18 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

Mansurni AbadibyMansurni Abadi
March 19, 2025
inEsai
Bersama dalam Fitri dan Nyepi: Romansa Toleransi di Tengah Problematika Bangsa

Mansurni Abadi

MESKIPUN saat ini ada gelombang pesimisme terhadap Indonesia, setidaknya tanah dan air tempat dimana kita lahir dan kembali pada ilahi kelak ini masih tetap dikenal sebagai kawasan yang kaya, bukan hanya pada persoalan sumber daya alamnya, namun juga keberagaman yang melekat menjadi sifat yang menyatukan kita sebagai manusia Indonesia dari masa lalu, masa kini, dan nanti.

Kalau kata seorang sahabat di platform twitter, ‘Admixture increases diversity’: percampuran genetik kelompok-kelompok yang berbeda pada akhirnya  meningkatkan keberagaman yang harus menjadi  paradigma ketika mengungkap sejarah manusia Indonesia dengan segala problematikanya.

Karena beragam tadi, pada akhirnya kita bukan hanya dapat hidup bersama, namun juga ikut merayakan ritus-ritus dalam konteks sosial dari mereka yang berbeda. Seringkali perayaan antara umat satu dengan umat lainnya berdekatan. Mungkin sebuah  kebetulan, namun dari yang kebetulan itu  dapat dijadikan momentum untuk merefleksikan kembali kondisi keberagaman kita di tengah tantangan multidimensi seperti intoleransi, kesenjangan sosial, dan polarisasi.

Sekali lagi pada tahun 2025 ini, perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1446H dan Nyepi (1947 Saka) dirayakan berdekatan di akhir bulan Maret 2025. Sepertinya kita diingatkan kembali bahwa keberagaman bukanlah ancaman, melainkan kekuatan yang mampu menjembatani perbedaan sekaligus menjawab tantangan dengan berpijak pada kekuatan spiritual yang kita yakini.

Jadi sudah selayaknya ada proses refleksi tentang spirit Nyepi dan Idul Fitri, yang berakar pada ajaran agama dan filsafat hidup itu untuk  menjadi fondasi untuk membangun solidaritas sosial yang progresif, inklusif, dan berkeadilan.

Makna Idul Fitri dan Nyepi

Hari Raya Idul Fitri dalam pemaknaan teologis umat Islam merupakan  puncak kemenangan setelah sebulan berpuasa di bulan Ramadan. Hari yang  melambangkan kembalinya manusia kepada fitrah, yaitu keadaan suci dan murni, serta menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan melalui saling memaafkan.

Dalam Al-Qur’an, esensi Ramadan dan Idul Fitri tercermin dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ayat ini menegaskan bahwa puasa bertujuan membentuk takwa—kesadaran akan Allah yang tercermin dalam perilaku penuh kasih dan hormat kepada sesama. Idul Fitri, dengan tradisi halal bihalal-nya, menjadi wujud nyata dari semangat rekonsiliasi dan toleransi.

Sebaliknya, Hari Nyepi adalah hari keheningan yang unik dalam tradisi Hindu, khususnya di Bali. Sependek pengetahuan saya  hanya Hindu di Indonesia saja yang melaksanakan tradisi Nyepi—ini jika dibandingkan dengan Hindu di Malaysia, tempat saya berdomisili saat ini yang mayoritasnya berasal dari etnis tamil itu.  Perayaan Hindu yang dirayakan di Malaysia seperti Deepavali dan Thaipussam sangat jauh dari keheningan seperti Nyepi, namun sama-sama menarik secara ritus di mana Hindu dipraktikkan mengikuti tempat di mana dia berpijak.

Nyepi yang selama 24 jam mengharuskan dihentikannya aktivitas duniawi di tengah budaya yang hustle atau terburu-buru pada akhirnya  membawa situasi yang mendorong kita bermeditasi untuk mengenalikan diri dan mencari kedamaian batin, sebagaimana tertuang dalam Bhagavad Gita 6.6.

 “Bagi orang yang telah menaklukkan pikirannya, pikiran adalah sahabat terbaiknya; tetapi bagi orang yang gagal melakukannya, pikiran akan menjadi musuh terbesar.”

Ayat ini menggarisbawahi bahwa harmoni dengan diri sendiri adalah langkah awal menuju harmoni dengan orang lain. Nyepi, dengan keheningannya, menciptakan ruang untuk merenungkan hubungan kita dengan Tuhan, alam, dan  sesama.

Idul Fitri dan Nyepi: Dua Ritus Perlawanan terhadap Krisis Kemanusiaan.

Kita memahami Idul Fitri sebagai momen bermaafan dan merayakan kemenangan setelah sebulan berpuasa. Namun, hakikatnya, Idul Fitri adalah revolusi kesadaran.

Puasa Ramadan mengajarkan empati terhadap jutaan orang yang dipaksa “berpuasa” sepanjang tahun karena kemiskinan yang seringkali diakibatkan oleh yang struktural.

Sementara, tradisi zakat fitrah yang wajib dikeluarkan sebelum salat Id itu merupakan manifestasi dari instrumen redistribusi kekayaan yang mewajibkan orang berada untuk berbagi dengan yang membutuhkan apalagi ditengah kesenjangan yang semakin Nampak.

Kalau kita cermati lebih mendalam, konsep fitrah dalam Islam bukan sekadar kembalinya manusia ke keadaan suci, tapi juga seruan untuk membongkar struktur yang menghambat kemurnian itu.

Dalam teologi Islam, setiap manusia lahir dengan potensi kebaikan (fitrah), tetapi sistem yang korup, keserakahan, dan ketidakadilan bisa menguburnya. Idul Fitri mengajak kita membersihkan diri dari “sampah” duniawi—bukan hanya dosa pribadi, tapi juga kezaliman sistemik.

Persoalan ketertindasan dalam konteks Islam memang menjadi keutamaan, Surah Al-Ma’un (107:1-7) mengingatkan bahwa mendustakan agama adalah mengabaikan anak yatim dan fakir miskin. Ayat ini bukan hanya kritik terhadap individu, tetapi juga terhadap sistem yang membiarkan kemiskinan menjadi takdir.

Sementara itu, Nyepi yang dirayakan dengan empat prinsip Catur Brata Penyepian (Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, Amati Lelanguan) adalah bentuk resistensi kultural. Di Bali, di tengah gempuran pariwisata massal yang mengomersialisasi setiap ruang hidup .

Nyepi menjadi pengingat bahwa budaya, alam, bahkan agama itu sendiri bukanlah komoditas, melainkan warisan, nilai, dan kekayaan yang harus dijaga. Prinsip Amati Geni (tidak menyalakan api) dan Amati Karya (menghentikan aktivitas) mengajarkan kesadaran ekologis,  manusia tidak boleh menjadi penguasa alam, melainkan mitra yang menjaga keseimbangan.

Kitab Upanishad menyatakan “Tat Tvam Asi” (Engkaulah itu), yang dalam bacaan teologi pembebasan menegaskan kesatuan manusia dengan alam sebagai basis perjuangan ekologis . Krisis iklim dan deforestasi di Indonesia—dari Sumatera hingga Papua—adalah bukti bahwa kapitalisme telah merusak keseimbangan ini. Nyepi mengajarkan bahwa ketenangan batin hanya mungkin tercapai jika ada keadilan ekologis dan penghapusan dominasi manusia atas alam .

Nyepi memang tak bisa dipisahkan dari Tri Hita Karana—filosofi Hindu Bali tentang harmoni tiga hubungan: dengan Tuhan (Parhyangan), sesama (Pawongan), dan alam (Palemahan). Saat listrik padam dan aktivitas terhenti, kita diingatkan bahwa manusia bukan penguasa alam, tapi bagian darinya. Ritual ngerupuk (mengusir roh jahat) sebelum Nyepi adalah metafora untuk mengusir keserakahan yang merusak lingkungan.

Sekali lagi, yang hening dan yang fitri hadir bersamaan selain sebagai romansa toleransi juga menjadi momentum refleksi untuk menghidupkan kembali spirit keagamaan yang melampuai ritus ditengah problematika bangsa yang semakin hari semakin menjadi-menjadi. [T]

Penulis: Mansurni Abadi
Editor:Adnyana Ole

Idulfitri | Mari Mudik ke Kesejatian
Wajah Nyepi, Relasi Agama dan Budaya untuk Harmoni
Hari Nyepi Tanpa Pecalang, Beranikah Kita?
Tags: Hari Raya NyepihinduIdul FitriIslamMuslimtradisi nyepi
Previous Post

RUBIK SMANDUTA Diluncurkan, Membangun Generasi Muda Kritis

Next Post

Kolaborasi Internasional Tanam Pohon di Pedawa: PBJ Undiksha, Universitas Iwate Jepang dan Kayoman

Mansurni Abadi

Mansurni Abadi

Mantan pengurus divisi riset Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia 2021-2022 dan pengurus divisi riset Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Malaysia 2021-2023, Saat ini berkerja sebagai relasi publik di NGO SMT di Malaysia

Next Post
Kolaborasi Internasional Tanam Pohon di Pedawa: PBJ Undiksha, Universitas Iwate Jepang dan Kayoman

Kolaborasi Internasional Tanam Pohon di Pedawa: PBJ Undiksha, Universitas Iwate Jepang dan Kayoman

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

by Emi Suy
June 18, 2025
0
Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

Di dunia yang riuh oleh teriakan, ambisi besar, dan citra-citra agung, kita sering kali lupa bahwa sesuatu yang kecil bisa...

Read more

Manusia Toksin: Menelan Fitnah Menolak Fakta

by Ahmad Sihabudin
June 18, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya. Merendahkan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptanya. .- Gus Dur., Drama ijazah palsu yang terus...

Read more

“Manusia Tikus”, Gen Z yang Terjebak di Kolong Kasur

by Petrus Imam Prawoto Jati
June 17, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

ADA satu istilah yang lagi rame di China sana, shǔ rén alias “manusia tikus”. Bagi sidang pembaca yang belum tahu,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng
Khas

Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng

MENJAGA hutan desa, tidak cukup dengan hanya berkoar—atau mengajak sesama mari menjaga hutan dan air; untuk hidup yang sedang berlangsung,...

by Sonhaji Abdullah
June 17, 2025
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025
Khas

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang...

by Komang Puja Savitri
June 16, 2025
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja
Persona

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani...

by Arix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co