliner Indonesia yang menggambarkan tema kita, Heritage. Mulai dari cita rasa Bangka dan Sunda, Minangkabau dan Nusa Tenggara Timur, hingga Maluku dan Papua. “Kami menyambut semua orang untuk datang dan menikmati hidangan terbaik yang pernah kami tawarkan,” tegasnya. [T]
Reporter/Penulis: Nyoman Budarsana
Editor: Adnyana Ole
- BACA JUGA: